James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya.
"Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"
Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."
James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"
Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja.
"Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."
Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam.
"Ada apa dengannya?"
"Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"
Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap pergi, dia harus meyakinkan kakaknya kembali untuk bercerai dengan Julia.
"Rieta, tidakkah kamu merasa lelah?"
"Bagaimana aku bisa lelah? Aku tidak akan menyerah sampai Kakak mau bercerai dengan Julia."
James duduk dengan ekspresi datar, dia melipat kakinya kemudian berbicara. "Perceraian apa? Aku tidak akan bercerai."
"Kakak, bagaimana bisa kamu masih berpikir untuk mempertahankannya. Kau lihat sendiri bagaimana perilakunya, dia berselingkuh di saat Kakak bekerja keras seperti ini, tempramen nya juga buruk, tidak hanya menyerangku dan ibu, dia bahkan menghancurkan seisi rumah. Guci kesayangan ibu bahkan tidak luput dari amarahnya."
James menutup mata sejenak mencoba menenangkan pikirannya. Wajah ibunya teringat dalam pikirannya dan kemudian wajah Julia muncul, dia tau mereka bertengkar hebat tetapi wajah Julia terlihat lebih parah dari pada ibu dan adiknya. Omong-omong mengenai Julia, apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang? Apakah dia sudah mengompres pipinya yang bengkak?
"Julia tidak berselingkuh." Wanita seperti Julia bagaimana mungkin berselingkuh, dia tidak tau siapa pria yang ditemui Julia tetapi jelas itu bukan selingkuhannya.
Rieta mengepalkan tinjunya. Jika bujukan masih tidak berhasil, dia mau tidak mau harus memaksanya. "Kakak, bagaimana kamu yakin bahwa dia tidak berselingkuh? Diam-diam dia bertemu pria lain di luaran, dia hanya anak yatim piatu, siapa pria yang bisa dia temui dengan statusnya selain selingkuhannya? Aku benar-benar tidak menyukainya. Dia tidak layak untukmu, aku tidak ingin dia menjadi iparku. Siapapun boleh, selama itu bukan Julia."
Mata James berkilat untuk sesaat. "Pernikahan sudah terjadi, tidak ada yang akan berubah, jadi berhenti saja."
"Kakak, kau bisa bercerai dengannya. Sekarang sudah menjadi hal umum jika perceraian terjadi. Tidak apa-apa menjadi duda di usia muda dari pada menikah dan menghabiskan waktu dengan orang yang salah."
"Tidak ada yang salah, itu pilihanku menikah dengan Julia."
"Kakak….!"
"Aku tidak akan bercerai."
"Mengapa tidak? Aku akan mengenalkanmu pada wanita lain."
James melambaikan tangannya. "Rieta, aku tidak mengerti, mengapa kamu berharap Kakakmu menjadi duda?"
"Apa yang salah? Tidak apa-apa menjadi duda, jika kamu ingin memiliki istri, aku akan memperkenalkanmu dengan wanita lain, wanita yang sepadan dan cocok untukmu."
"Aku tidak akan menikah dengan yang lain. Aku juga tidak berpikir untuk melakukan dua kali pernikahan."
Rieta kesal, semakin dia mendengarnya semakin kesal hatinya. Apa yang Julia si jalang itu lakukan kepada kakaknya hingga kakaknya seperti ini? Kakaknya yang selalu mendengarkan ucapannya dan mengabulkan keinginannya sekarang berubah seperti orang lain.
"Kakak …"
"Rieta, kembali saja. Aku juga masih harus bekerja. Kita anggap semua pertengkaran itu tidak terjadi. Pulanglah ke rumah dan hubungi dokter, minta dia untuk merawat ibu."
Rieta tercengang dengan kata-kata kakaknya. "Kakak, bagaimana bisa kamu bersikap bias terhadap kami dan malah membela Julia? Ibu sangat sedih sehingga dia jatuh pingsan berkali-kali. Ibu merasa sangat terluka karena kamu mengabaikan kami seperti ini. Bagaimana bisa bagimu Julia lebih penting dari pada kami?"
James memicingkan matanya, dia sangat lelah sepanjang hari dan adiknya Rieta datang secara khusus untuk mengeluh padanya. "Aku tidak memilih siapapun, kalian adalah keluargaku dan Julia juga. Jadi berhentilah berdebat. Hubungi dokter dan minta dia untuk merawat ibu."
"Kakak…"
"Jika kamu berbicara satu kalimat lagi, aku bahkan tidak akan lagi peduli padamu."
Rieta terkesiap, dia akhirnya pergi dan keluar dari ruangan. Dia menggerakkan giginya dan kemarahannya terhadap Julia naik berkali-kali lipat.
Ketika dia keluar dari gedung perusahaan kakaknya, Rieta secara tidak sengaja menabrak seseorang. Wanita itu terjatuh ke tanah dan mendongak bersiap untuk mencaci maki Rieta, tetapi begitu dia melihat wajah yang tampak familiar di matanya, kekesalannya segera menghilang.
"Kamu Rieta, kan?" tanyanya.
Rieta menolehkan kepala dan melepas kacamata hitamnya, dia melirik wanita di depannya dan matanya dipenuhi cemoohan dan rasa jijik. Wanita di depannya terlihat sama miskinnya seperti Julia. Itu membuat kekesalan di hatinya bertambah. Mengapa dia harus begitu sial bertemu orang-orang rendahan yang mirip seperti Julia dan lagi, wanita rendahan ini mengetahui namanya.
"Siapa kamu? Aku tidak mengenal orang miskin sepertimu." Rieta menyapu tubuh wanita di depannya, dia memeriksanya dari ujung kaki hingga ke atas kepalanya. Tampilan yang begitu sederhana mirip seperti pengemis di jalan
"Ah, kamu mungkin tidak tau, aku Jenny, adik Julia." Mengakhiri ucapannya Jenny tersenyum ramah.
Tetapi, berbeda dengan Jenny, begitu Rieta mendengar nama Julia disebut, kemarahan dihatinya melonjak, matanya berkilat dengan kebencian.
"Pantas saja aku mencium bau busuk di suatu tempat, dan ternyata itu berasal dari orang miskin sepertimu. Bau yang sangat busuk mirip seperti kakakmu."
Jenny mengepalkan tinjunya, awalnya dia kesal karena dia ditabrak seseorang, tetapi begitu dia melihat jika itu Rieta, dia berpikir untuk menyapanya. Tidak disangka dia akan dihina sedemikian rupa dan bahkan disamakan dengan Julia, itu adalah hal yang paling dia benci. Dia sangat membenci Julia yang telah mengambil segala hal yang dia miliki.
Rieta kembali mengenakan kacamata hitamnya tidak berniat berbincang lebih jauh dengan Jenny, dia berbalik dan melangkah pergi.
Tetapi ketika dia baru dia langkah, di mendengar Jenny kembali berbicara.
"Kau sepertinya sangat membenci kakakku. Aku bisa mengerti mengapa kamu sangat membencinya. Tidakkah kamu berpikir bahwa Julia tidak cocok dengan kakakmu? Kau pasti kesal karena orang seperti dia menjadi iparmu."
Rieta terdiam, langkahnya berhenti. Dia berbalik dan menatap ke arah Jenny yang tersenyum padanya.
"Lalu, kau mau apa? Apa kau ingin membela kakakmu? Orang-orang seperti kalian sangat tidak tau malu, seharusnya kalian sadar dengan posisi kalian. Beraninya sebatang rumput ingin masuk dalam dan berada dalam lingkaran bunga mawar. Beraninya orang miskin seperti kalian ingin sejajar dengan keluargaku."
Jenny mengepalkan tinjunya. dia menahan kemarahannya. Dia kesal karena dihina tetapi dia senang karena Rieta tidak menyukai Julia membencinya ini seperti dia telah menemukan sekutu. Bukankah musuh dari musuhmu adalah temanmu.
"Kau salah, aku tidak berpikir untuk membelanya, aku juga tidak menyukainya. Aku sangat membencinya, dia sudah mengambil segala hal dariku dan membuatku menjadi yatim piatu."
Rieta mengerutkan dahinya, tetapi itu bukan urusannya jika wanita ini juga membenci Julia.
"Lalu, apa hubungannya denganku? Berhenti menggangguku."
Jenny tertegun melihat Rieta pergi. Tidak, dia tidak boleh membiarkan Rieta pergi
"Mengapa kamu terburu-buru pergi? Mengapa kita tidak berbincang sebentar? Kau tidak menyukai Julia dan aku juga, kita memiliki hal yang sama yang tidak kita sukai. Jadi, mengapa kita tidak bekerja sama?"
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
"Tak, tak… tak…" Suara sendok yang beradu memecah kesunyian di ruang makan. Nyonya Riley duduk dengan raut wajah suram, dia memotong daging di piringnya dengan tangannya yang gemetar. Hatinya dipenuhi kebencian hampir sulit baginya untuk menelan makanan. Putrinya Rieta duduk dengan wajah tidak kalah suram, matanya memicing saat dia menatap Julia yang duduk dengan raut wajah ketidaknyamanan. Satu-satunya orang yang memasang wajah datar adalah James, dia duduk dengan tenang sambil melipat kakinya dan menikmati secangkir kopi di tangannya. Nyonya Riley tidak tahan dengan keheningan di meja makan, dia menyimpan set alat makannya dan menatap ke arah Julia. Memikirkan wanita miskin seperti dia menjadi menantunya membuat hatinya marah. Darahnya mendidih hingga ke atas kepala. "James, bagaimanapun Ibu memikirkannya ini semua tidak benar. Kakekmu juga sangat tidak masuk akal, jika itu hanya kompensasi kita bisa memikirkan cara yang lain, bagaimana bisa kau menikah dengan wanita seperti
Julia tersentak ketika wajahnya disiram air oleh ibu mertuanya. Sambil mengusap wajahnya, ia menatap ibu mertuanya dengan sayu, "Ibu... Kenapa..." "Kau, kau pasti menyihir putraku. James yang selalu patuh padaku bahkan membangkang." Suara kemarahan Riley naik dua oktaf. "Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau cocok dengan putraku? Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai menantuku, tidak akan pernah!" Rieta tercengang dengan perubahan sikap ibunya yang tiba-tiba. Dia berpikir ibunya benar-benar menerima Julia. Tetapi ternyata itu hanya akting. Melihat Julia basah kuyup seperti tikus, Rieta dengan semangat berbicara hampir tertawa. "Wah lihatlah wajahnya, dia sangat mirip dengan tikus, dengan wajah seperti ini dia bahkan berani merayu saudara laki-lakiku? Ck, bahkan anjing lebih baik darinya." Julia yang disiram terkejut hingga membeku di tempatnya, dia menunduk dan mengepalkan tinjunya. Itu juga bukan keinginannya untuk menikah dengan pria seperti James. Saat itu dia juga tidak memil
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet