Felix bertemu dengan kekasihnya, ia mengingatkan Raisa untuk tidak bersikap kasar pada Revalina karena itu akan membahayakannya. Beruntung, tidak ada orang yang membagikan kejadian itu pada Vina. "Aku muak karena kamu selalu saja membela Revalina," keluh Raisa. "Aku gak membela dia, justru aku mengatakan ini buat masa depan kita. Kalau saja Mama tahu apa yang udah kamu lakukan sama Revalina, pasti dia gak akan pernah menyetujui hubungan kita." Lambat laun Vina akan setuju, tidak peduli mau setuju ataupun tidak yang terpenting sudah menikah. Itulah yang saat ini Raisa katakan pada Felix, tetapi Felix tidak berpikir seperti itu sekarang yang ia pikirkan adalah supaya Vina benar-benar percaya padanya agar memberikan hak warisnya. "Aku ingin kamu gak muncul saat waktu gak tepat," pinta Felix. "Aku gak bisa, mana mungkin aku harus jauh-jauh dari kamu selama satu tahun, sedangkan pernikahanmu dengan Revalina saja baru berjalan satu bulan. Satu tahun itu bukanlah waktu yang sebentar."
Malam-malam, Revalina duduk tempatnya tidur sambil merenung mengingat kenangan masa lalu bersama keluarganya. Berpelukan erat satu sama lain dengan adik-adiknya, bercanda tawa di rumahnya yang sangat sederhana. Menikmati makanan bersama-sama dengan dibagi-bagi sedikit-sedikit, semuanya terasa sangat indah walaupun pada akhirnya ia harus merasakan hidup yang pahit akibat ulah sang Kakak. Felix membawa segelas air dingin ke dalam kamarnya, langkahnya terhenti ketika melihat gadis tersebut. Diletakkannya gelas itu di atas nakas, ia duduk di bibir kasur sambil memperhatikannya. Penasaran, Felix pun bertanya. "Saya hanya rindu suasana di rumah," jawab gadis itu. "Rindu saat-saat kamu dijodohkan sama pria itu?" tanya Felix. Revalina memelas, lalu menjelaskan kalau dirinya bukan rindu tentang Heri, tetapi rindu orang tua dan adik-adiknya. Ia yakin kalau mereka pun merasakan hal yang sama. Felix melarang Revalina untuk memebjada mereka karena mereka yang sudah menghancurkan hidup Revalina
Heri menemui Siska, mengajaknya untuk bekerja sama menculik Revalina dari Felix. Jika Siska berhasil dalam rencana tersebut maka sebagian utangnya pada Heri akan dianggap lunas. Itu adalah tawaran yang sangat menarik, ditambah lagi hanya menculik Revalina itu mudah. Ia mengeluarkan ponsel, mencari nomor Revalina dan menghunginya, tetapi nomor tersebut sudah tidak digunakan lagi. Gadis berambut pirang itu berdecak kesal, akhirnya ia pulang ke rumah orang tuanya menanyakan apakah Revalina berkunjung ke rumah ataukah tidak?"Sudah lama sekali dia tidak datang ke sini," jawab Nina, ibunya. "Kak Revalina sudah gak ingat lagi sama kita, dia melupakan segalanya." Adik kedua Siska angkat bicara. Nina menggelengkan kepalanya pada gadis itu dengan raut wajahnya yang marah karena tidak diperbolehkan menyebarkan kejadian itu. Namun, anak itu tidak mau tinggal diam. Ia menjelaskan pada Siska ketika bertemu Revalina, tetapi malah tidak dianggapnya. "Mana mungkin perempuan lugu kayak Revalina ja
Ditunggu beberapa hari, Revalina tidak kunjung datang ke rumah sehingga Siska pergi ke kota untuk menemui Revalina. Ia berdiri di depan pagar rumah Felix, minta security untuk membukanya. Namun, pria berseragam itu tidak bisa begitu sama membukanya karena belum ada izin dari pemilik rumah. "Saya ini kakaknya Revalina, kamu jangan main-main sama saya! Kamu di sini cuma kerja aja, dan adik saya adalah menantu di rumah ini." Pria itu menggubris ucapannya, ia pergi ke dalam rumah itu menemui Vina. Vina langsung berhadapan dengan Siska, ia mengusirnya bahkan dilarang untuk datang ke sana lagi. Sebab, Vina tahu betul kalau Revalina dijadikan jaminan pada Heri gara-gara Siska. "Apa salah saya? Saya ingin bertemu dengan adik saya, dia pasti ada di rumah ini, kan?" "Perempuan tidak tahu diri, udah menjual adik sendiri masih aja berani mengakui kalau Revalina itu adalah adikmu! Pergi kamu dari sini sebelum saya seret!" Siska menatap wajah wanita itu, ia pikir Vina adalah wanita yang sanga
