Usai pesta selesai, Felix tampak lelah. Ia duduk bersandar di dinding sofa, Revalina baru saja masuk membuat Felix bangkit karena tersadar itu tempat Revalina. Revalina memintanya untuk tetap duduk di sana jika masih ingin duduk, tetapi Felix tidak mau karena seharusnya tidak duduk di tempat yang bukan tempatnya. Ia pindah duduk di bibir ranjangnya, Revalina melangkah mengambil kotak kecil dari tasnya, "Ini kado ulang tahun dari saya untuk Bapak." "Untuk saya?" Revalina mengangguk pelan sambil memberikan benda tersebut lebih dekat, ia merasa tidak nyaman ketika Felix menerima benda tersebut. Revalina tidak percaya diri karena tahu kalau Felix tidak terbiasa mempunyai barang-barang murah. "Boleh saya buka?" tanyanya sambil menimang-nimang benda itu. "Boleh, dibuka saja." Felix mengeluarkan jam tangan dari kota tersebut, jam yang terlihat bagus berwarna hitam. Revalina minta maaf karena ia tidak bisa memberikan barang mewah untuk Felix, apalagi di hari spesialnya seperti ini. "Ba
Raisa duduk terpaku dengan bibirnya yang maju beberapa senti, sang Ibu duduk di sampingnya kala melihat sang anak sedang tidak baik-baik saja. "Kok mukanya bete banget, kenapa sayang?" "Aku kesal aja, Ma." "Kesal sama siapa sih anak Mama yang cantik ini?" Raisa berkata dirinya sedang kesal pada Felix karena masalah jam tangan dari Revalina. Ibunya marah karena seharusnya Raisa tidak marah-marah pada Felix sampai melemparkan jam tangan itu hingga rusak. "Kok Mama malah belain Felix, sih? Apa jangan-jangan Mama juga mau membela perempuan kampungan itu?" "Mama gak membela mereka berdua, Mama cuma mau yang terbaik buat kamu. Kamu jangan sering marah-marah sama Felix dengan alasan gak mau tersaingi Revalina, kalau kamu terus-menerus kayak gini yang ada Felix ilfeel sama kamu." Gadis itu terus berbicara mengatakan kekesalannya pada Revalina, ia tidak bisa diam saja ketika Revalina semakin dekat dengan Felix. Raisa tidak mau hati pria itu justru malah diambil oleh Revalina secara perl
Felix mengajak Revalina bertemu dengan Raisa. Raisa minta maaf karena sudah berulang kali membuat kesalahan padanya. Ia memeluk wanita itu dengan erat, tetapi di belakangnya kalau tersenyum sinis. Jujur saja, Raisa terpaksa minta maaf pada Revalina karena ingin terlihat perempuan baik-baik di mata Felix. Ia ingin kembali mengambil hati pria tersebut. "Kamu mau maafin aku, kan? Aku udah jahat banget sama kamu, aku gak yakin kamu bisa maafin aku sepenuhnya." Raisa mengeluh di hadapan Revalina. "Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah, setiap manusia mempunyai kesalahan masing-masing. Jika Mbak Raisa mempunyai kesalahan begitupun dengan saya juga. Jangan khawatir saya memaafkan segala kesalahan Mbak, lagian saya juga gak mengingat-ingat apa yang Mbak lakukan pada saya." "Aku gak nyangka kalau Revalina ini punya hati yang baik, aku berharap kamu bisa menemukan pria yang baik juga di kehidupanmu setelah bercerai dari Felix." "Iya, Mbak. Terima kasih, saya juga berharap Mbak s
Felix berdiri tepat di hadapan Revalina di dalam kamar. Ia berbicara beruntung Vina tidak melanjutkan niatnya untuk menyediakan bodyguard untuk memantaunya dan Revalina. "Iya, Bapak benar." "Tentu saja saya selalu benar dan kamu itu selalu salah, apa yang kamu perbuat sama Ibu saya?" "Saya gak berbuat apa-apa, Pak." "Gak mungkin Ibu saya tiba-tiba mau menyediakan bodyguard kalau kamu gak ngadu ke dia tentang Raisa, pasti kamu ngadu kalau Raisa udah jahati kamu, kan?" Revalina berani bersumpah dirinya tidak pernah melakukan hal seburuk itu walaupun selama ini ia menipu keluarga dan Vina, tetapi tidak akan bisa memfitnah orang lain untuk kepentingannya. Namun, Felix tidak percaya karena yakin Revalina yang sudah mengada-ada. Ia mendesak gadis itu untuk mengakui apa yang sudah dilakukannya, tetapi Revalina tetap saja tidak mengakuinya karena memang tidak melakukannya. Gadis itu menjelaskan kalau Raisa mau menamparnya, tetapi dihentikan oleh Vina. Felix merasa kurang percaya, mana m
Raisa menemui Heri, minta untuk mengurus Revalina supaya menjauh dari kehidupan Felix. Heri menolak karena sekarang masih menjadi buronan kasus penculikan Revalina kala itu. Raisa memaksa, ia bisa melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Raisa ingin Revalina menghilang dari pandangannya, ia tidak peduli kemana wanita itu pergi yang jelas harus tidak ada lagi di hidupnya dan Felix. Itu adalah hal yang sulit bagi Heri karena jika ketahuan pasti Felix tidak akan mengampuninya. Raisa menjamin bayaran yang sangat mahal jika Heri berhasil melakukan perintahnya dengan benar. Siapa yang tidak tergiur dengan banyak uang apalagi pria seperti Heri. Ia mengiyakan keinginan wanita itu, Heri akan berusaha membuat Revalina menjauh dari suaminya. "Jika terjadi sesuatu, jangan pernah libatkan saya ke dalam masalah ini." "Tapi kamu yang minta saya melakukan ini, jadi kamu juga harus bertanggungjawab jika suatu saat saya tertangkapnya. Jangan mau enaknya saja, sedangkan saya masuk sel." "Saya gak ped
Felix bertemu dengan kekasihnya, ia mengingatkan Raisa untuk tidak bersikap kasar pada Revalina karena itu akan membahayakannya. Beruntung, tidak ada orang yang membagikan kejadian itu pada Vina. "Aku muak karena kamu selalu saja membela Revalina," keluh Raisa. "Aku gak membela dia, justru aku mengatakan ini buat masa depan kita. Kalau saja Mama tahu apa yang udah kamu lakukan sama Revalina, pasti dia gak akan pernah menyetujui hubungan kita." Lambat laun Vina akan setuju, tidak peduli mau setuju ataupun tidak yang terpenting sudah menikah. Itulah yang saat ini Raisa katakan pada Felix, tetapi Felix tidak berpikir seperti itu sekarang yang ia pikirkan adalah supaya Vina benar-benar percaya padanya agar memberikan hak warisnya. "Aku ingin kamu gak muncul saat waktu gak tepat," pinta Felix. "Aku gak bisa, mana mungkin aku harus jauh-jauh dari kamu selama satu tahun, sedangkan pernikahanmu dengan Revalina saja baru berjalan satu bulan. Satu tahun itu bukanlah waktu yang sebentar."
Malam-malam, Revalina duduk tempatnya tidur sambil merenung mengingat kenangan masa lalu bersama keluarganya. Berpelukan erat satu sama lain dengan adik-adiknya, bercanda tawa di rumahnya yang sangat sederhana. Menikmati makanan bersama-sama dengan dibagi-bagi sedikit-sedikit, semuanya terasa sangat indah walaupun pada akhirnya ia harus merasakan hidup yang pahit akibat ulah sang Kakak. Felix membawa segelas air dingin ke dalam kamarnya, langkahnya terhenti ketika melihat gadis tersebut. Diletakkannya gelas itu di atas nakas, ia duduk di bibir kasur sambil memperhatikannya. Penasaran, Felix pun bertanya. "Saya hanya rindu suasana di rumah," jawab gadis itu. "Rindu saat-saat kamu dijodohkan sama pria itu?" tanya Felix. Revalina memelas, lalu menjelaskan kalau dirinya bukan rindu tentang Heri, tetapi rindu orang tua dan adik-adiknya. Ia yakin kalau mereka pun merasakan hal yang sama. Felix melarang Revalina untuk memebjada mereka karena mereka yang sudah menghancurkan hidup Revalina
Heri menemui Siska, mengajaknya untuk bekerja sama menculik Revalina dari Felix. Jika Siska berhasil dalam rencana tersebut maka sebagian utangnya pada Heri akan dianggap lunas. Itu adalah tawaran yang sangat menarik, ditambah lagi hanya menculik Revalina itu mudah. Ia mengeluarkan ponsel, mencari nomor Revalina dan menghunginya, tetapi nomor tersebut sudah tidak digunakan lagi. Gadis berambut pirang itu berdecak kesal, akhirnya ia pulang ke rumah orang tuanya menanyakan apakah Revalina berkunjung ke rumah ataukah tidak?"Sudah lama sekali dia tidak datang ke sini," jawab Nina, ibunya. "Kak Revalina sudah gak ingat lagi sama kita, dia melupakan segalanya." Adik kedua Siska angkat bicara. Nina menggelengkan kepalanya pada gadis itu dengan raut wajahnya yang marah karena tidak diperbolehkan menyebarkan kejadian itu. Namun, anak itu tidak mau tinggal diam. Ia menjelaskan pada Siska ketika bertemu Revalina, tetapi malah tidak dianggapnya. "Mana mungkin perempuan lugu kayak Revalina ja
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa