Topan dan dokter masih membahas tentang kondisi Mentari.“Sepertinya istrimu belum menyadari kalau dia hamil, dalam kandungan darah yang aku periksa, dia masih banyak minum beralkohol dan soda, kalau dia masih melakukan itu aku takut janinnya akan hilang, karena masih sangat mudah,” tutur dokter.Mendengar penuturan dokter Topan, bigung harus berbuat apa, sementara nyawa Mentari dalam bahaya, karena ia mengusik kandang macan yang tak lain ayah Topan sendiri.Mentari mengusik hidup Atmaja, hal itu sudah pasti sangat berbahaya untuk Mentari“Aku akan membawanya pulang, Dok, dia berbahaya di sini,” ujar Topan.Dokter muda itu menatap Topan, “apa kamu bisa merawat dia, Pan?”“Aku pasti bisa,” sahut Topan dengan yakin, ia hanya tidak ingin Mentari dalam bahaya.“Baiklah, kalau kamu maunya seperti itu aku akan menulis resep obatnya dan memberi obat penahan rasa sakit, jangan banyak-banyak dan dia tidak bisa mengkonsumsi obat sembarangan berbahaya dengan janinnya.”“Baik.”Topan meng
Topan bangun saat melihat Mentari sibuk mencari kunci kamar.“Apa kamu mencari sesuatu Mentari?”“Aku ingin keluar dari sini.”“Melarikan diri lagi?” tanya Topan.“Bukan melarikan diri hanya ingin keluar saja.”Saat Topan mendekat Mentari menghindari, ia berpikir kalau ia dan Topan sebentar lagi akan jadi mantan suami, Mentari duduk di sofa, kemeja Topan yang ia pakai hanya bisa menutupi bagian panggulnya saja, sepasang kaki jenjang berwarna putih terlihat jelas. Tapi ia tidak terganggu dengan pakaian yang ia pakai.Topan mengenakan celananya kembali, berdiri menguyur rambutnya ke belakang mengunakan jemarinya, “aku pikir luka di lenganmu belum pulih, Nona Mentari. Apa tidak sebaiknya kamu istrirahat agar luka di tanganmu sembuh?,” ucapnya sembari mendekat. Ia berusaha bersikap baik agar Mentari mau diajak bicarasebab Topan memilih menceraikannya, “Terimakasih telah menyelamatkanku tadi malam, aku aku harus pergi aku ingin mengerjakan sesuatu.”“Sesuat apa?”Mentari menatap sang s
Topan memenangkan jantungnya, setelah mendengar penuruturan Mentari Topan masih belum percaya. Bundanya tidak pernah cerita kalau ayahnya memikili kelainan dalam hal ranjang. Kalau lelaki melakukan perselingkuhan itu sudah hal biasa. Sebab sudah tabiat laki-laki jika sudah memiliki tahta dan harta tidak akan lepas dari namanya godaan dari perempuan. Biasanya kalau lelaki sudah memiliki uang banyak ia akan mencoba melakukan banyak hal termasuk dalam hal mencoba banyak wanita. Kalau ayahnya selingkuh Topan tidak akan merasa khawatir dengan keselamatan ibundanya. Namun dalam kasus ayahnya Topan, ditemukan kasus yang tidak biasa. Ayah mertuanya tidak pernah selingkuh , tetapi menjadikan pasangannya sebagai objek mainannya untuk memuaskan keinginan tubuhnya.“Apa yang dilakukan Ayah?”“Aku melihat ada banyak kostum boneka di kamar ayahmu.”Topan menggeleng tidak sabaran, “Lalu apa kamu pikir itu kelainan?”“Aku juga melihat di ruang rahasia alat peyiksaan, cambuk, kursi sengat lis
Semua orang punya cara masing-masing dalam menjalani hidup. Hubungan yang di lakukan Mentari membuat Topan terkejut ia tidak pernah tahu kalau Dila seorang perempuan. Topan berpikir kalau Mentari punya selera laki-laki dengan wajah mirip oppa -oppa Korea. Faktanya Dila hanya seorang wanita yang menyamarkan penampilannya seperti laki-laki.‘ Iya ampun kenapa jadi seperti ini, apa yang harus aku lakukan?’ Sekarang Topan yang bigung.Topan tidak percaya dengan satu bukti, ia membayar orang untuk menyelidiki latar belakang keluarga Dilan.Topan menahan Mentari untuk tinggal lebih lama di villa, ia takut penjahat yang mengincarnya masih mengejar. Namun setelah pengakuan Mentari Topan mendadak berubah. Ia tidak banyak bicara lagi.“Aku akan pulang, aku bisa jaga diri.”Topan duduk di sofa ia mengusap-usap kepalan tangannya untuk mengurangi perasaan gugup yang tiba-tiba menyerang, “kita harus bicara Mentari.”Mentari berdiri di dekat jendela, mereka berdua tiba-tiba merasa canggung setelah
Topan tahu Mentari bukan wanita yang mudah dijinakkan dan sadar wanita muda itu bukan wanita sembarangan. Orang yang dibayar menyelidiki kehidupan Mentari menemukan fakta baru tentang kehidupan masa lalu Mentari dan pekerjaannya. Lelaki suruhan Topan memberikan semua bukti tentang siapa sebenarnya Mentari. Topan akhirnya tahu istri kecilnya sebenarnya seorang hackers genius ia bergabung dalam sebuah organisasi gelap. Organisasi hakcer yang paling ditakuti para pejabat dan perusahaan tehnologi, mereka bisa membobol data milik pemerinta, bahkan pernah mengacaukan PEMILU dan merusak server miliki KPU di mana suara satu paslon berpindah ke paslon lainya yang di sebut suara siluman. Namun bukan tanpa alasan mereka melakukannya, seseorang membayar harga fantastis untuk itu dan Mentari salah satu yang mengerjakannya.‘BenarkahMentari salah satu dari mereka? Itu artinya data rahasia milik sekolah dan perusahaanku ulah Mentari’ Topan membatin, ada tatapan kagum untuk wanita cantik di depa
“Aku tidak bisa melakukan permintaanmu, tapi aku berjanji akan menjagamu dengannya, berikan aku kesempatan,” bujuk Topan dengan wajah memelas.“Aku belum siap menerimanya.”Hal yang harus dilakukan Topan agar calon bayinya selamat, melupakan amarahnya pada Mentari. Ia berjanji akan menjaga.Gadis mudah itu, belum bisa menerima kehamilannya tidak pernah terpikirkan olehnya akan hamil anak, laki-laki yang paling dibenci.“Kamu tidur di sofa saja, aku akan tidur diranjang,” ujar Mentari saat menjelang malam. Topan tidak ingin membantah. Sebenarnya curiga kalau Mentari akan melarikan diri, tapi mencoba memberi wanita itu kepercayaan sekali lagi.Saat tengah malam ia mendengar derap kaki berjalan, Topan menebak kalau Mentari ingin kabur lagi. Ia duduk dan membalikkan badan. Alangkah terkejutnya dirinya seseorang mengenakan penutup kepala mengangkat pisau ingin menusuk dada Mentari.“Hei!” teriak Topan melompat merangkul orang tersebut, pergulatan di mulai . Anehnya Mentari tidak bangu
Mobil itu melaju, setelah beberapa lama perjalanan ternyata Topan membawa Mentari ke rumah orang tuanya. Bulan dan Samudra kaget melihat Topan terluka, mereka memapah ke rumah.“Apa yang terjadi Nak Topan?”“Mentari Om dia dalam bahaya, Mentari jangan sampai kemana-mana dia sedang hamil,” uja Topan akhirnya pingsan.“Hamil?” Bulan melonggo, jelas-jelas mereka kaget selama ini Mentari mengaku kalau ia sangat membenci Topan bahkan tidak tidur satu kamar.“Nanti aku jelaskan Kak, tolong bantu dia bawa ke kamar,” ujar Mentari meminta asisten Topan membantu. Lelaki bertubuh jangkung itu membawa Topan ke kamar membaringkannya di sana. Bulan terlihat sangat khawatir melihat Topan terluka Mentari bisa melihat ada cinta yang besar di mata sang Kakak. Wanita berambut panjang itu berlari dari rumah ia memanggil dokter dari klinik tidak jauh dari rumah mereka.Sementara Mentari hanya diam, ia kasihan melihat sang Kakak. Topan cinta pertama Bulan tapi karena orang tua Topan akhirnya merek
Mendengar Mentari hamilIbu Mentari sangat bahagia. Saat ia dan Topan kembali ke rumah wanita itu menangis bahagia. Ibu Mentari sudah bertahun -tahun mengalami sakit stroke untuk mengekspresikan rasa senangnya ia hanya bisa menangis dan bicara dengan suara yang tidak begitu jelas.“Ibu kenapa?” tanya Mentari saat ia menangis.“Sepertinya Ibu mendengar kamu hamil dan dia bahagia,” jelas Samudra.Mentari hanya diam dan mengusap tangan Ibunya dengan lembut. “Ibu harus tetap sehat,” ucap Mentari berdiri lalu naik ke kamar atas.Keluarganya dan Topan hanya bisa menghela napas berat melihat kemarahan Mentari. Mereka duduk di ruang tamu , Samudra akhirnya menjelaskan semua apa yang dialami keluarganya saat Topan menggagalkan pernikahannya dengan Bulan.“Saya tidak tahu akan hal itu Om, saya minta maaf sama Om, tante dan Bulan,” ujar Topan.“Saya tidak ingin memperpanjang masalah itu Nak Topan. Saya sudah bilang beberapa kali pada Mentari agar ia berhenti, tapi amarahnya belum padam. Saya h
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,