Julia tersentak ketika wajahnya disiram air oleh ibu mertuanya. Sambil mengusap wajahnya, ia menatap ibu mertuanya dengan sayu,
"Ibu... Kenapa..."
"Kau, kau pasti menyihir putraku. James yang selalu patuh padaku bahkan membangkang." Suara kemarahan Riley naik dua oktaf. "Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau cocok dengan putraku? Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai menantuku, tidak akan pernah!"
Rieta tercengang dengan perubahan sikap ibunya yang tiba-tiba. Dia berpikir ibunya benar-benar menerima Julia. Tetapi ternyata itu hanya akting.
Melihat Julia basah kuyup seperti tikus, Rieta dengan semangat berbicara hampir tertawa. "Wah lihatlah wajahnya, dia sangat mirip dengan tikus, dengan wajah seperti ini dia bahkan berani merayu saudara laki-lakiku? Ck, bahkan anjing lebih baik darinya."
Julia yang disiram terkejut hingga membeku di tempatnya, dia menunduk dan mengepalkan tinjunya. Itu juga bukan keinginannya untuk menikah dengan pria seperti James. Saat itu dia juga tidak memiliki pilihan.
Melihat Julia terdiam, Rieta kembali berbicara. "Lihatlah, sekarang dia bahkan mengabaikan kita. Karena ibunya bisu apakah dia sekarang menjadi bisu juga?" Rieta mengejek Julia dengan penuh semangat. "Lihatlah wajah miskinnya itu, setiap hari dia pasti bermimpi untuk menjadi Nyonya rumah ini. Sayangnya, bahkan jadi pembantu disini pun dia tidak layak."
Riley mengangguk setuju. Benar, bahkan menjadi pelayan di rumahnya pun Julia tidak layak. Dia lebih cocok menjadi gelandangan di jalan-jalan. Dan ketika dia kembali memikirkan bahwa gelandangan ini benar-benar menantunya, hatinya diliputi kemarahan, semakin dia melihat wajah Julia semakin marah hatinya.
"Julia, kau tidak cocok dengan putraku, seharusnya kau tidak bermimpi begitu tinggi, kau hanya serangga yang merangkak di tanah sedangkan putraku seperti elang yang terbang diatas langit, beraninya kau menyamakan dirimu dengan putraku, bahkan membawa salah satu sepatunya pun kau tidak layak. Kau seharusnya tau di mana tempatmu berada. Jangan bermimpi terlalu tinggi."
Julia mengangguk lemah. "Aku tau, aku mengerti!" Jika bukan karena keadaan, dia juga tidak akan menikah dengan pria seperti James.
"Jika kau mengerti maka tinggalkan putraku."
"Itu… aku tidak bisa…"
"Wah Bu lihatlah, dia bilang dia mengerti, tetapi dia tidak mau meninggalkan kakak, sangat tidak tau malu, dia memiliki wajah yang bahkan lebih tebal dari kulit badak, dia sangat cocok untuk dipukuli."
"Aku, benar-benar tidak bisa bercerai."
Riley merasakan tekanan darahnya naik, hampir terjatuh, dia buru-buru meraih sandaran sofa di sisinya.
"Bu, apa Ibu baik-baik saja?" Rieta buru-buru meraih lengan ibunya. Dia kemudian melotot ke arah Julia. "Lihatlah, karenamu Ibuku hampir saja jatuh pingsan dan kau masih berani menunjukkan wajahmu di hadapan kami?"
Riley menatap ke arah Julia, kemarahan hampir menelan dirinya.
"Julia, pergilah ke dapur dan bantu pelayan di sana, kau juga harus mencuci, menyapu dan mengepel lantai hingga bersih. Ah, jangan lupa bersihkan juga perabotan ku, aku akan melihat kerja kerasmu lagi nanti. Jangan berpikir untuk kabur."
Riley kemudian pergi disusul oleh Rieta dibelakangnya. Wajah Rieta terlihat sangat tidak senang karena ibunya melepaskan Julia begitu saja. "Ibu, mengapa Ibu membiarkannya seperti itu? Ini kesempatan kita untuk lebih menindasnya. Wanita itu harus tau di mana tempatnya berada."
Riley meraih tangan putrinya dan menjawab. "Melihatnya lebih lama membuat kulit kepalaku sakit, jadi biarkan dia melakukan tugas pelayan. Kita akan memikirkan cara agar James bercerai dengannya."
Rieta terdiam dengan ucapan ibunya, melihat bagaimana sifat kakaknya dia tau bahwa kakaknya keras kepala, jika dia sudah membuat keputusan tidak ada yang bisa mengganggunya.
"Ibu lihat sendiri bagaimana kakak, meski kita sudah berbicara setiap hari dan mengeluh padanya hingga mulut kita sakit, dia tetap teguh dengan keputusannya. Satu-satunya cara hanyalah Julia, wanita itu yang harus menggugat cerai kakak."
Riley mengerutkan dahi, tetapi ucapan putrinya terdengar masuk akal. "Benar, kita harus memaksa Julia untuk bercerai dengan James. Tapi, bagaimana caranya?" Dahi Riley semakin berkerut saat dia berpikir dengan keras. "Wanita itu juga tidak ingin berpisah dengan James. Tidak peduli apa yang kita katakan, dia masih bersikap tidak tau malu, dia pasti bermimpi setiap hari untuk menjadi nyonya rumah ini."
Rieta mendengus kesal. "Huh, mimpi yang bagus. Aku akan membuatnya menyesal karena memiliki mimpi seperti itu."
Setelah kata-kata itu, Rieta kemudian pergi. Riley menatap putrinya dan mendesah, dia duduk di sofa dan memijat kepalanya, dia merasa kepalanya berdenyut, ini masih pagi hari tetapi energinya seakan terkuras habis.
***
Julia pergi ke dapur seperti yang diperintahkan, ketika dia hendak mengupas bawang, seorang koki dengan galak berbicara.
"Apa yang kau lakukan disini? Jangan menyentuh itu."
Julia menyimpan kembali bawangnya. "Ibu memintaku untuk membantu kalian memasak."
"Membantu?"
Koki mengerutkan dahi, dia adalah koki di rumah ini dan dapur adalah areanya. tidak nyaman baginya jika orang baru menyentuh bahan makanannya.
"Dari pada itu, lebih baik bantu aku untuk pergi membeli beberapa bahan makanan di supermarket. Nyonya ingin steak dan beberapa hidangan lainnya. Aku kekurangan bahan dan seperti yang kau lihat, semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Karena kau diminta Nyonya untuk membantuku maka pergilah dan beli beberapa bahan."
Julia mengangguk, dia mengambil daftar bahan yang diserahkan koki padanya.
"Pastikan untuk mendapatkan semuanya dalam keadaan segar."
"Baik."
Julia segera keluar dari rumah, dia pergi ke supermarket dan membeli bahan-bahan yang koki perintahkan. Dia memilih barang-barang yang paling segar. Berjalan dari satu rak ke rak lain, Julia dengan cepat memenuhi keranjangnya.
"Jenny, bukankah itu saudara perempuanmu?" Seorang wanita dengan riasan tebal berbicara kepada Jenny, adik Julia. Mereka berdua berdiri di sisi rak dan menatap ke arah Julia yang tengah sibuk memilih sayuran segar. "Bukankah dia penyebab ibumu mati, karenanya kau menjadi yatim piatu, tetapi dia terlihat biasa saja, apakah dia tidak memiliki rasa bersalah?"
Jenny mengepalkan tinjunya, dia pergi untuk berbelanja bahan makanan, tidak disangka dia akan melihat saudara perempuannya yang tidak memiliki ikatan darah dengannya.
"Bukankah dia terlihat berbeda? Dulu aku melihatnya tampak lusuh dan kusam, tetapi lihat penampilan nya sekarang, dia tampak anggun dan aku yakin harga gaun yang dia kenakan juga sangat mahal. Tidakkah semua itu seharusnya menjadi milikmu? Mengapa Tuan Muda James memilih menikah dengannya dari pada menikah denganmu? Kau yang mengalami kerugian disini bukan dia."
Wanita itu berbicara dengan menggebu-gebu, dia adalah teman Jenny dan tidak tahan dengan ketidakadilan yang diterima Jenny. "Aku dengar dia juga bukan kakak kandungmu, orang tuanya membuangnya di jalanan jika bukan karena ibumu merawatnya, dia pasti sudah mati. Seharusnya dia berterima kasih padamu dan menyadari posisinya, seharusnya kau yang menikah dengan Tuan Muda James dan menikmati kemewahan, dia sangat serakah. Dia mengambil semua yang menjadi milikmu. Saat itu, ibumu juga lebih peduli padanya seakan dia putri kandungnya bukan kau."
Jenny mengepalkan tinjunya. Julia, kakaknya yang tidak memiliki ikatan darah dengannya selalu membuatnya marah dan cemburu, tidak hanya kecantikannya yang luar biasa tetapi dia juga mengambil semua perhatian ibunya.
"Haruskah kita mendatanginya?" Wanita itu kembali berbicara melihat Jenny hanya diam dia merasa tidak tahan. "Mari kita beri pelajaran."
Jenny menganggukan kepalanya, dia menatap ke arah Julia yang pergi menuju kasir.
Setelah selesai membayar, Julia keluar dari supermarket, sinar matahari pagi jatuh dan menerpa tubuh Julia, kulitnya yang putih pucat tampak bersinar dengan warna keemasan, rambut pirang panjangnya semakin terang di bawah cahaya. Dia tampak luar biasa indah bahkan jika dia hanya berdiri di sana.
Jenny terdiam, dia menyipitkan matanya ketika cahaya membutakan penglihatannya, kecemburuannya datang berkali-kali lipat, dia melirik sekitaran dan mendapati orang-orang yang berjalan menatap ke arah Julia, rasa kesal yang dia rasakan semakin bertambah parah.
"Kakak…" Jenny segera memanggil Julia dan berjalan ke arahnya.
Semua orang menolehkan kepala. Apakah wanita itu baru saja menyebutnya sebagai kakak? "Kakak, aku sangat merindukanmu." Dahi semua orang berkerut, sang adik tampak memucat dibanding kakaknya, tidak ada kemiripan di antara mereka, meskipun sang adik juga cantik tetapi itu berbeda dengan kecantikan kakaknya. Julia menolehkan kepala dan terkejut karenanya. "Jenny… Apa yang kau lakukan di sini?" "Kakak, kau tidak pernah lagi datang ke rumah sejak kau menikah, aku hanya memilikimu tetapi kau bahkan tidak melihat adikmu." Jenny buru-buru meraih lengan Julia, memperlihatkan wajahnya yang penuh dengan kesedihan. Orang-orang menatap ke arah mereka berdua, adiknya datang dan mengeluh karena kakaknya tidak melihatnya setelah menikah. Padahal dia hanya memiliki kakaknya satu-satunya. Pandangan kekaguman mereka terhadap Julia sedikit berubah. Tidakkah sang kakak ini agak keterlaluan? Julia menatap ke arah Jenny dan menjawab. "Kakak sudah menikah jadi tidak bisa kembali sesuka hati seperti
Dirinya putri keluarga konglomerat kaya? Julia terdiam, ekspresi wajahnya berubah untuk sesaat. Pria di depannya terlihat meyakinkan, dia mengenakan setelan jas rapi dan wajahnya tidak kurang, tetapi mengapa otaknya sedikit agak aneh? Dia tidak terlihat seperti orang gila, tetapi mengapa dia mengatakan kata-kata yang tidak masuk akal? "Maaf, saya tidak mengerti apa yang anda katakan, dan dokumen ini terlihat seperti anda hendak menipu saya. Saya bukan orang kaya dan tidak memiliki uang, jika anda hendak menipu, maka anda salah orang." Julia merasa menyesal seharusnya dia tidak membuang-buang waktu untuk berbicara dengan orang aneh, bagaimana mungkin dia percaya bahwa dia adalah putri konglomerat kaya raya? Julia mulai berpikir apakah ini modus penipuan terbaru? Ataukah orang ini hendak mengajaknya masuk dalam ajaran sesat baru? Ronald tertegun, mungkin benar bagi Julia dia adalah pria aneh seperti penipu, dia menemuinya dengan terburu-buru dan tiba-tiba mengatakan bahwa Julia a
Julia segera membalasnya. "Koki memintaku untuk pergi dan membeli beberapa bahan makanan, aku sedang dalam perjalanan kembali." Setelah mengirim pesan balasan Julia menyimpan kembali ponselnya, bahkan tidak peduli ketika ibu mertuanya kembali mengirimkannya pesan dan menghubunginya. Ketika Julia tiba di rumah, Riley, sudah berdiri di kusen pintu dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya melotot saat dia menatap Julia yang baru saja kembali. "Lihatlah, Nyonya Muda kita baru saja kembali dari bersenang-senang. Aku tidak pernah memberinya izin keluar tetapi dia tidak tahan. Dia bertemu pria di luar ketika putraku sibuk dengan perusahaannya. Betapa tidak tau malunya dia." Julia menghentikan langkahnya dan menatap ibu mertuanya. "Aku baru saja kembali dari membeli bahan makanan, koki memintaku membelinya. Aku tidak bersenang-senang dan tidak bertemu pria di luar." "Kau pikir aku tidak tau?" Riley mendengus saat dia melemparkan foto ke wajah Julia. "Apakah ini yang kau m
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet