"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi.
"Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan.
"Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari.
"Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok."
"Tapi …"
James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas.
Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."
James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh.
"Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah.
"Apa kau bosan hidup?"
Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tetap tidak peduli. Dia harus segera kembali ke rumah, mustahil baginya, Julia yang dia ingat dalam pikirannya hendak memukul ibunya. Dia tidak percaya, jadi dia harus melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Ketika James tiba, teriakan melengking menyambutnya di pintu rumah.
"Kamu pasti sudah gila! Kamu pikir aku akan diam saja setelah kamu melakukan ini? Putraku juga tidak akan tinggal diam!" Riley berteriak sementara tubuhnya menggigil. Dia menatap Julia sekaan Julia adalah psikopat gila.
Dia memukul Julia karena marah tidak disangka Julia yang selalu diam dan seperti orang bodoh tiba-tiba mengamuk dan melawan dirinya.
Julia berdiri dengan kemarahan yang menyelimuti dirinya, dia menatap ibu mertuanya kemudian menatap Rieta yang menangis di sisinya.
"Aku memang sudah gila, sekarang aku bahkan memiliki keinginan untuk memukul seseorang."
Dia sudah menahannya selama ini, hinaan dan cacian yang datang selalu dia telan. Tetapi ketika hinaan itu datang untuk ibunya dia sangat marah dan tidak bisa menahan emosinya.
"Apa ini? Apa yang terjadi di sini?"
Rieta menolehkan kepala begitu suara yang familiar masuk ke telinganya. Melihat James datang, dia bergegas ke sisinya.
"Kakak…" Rieta menangis dan terisak. "Kakak tolong kami, Julia benar-benar sudah gila!"
James bingung, dia menatap sekeliling ruangan yang kacau seakan baru saja terjadi perampokan. Tatapannya kemudian jatuh pada Julia yang berdiri dengan memegang sesuatu di tangannya yang terkahir, dia menatap ke arah ibunya yang tengah menangis dan menggigil.
"Julia, apa yang kamu lakukan?" James pergi ke sisi ibunya dan memeluknya. "Ibu, apa kamu baik-baik saja?"
Riley menggelengkan kepala. "Apakah aku terlihat baik-baik saja? Wanita ini adalah wanita gila yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa, lihatlah apa yang dia lakukan dengan seisi rumah ini, dia bahkan memukulku. Ah, wanita seperti apa yang sebenarnya kamu ambil untuk menjadi istrimu?"
James mengerutkan dahinya, dia menatap ke arah Julia dan terkejut melihat penampilanya. Wajah Julia dihiasi tanda cetakan tangan. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Sebelum Julia bisa menjawab, Riley lebih dulu menyela. "Aku meminta Julia untuk membantu koki di dapur, tetapi diam-diam dia keluar dari rumah dan bertemu pria lain, aku mencoba menegurnya dengan perlahan, tetapi Julia tidak menerimanya, dia marah padaku dan seperti yang kamu lihat dia bahkan mencoba memukulku."
Suara Nyonya Riley bergetar, tangannya meraih lengan James seakan James adalah penyelamatnya. Dia memegangnya erat-erat.
James terdiam, dahinya berkerut saat dia menatap ke arah Julia. Tatapannya berubah menjadi dingin.
Julia melengkungkan bibirnya. "Akting yang sangat bagus. Ibu, kamu adalah pendongeng yang hebat."
"Julia, kau benar-benar sudah gila, beraninya kau berbicara seperti itu terhadap ibuku. Kau sangat tidak tau malu. Ibuku hanya menegurmu karena kamu terlibat dengan pria-pria kaya, tetapi kamu malah bersikap kurang ajar dan bahkan memukul ibuku." Rieta tiba-tiba memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dia menjadi lebih berani karena kakaknya ada di sini, saudaranya pasti akan membelanya.
"Kau memfitnahku dengan begitu bersemangat. Kau sangat cocok untuk menjadi artis, aktingmu juga sangat bagus."
"Kau meminta seseorang untuk datang memotretku kemudian menuduhku, kamu sangat hebat bahkan sutradara akan merasa terkesan dengan aktingmu."
"Kakak, lihatlah. Kau melihatnya bukan?" Rieta buru-buru mengadu kepada kakaknya. "Julia sudah kehilangan akal sehat sehingga dia mulai berbicara omong kosong."
"Omong kosong?" Julia tertawa. "Aku tidak peduli apa yang kamu katakan atau apa yang kamu lakukan, selama ini aku selalu menerima semua hinaan, tetapi aku tidak bisa menerima ketika seseorang berbicara buruk mengenai ibuku. Selama aku ada di sini, aku tidak akan membiarkan siapapun menghina ibuku. Tidak akan pernah."
Julia mengakhiri ucapannya dengan tatapan tajamnya. Dia mengayunkan sesuatu di tangannya yang kemudian jatuh dan menghancurkan barang-barang di sekitarnya.
Itu adalah sebuah guci kesayangan ibunya.
Rieta tercengang. "Ah…. Ibu, lihatlah dia! Lihat apa yang dia lakukan? Itu guci kesayanganmu dan dia menghancurkannya." Rieta tidak pernah melihat orang yang begitu brutal seperti Julia. Dia terkejut hingga berteriak histeris..
Riley menatap gucinya yang baru saja dia dapatkan, dia merasakan kemarahannya datang dan membuatnya hampir jatuh pingsan. Itu adalah gucci dengan harga mahal yang bahkan tidak bisa dia pamerkan. Guci berharganya sekarang rusak dan semua ini karena Julia.
"Julia, beraninya kau. Beraninya kau menghancurkan barang-barangku?"
James menatap kekacauan yang terjadi di depannya, semakin dia melihatnya, dia semakin tidak percaya. Apakah ini Julia yang selama ini diam dan tidak mengatakan apapun?
James meraih lengan Julia menghentikannya dari membuat kekacauan yang lebih parah.
"Julia, apa yang sedang kamu lakukan?"
Julia menatap James dengan pandangan sekilas. James adalah suaminya tetapi tidak dapat dia andalkan. Dia mengerti ini bukanlah pernikahan karena cinta tetapi James tetap mempertahankannya. Meski begitu, sikap James masih acuh tak acuh terhadapnya.
"James, aku sudah mengatakan padamu berkali-kali., wanita gila ini tidak cocok denganmu. Sulit bagiku untuk menerimanya. Karena itu ceraikan saja."
James menatap ibunya yang menangis di sisinya, dia merasakan pelipisnya melonjak.
"Benar Kakak, ceraikan saja dia. Dia sudah membuat rumah seperti ini, dia bahkan berselingkuh. Jika kamu tidak percaya, maka lihat ini." Rieta memberikan satu foto Julia yang diambil secara diam-diam, foto Julia bersama Ronald. "Dia mengatakan bahwa itu orang asing yang bertanya jalan, tetapi apakah orang asing yang bertanya jalan akan berbincang sambil memesan minuman? Dia jelas berbohong, aku yakin dia memiliki hubungan yang berbeda dengan pria itu."
Riley mendukung ucapan putrinya dan menambahkan. "Kamu mengatakan bahwa menikahinya adalah wasiat dari kakekmu, sekarang kamu sudah menikahinya bukankah berarti wasiatnya sudah terlaksana? Tidak apa-apa untuk bercerai sekarang, surat wasiat juga sudah terpenuhi."
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet