"Tak, tak… tak…"
Suara sendok yang beradu memecah kesunyian di ruang makan.
Nyonya Riley duduk dengan raut wajah suram, dia memotong daging di piringnya dengan tangannya yang gemetar. Hatinya dipenuhi kebencian hampir sulit baginya untuk menelan makanan.
Putrinya Rieta duduk dengan wajah tidak kalah suram, matanya memicing saat dia menatap Julia yang duduk dengan raut wajah ketidaknyamanan.
Satu-satunya orang yang memasang wajah datar adalah James, dia duduk dengan tenang sambil melipat kakinya dan menikmati secangkir kopi di tangannya.
Nyonya Riley tidak tahan dengan keheningan di meja makan, dia menyimpan set alat makannya dan menatap ke arah Julia. Memikirkan wanita miskin seperti dia menjadi menantunya membuat hatinya marah. Darahnya mendidih hingga ke atas kepala.
"James, bagaimanapun Ibu memikirkannya ini semua tidak benar. Kakekmu juga sangat tidak masuk akal, jika itu hanya kompensasi kita bisa memikirkan cara yang lain, bagaimana bisa kau menikah dengan wanita seperti dia?"
Julia mengangkat kepala dan di saat yang sama tatapannya bertemu dengan tatapan sengit Nyonya Riley, Julia terkejut, dia buru-buru menunduk.
Rieta menatap ke arah Julia dan mencibir. "Benar Kakak, ini tidak masuk akal. Aku tidak setuju dengan pernikahanmu, memikirkan setiap kali aku harus makan bersama di meja yang sama, aku benar-benar tidak nyaman. Aku tidak bisa memiliki ipar seperti dia." Rieta sang adik kembali ikut mengeluh, dia kesal karena kakaknya menikah dengan wanita seperti Julia.
"Jika aku harus memiliki ipar, setidaknya dia harus seorang model atau seorang anak konglomerat seperti kita juga. Bukan yatim piatu seperti dia. Apa yang bisa dia berikan untuk Kakak? Keuntungan apa yang kita dapat? Dia tidak bisa memberi apapun selain menjadi beban keluarga, lambat laun dia akan menguras harta kekayaan keluarga kita. Aku bisa melihatnya, dia seperti ular yang bertingkah polos tetapi menyimpan bisa yang kuat, lihatlah matanya, itu dipenuhi dengan kelicikan."
James menatap ibu dan adiknya dengan tatapan tidak masuk akal, dahinya mengernyit mendengar ucapan mereka.
"Coba kau pikirkan lagi." kata Riley. "Kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau mau, mengapa kau harus menikah dengan wanita seperti dia? Dia jelas melihatmu sebagai mangsa, dia ingin memanfaatkanmu untuk menguras habis harta kekayaan keluarga kita. Aku bahkan curiga, bisa saja kecelakaan itu disengaja."
Rieta mengangguk mendukung ucapan ibunya. "Benar Kakak, bisa saja itu disengaja, bisa saja mereka memang menargetkan mu sedari awal. Ini belum terlambat jika kakak membuangnya. Aku akan mengenalkan Kakak dengan wanita lain."
Seakan tidak peduli dengan keluhan anggota keluarganya, James dengan tenang mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya perlahan. "Tidak akan ada yang berubah."
Sikap James yang keras kepala dan acuh tak acuh membuat Riley yang marah menjadi semakin marah.
"James, kau ingin membuat Ibu jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit? Apa hebatnya wanita ini hingga kau terus membelanya?"
James menyimpan kembali cangkir kopinya, dia memiringkan kepala dan menatap wajah ibunya yang memerah. "Kalau begitu temui kakek dan katakan padanya bahwa Ibu tidak setuju dengan keputusannya."
"Apa maksudmu? Kau ingin Ibu pergi ke kuburan dan bertanya kepada orang mati? Kakekmu sudah tidak ada, tidak ada alasan bagimu untuk menjalankan wasiatnya yang tidak masuk akal."
"Benar Kakak." Rieta mengangguk untuk mendukung ucapan ibunya. "Kakek sudah tidak ada, bahkan jika itu sebuah wasiat, kau menikah dengannya atau tidak kakek juga tidak akan tau."
James tidak menjawab, dia menolehkan kepala dan menatap ke arah Julia. Wanita yang menjadi istrinya itu hanya diam membisu seperti batu, dia terus menunduk.
Pada saat yang sama ponsel James berbunyi. Melihat jika panggilan itu berasal dari sekretarisnya, dia buru-buru mengangkatnya.
"Halo?"
"Tuan Muda, rapat akan segera dimulai dan semua orang sudah menunggu."
"Aku mengerti."
Panggilan berakhir begitu saja, James bangkit berdiri dan merapikan pakaiannya. Ini sudah waktunya bagi dia untuk bekerja, dia tidak punya waktu untuk mendengar keluhan ibu dan saudarinya.
Melihat James bangkit dari kursinya, Riley mengerutkan dahi. "Kau mau kemana? Kita belum selesai berbicara."
"Aku memiliki rapat penting di pagi hari."
Riley buru-buru memegang kepalanya memasang wajah seakan dia kesakitan. "Kepalaku pusing setiap kali memikirkan pernikahanmu. Kau adalah satu-satunya putraku yang akan mewarisi keluarga kita, mengapa kau harus menikah dengannya? Banyak wanita lain, tidak harus dia."
"Itu keputusanku!"
"James…!"
Mata James menyipit dia menatap ibunya yang memasang wajah marah padanya. Tatapannya kemudian beralih dan menatap Julia yang baru saja selesai dengan makannya. Wajah Julia terlihat pucat pasi seperti orang mati.
"Aku tetap tidak setuju, aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai menantuku."
James tidak langsung menjawab. Pria dengan rahang tegas dan hidung mancung itu berdiri seraya membetulkan jas hitamnya yang mengkilap dan merapatkan dasinya.
Ia menatap ibunya dengan dingin, "Tidak akan ada yang berubah, Julia tetap menjadi istriku dan dia menantumu, Bu."
Setelah mengatakannya James melangkah dengan kaki panjangnya dan meninggalkan meja makan, dia bahkan tidak peduli ketika ibunya memanggil kembali namanya.
Tepat ketika dia hendak melewati pintu, langkahnya terhenti, dia berbalik dan menatap ke arah Julia. "Julia, nanti supir yang akan mengantarmu pulang."
Julia hendak menjawab, tetapi Riley buru-buru berbicara. "Mengapa Julia harus kembali? Aku sedang tidak enak badan dan butuh seseorang untuk merawatku, karena dia menantuku itu wajar baginya untuk menemaniku di sini."
James berdiri di tempatnya, dia menatap ibunya lurus-lurus, wajahnya datar tanpa ekspresi.
"Apa kau tidak percaya padaku?" Riley berbicara dengan sedikit menuduh. "Kau pikir aku akan menindas istrimu? Kau bilang pernikahan sudah terjadi dan dia sudah menjadi menantuku, apalagi yang bisa aku lakukan? Karena kau sudah dewasa kau tidak lagi mendengarkan ucapan Ibumu dan lebih banyak membantah, tidak ada yang bisa aku lakukan jika kau bersikap keras kepala. Aku tidak memiliki pilihan selain menerimanya, jadi biarkan Julia disini. Aku ingin berbincang dengannya."
"Ibu…" Rieta tidak percaya dengan ucapan ibunya. "Apa maksudmu, Ibu?" Rieta bingung mengapa ibunya tiba-tiba bersikap baik? Apakah dia benar-benar menerima Julia? "Mengapa Ibu tiba-tiba menerimanya?"
"Apalagi yang bisa kita lakukan?" Riley melambaikan tangannya. "Sudahlah, ini pernikahan kakakmu, jadi biarkan saja "
Rieta hampir terjungkal dia tidak percaya dengan ucapan ibunya. Dia kehilangan kata-katanya, bagaimana bisa ibunya tiba-tiba berubah seperti itu?
Adapun Julia dia akhirnya membuka suara. "Baiklah, aku akan tinggal di sini."
James menatap Julia, dahinya berkerut sesaat. "Oke, terserah kau saja."
Setelah mobil yang ditumpangi James pergi, raut wajah Riley berubah seketika. Dia mengambil satu gelas air dan menyiramnya ke wajah Julia.
Julia tersentak ketika wajahnya disiram air oleh ibu mertuanya. Sambil mengusap wajahnya, ia menatap ibu mertuanya dengan sayu, "Ibu... Kenapa..." "Kau, kau pasti menyihir putraku. James yang selalu patuh padaku bahkan membangkang." Suara kemarahan Riley naik dua oktaf. "Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau cocok dengan putraku? Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai menantuku, tidak akan pernah!" Rieta tercengang dengan perubahan sikap ibunya yang tiba-tiba. Dia berpikir ibunya benar-benar menerima Julia. Tetapi ternyata itu hanya akting. Melihat Julia basah kuyup seperti tikus, Rieta dengan semangat berbicara hampir tertawa. "Wah lihatlah wajahnya, dia sangat mirip dengan tikus, dengan wajah seperti ini dia bahkan berani merayu saudara laki-lakiku? Ck, bahkan anjing lebih baik darinya." Julia yang disiram terkejut hingga membeku di tempatnya, dia menunduk dan mengepalkan tinjunya. Itu juga bukan keinginannya untuk menikah dengan pria seperti James. Saat itu dia juga tidak memil
Semua orang menolehkan kepala. Apakah wanita itu baru saja menyebutnya sebagai kakak? "Kakak, aku sangat merindukanmu." Dahi semua orang berkerut, sang adik tampak memucat dibanding kakaknya, tidak ada kemiripan di antara mereka, meskipun sang adik juga cantik tetapi itu berbeda dengan kecantikan kakaknya. Julia menolehkan kepala dan terkejut karenanya. "Jenny… Apa yang kau lakukan di sini?" "Kakak, kau tidak pernah lagi datang ke rumah sejak kau menikah, aku hanya memilikimu tetapi kau bahkan tidak melihat adikmu." Jenny buru-buru meraih lengan Julia, memperlihatkan wajahnya yang penuh dengan kesedihan. Orang-orang menatap ke arah mereka berdua, adiknya datang dan mengeluh karena kakaknya tidak melihatnya setelah menikah. Padahal dia hanya memiliki kakaknya satu-satunya. Pandangan kekaguman mereka terhadap Julia sedikit berubah. Tidakkah sang kakak ini agak keterlaluan? Julia menatap ke arah Jenny dan menjawab. "Kakak sudah menikah jadi tidak bisa kembali sesuka hati seperti
Dirinya putri keluarga konglomerat kaya? Julia terdiam, ekspresi wajahnya berubah untuk sesaat. Pria di depannya terlihat meyakinkan, dia mengenakan setelan jas rapi dan wajahnya tidak kurang, tetapi mengapa otaknya sedikit agak aneh? Dia tidak terlihat seperti orang gila, tetapi mengapa dia mengatakan kata-kata yang tidak masuk akal? "Maaf, saya tidak mengerti apa yang anda katakan, dan dokumen ini terlihat seperti anda hendak menipu saya. Saya bukan orang kaya dan tidak memiliki uang, jika anda hendak menipu, maka anda salah orang." Julia merasa menyesal seharusnya dia tidak membuang-buang waktu untuk berbicara dengan orang aneh, bagaimana mungkin dia percaya bahwa dia adalah putri konglomerat kaya raya? Julia mulai berpikir apakah ini modus penipuan terbaru? Ataukah orang ini hendak mengajaknya masuk dalam ajaran sesat baru? Ronald tertegun, mungkin benar bagi Julia dia adalah pria aneh seperti penipu, dia menemuinya dengan terburu-buru dan tiba-tiba mengatakan bahwa Julia a
Julia segera membalasnya. "Koki memintaku untuk pergi dan membeli beberapa bahan makanan, aku sedang dalam perjalanan kembali." Setelah mengirim pesan balasan Julia menyimpan kembali ponselnya, bahkan tidak peduli ketika ibu mertuanya kembali mengirimkannya pesan dan menghubunginya. Ketika Julia tiba di rumah, Riley, sudah berdiri di kusen pintu dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya melotot saat dia menatap Julia yang baru saja kembali. "Lihatlah, Nyonya Muda kita baru saja kembali dari bersenang-senang. Aku tidak pernah memberinya izin keluar tetapi dia tidak tahan. Dia bertemu pria di luar ketika putraku sibuk dengan perusahaannya. Betapa tidak tau malunya dia." Julia menghentikan langkahnya dan menatap ibu mertuanya. "Aku baru saja kembali dari membeli bahan makanan, koki memintaku membelinya. Aku tidak bersenang-senang dan tidak bertemu pria di luar." "Kau pikir aku tidak tau?" Riley mendengus saat dia melemparkan foto ke wajah Julia. "Apakah ini yang kau m
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
James menatap Julia dengan tatapan dingin, matanya menyala dengan kemarahan, rahangnya mengeras. Mata hitamnya dipenuhi kegelapan. Julia tertegun, dia terkejut dan tidak menyangka James akan menjawab seperti itu. Dia tidak pernah melihat James yang menatapnya dengan tatapan tajam juga James tidak pernah berbicara begitu lebar. Julia merasa ragu, tetapi dia masih berusaha untuk berbicara. Matanya menatap lurus ke arah mata James. "Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang pergi keluar rumah dan tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku temui, aku hanya merasa jika pernikahan ini sia-sia. Seperti kata ibumu, aku yatim piatu dari ibu yang bisu, aku tidak bisa memberimu manfaat, kamu bisa bersama wanita yang kamu sukai dan yang ibumu inginkan. Wanita hebat dari garis keturunan terhormat, bukan yatim piatu dari ibu bisu sepertiku. Aku akan menjalani kehidupan yang juga aku inginkan. Ini tidak merugikan siapapun, mengenai permintaan kakekmu bukankah dengan kamu menikahiku maka permint
Julia tertegun, bagaimana James tau? Apakah dia diikuti kembali seperti terakhir kali?"Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa yang salah?"Julia berusaha untuk tetap tenang, dia bingung mengapa dia gugup dan agak takut, dia bahkan tidak berselingkuh. Ronald hanya seseorang yang diutus ayahnya, dia bertemu karena ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan, mengapa dia merasa seakan tertangkap basah karena telah melakukan suatu dosa?James menarik dirinya untuk menjauh. Apa yang salah? Benar, apa yang salah? Sedari awal pernikahan mereka juga bukan pernikahan karena cinta tapi karena tanggung jawab, jadi mengapa dia merasa tidak senang dan berperilaku tidak seperti biasanya?"Ini sudah malam dan kamu wanita yang sudah menikah, jika kamu pergi ke suatu tempat, bukankah kau bisa mengatakannya kepada pelayan? Atau kau juga bisa menghubungiku."Dahi Julia berkerut, dia bingung mengapa James bersikap seperti, sejak kapan dia begitu peduli kemana dia pergi dan siapa yang dia temui."Oh,
Pelayan dengan panik pergi ke sisi lain dan mencoba menghubungi Julia kembali. Setelah lama berlalu dan ketika panggilan hampir berakhir, barulah diseberang sana Julia mengangkat panggilannya."Halo?"Suara Julia terdengar tenang seperti biasa, tetapi dia mendengar keributan di luar sepertinya Julia tengah berada di jalan."Nyonya, Tuan sudah pulang dan terus menunggu anda."Julia yang mendengar hal ini merasa bingung. James adalah suaminya, tetapi dia jenis suami yang acuh dan tidak peduli padanya, James jelas bukan tipe orang yang akan menunggunya pulang ke rumah. Dia tidak akan melakukan itu bahkan jika dunia runtuh. "James menungguku?""Benar, Tuan menunggu anda sejak Tuan kembali dari perusahaan. Saya menghubungi anda berkali-kali sebelumnya tetapi tidak dapat tersambung. Ketika Tuan bertanya kemana anda pergi, saya tidak dapat menjawab."Julia bingung, semakin dia mendengarnya, semakin bingung hatinya. James benar-benar menunggunya tetapi untuk apa? Pernikahan mereka tanpa cin
Ronald tertegun, awalnya dia berpikir Julia akan sangat senang. Tetapi, dia lebih tenang dari yang dia perkirakan, tatapan Julia tidak seperti tatapan anak hilang, dia tidak seperti sosok anak yang mencari keluarganya, dia penuh dengan pendirian dan keteguhan, sepertinya benar, jika mereka tidak menemukannya Julia juga tidak mengharapkan apapun termasuk sosok orang tua kandung."Saya mengerti apa yang anda rasakan. Tetapi… bagaimanapun anda masih memiliki keluarga. Mereka sangat menyayangi anda dan merindukan anda, mereka juga berharap bisa bertemu dengan anda lagi, Tuan dan Nyonya juga ingin meminta maaf kepada anda, lebih dari apapun mereka ingin menebus semua kesalahan mereka."Julia dengan tenang mengaduk kopi di cangkirnya, dia menjawab. "Aku tau, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengan mereka, aku hanya tidak begitu merindukan mereka seperti di masa lalu."Setelah mengalami begitu banyak hal di dalam hidupnya, Julia tidak lagi mengharapkan apa-apa, keluarga yan
Pelayan yang sedang mengelap meja tertegun, dia buru-buru menunduk dan meminta maaf. "Saya minta maaf, lain kali ketika Nyonya pergi saya akan menyampaikannya kepada anda."Pelayan bingung apakah Tuan Muda James marah karena istrinya tidak ada? Tuan Muda James yang tidak pernah mengatakan sepatah katapun ketika makan tiba-tiba mengeluh mengenai rasa masakan padahal dia selalu menyajikan rasa yang sama setiap kali dia masak. Sekarang dia memikirkannya. Apakah itu karena Nyonya Muda? Apakah dia marah karena Nyonya tidak ada?"Apa yang terjadi?" Seorang pelayan lain datang dan membantunya membersihkan meja. "Apakah Tuan Muda tidak menyukainya? Aneh, biasanya Tuan Muda makan dengan lahap.""Tuan Muda tidak puas dengan masakannya.""Tidak puas? Padahal rasanya sama dan bahan makanannya sama, aku sudah bekerja di sini lebih dari satu tahun, bahkan ketika suasana hati Tuan Muda tidak baik, dia masih makan dengan tenang dan teratur.""Itu karena masakan kita kurang, kuahnya terlalu berminyak
Ritea menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap ke arah Jenny. Dia menyapu tubuh Jenny dan rasa jijik muncul di matanya."Bekerja sama dengan orang rendahan sepertimu? Mengapa aku harus melakukannya?"Rieta kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Kekesalannya bertambah berkali-kali lipat, sangat sial! Hari ini dia dijambak Julia dan bertengkar dengannya, dan saat dia menemui kakaknya untuk meminta keadilan, kakaknya tetap tidak peduli padanya dan bersikap gigih dengan keputusannya. James terus-menerus membela Julia dan sekarang, dia masih harus bertemu orang sial lainnya.Jenny terkesiap, rahangnya hampir terjatuh, dia tidak berpikir bahwa dia akan langsung ditolak, dia buru-buru pergi dan menyusul Rieta, dia berjalan disisinya menyamakan langkahnya, sementara mulutnya terus berbicara. "Kamu tidak menyukai Julia dan aku juga sama, kita berada di kapal yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Bukankah lebih baik jika kita bersatu dan bekerja sama untuk menyingkirkan Julia
James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. "Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja."Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam."Ada apa dengannya?""Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap perg
James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika. "Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara. Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain." Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria." Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bod
"Tuan Muda, anda mau kemana?" Asistennya panik melihat James bergegas pergi."Aku memiliki sesuatu yang harus diurus." Saat James mengatakannya dia bergegas keluar dari ruangan."Tetapi, rapat masih belum selesai dan jadwal anda hari ini sangat padat. Anda masih harus bertemu investor nanti." Asistennya buru-buru berjalan di sisi James dan menyamakan langkahnya hampir seperti berlari."Batalkan semuanya dan ubah untuk jadwal besok.""Tapi …"James tidak peduli, dia pergi menuju mobilnya dan segera kembali ke rumah. Dia mengemudi dengan kecepatan penuh bahkan mengabaikan lampu lalu lintas. Polisi yang berdiri di sisi mengumpatnya dengan keras. "Hey kau, aku sudah membaca nomor mobilmu, lihat bagaimana kamu memperpanjang SIM mu nanti."James melirik belakang mobil melalui kaca spion, dia mengabaikan teriakan polisi dan masih mengemudi dengan kecepatan penuh."Apa-apaan ini?" Beberapa orang menekan klakson dengan amarah."Apa kau bosan hidup?"Banyak pengemudi mengumpat tetapi James tet