Raisa, Siska, dan Heri sedang berkumpul. Raisa menegur sikap Siska yang sangat teledor, jika jepit rambu itu tidak diambil Raisa mungkin saja Siska akan tertangkap. Raisa meminta Heri untuk tidak menabwa gadis tersebut ke dalam urusannya. "Tapi Siska ini adalah kakaknya Revalina jadi dia jauh lebih tahu tentangnya," jelas Heri. "Dan asal kalian tahu, saya hampir tertangkap seharusnya Pak Heri memotong sebagian utang saya." "Gak bisa, kamu tidak membawa Revalina ke hadapan saya. Kalau kamu berhasil membawa Revalina, saya pastikan semua utangmu lunas." Heri mengatakan itu karena uang yang dijanjikan Raisa jauh lebih besar daripada utangnya Siska. Siska merasa tawaran darinya semakin menarik, ia akan berusaha lebih kerasa dan berhati-hati untuk mendapatkan Revalina. Raisa mengancam Heri kalau dalam waktu satu minggu Revalina tidak bisa diculik maka ia akan menyuruh ahlinya. Heri berjanji pada wanita tersebut akan menyingkirkan Revalina dari Felix. Saat itu juga, Heri, Siska, dan
Vino membawa Felix ke kamarnya, pria itu bersandar pada dinding tempat tidur. Felix angkat bicara ia yakin kalau orang yang telah menyerangnya itu adalah Heri. "Heri itu siapa?" tanya Vino. "Tahu, kan nikah sama Revalina karena apa?" tanya Felix yang diangguki Vino. Selain Raisa, Vino juga tahu tentang pernikahan kontrak yang dilakukan Felix dan Revalina. Dari sekian banyaknya keluarga Felix, hanya Vino yang paling dekat dari kecil sehingga Felix mudah untuk bercerita. "Saya gak lihat wajah mereka satupun, tapi di antara mereka ada satu perempuan yang membius saya." Vino membenarkan ucapan Revalina karena ia pun sempat berhadapan dengan wanita itu, wanita yang tidak mempunyai kemampuan beladiri, tetapi ikut bergabung dengan para pria itu. "Tunggu, apa jangan-jangan wanita itu adalah orang yang mengikuti kita di kantor, kamu ingat, kan?" tanya Felix pada Revalina. "Iya, Bapak benar. Saya juga merasa orang itu sama, tapi sayangnya saya gak bisa memastikan dia itu siapa?" "Aku pi
Para penjahat yang sudah babak belur berkumpul dengan Raisa. Mereka minta maaf pada gadis tersebut karena misinya kali ini gagal, Revalina berhasil melarikan diri karena bantuan pria super jagoan. Jika saya tidak ada pria itu, pasti Revalina tidak akan bisa selamat bahkan Felix pun tidak akan bisa menolongnya karena pasti kehilangan jejak. Raisa terkejut mendengar penjelasan dari Heri, ia bertanya apa yang mereka lakukan pada kekasihnya? "Kalau gak melumpuhkan Felix bagaimana kita bisa menculik Revalina?" tanya Heri pada Raisa. "Jadi maksud kamu Felix terluka gitu?" Mereka semua mengangguk, Raisa marah seharusnya mereka tidak menyentuh Felix sedikitpun membiarkannya tetap baik-baik saja. Heri bilang itu mustahil karena Felix melawannya, mana mungkin tidak dilawan balik. "Terus sekarang di mana dia? Sampai sekarang ponsel gak bisa dihubungi." "Setelah kita mengalahkannya, Felix gak bisa apa-apa dia tergeletak di pinggir jalan." Raisa marah besar, jika Felix sakit tentu saja tida
Vino baru saja tiba di rumah Felix, ia langsung masuk begitu saja ke kamar Felix. Felix menggelengkan kepalanya melihat Vino yang menggunakan pakaiannya dengan sangat rapi. "Kenapa?" tanya Vino sambil memperhatikan Felix yang fokus menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Kenapa pake baju itu?" "Sorry, ya gak ada baju. Lagian, ke sini gak bawa baju kayak gini." Felix hanya menyunggingkan senyumannya saja, Vino mengatakan kalau Raisa datang ke kantor mencarinya. Wajah Felix berubah menjadi resah, ia takut kedatangan Raisa ke kantor akan bertemu dengan Vina. Sebab, Felix tidak bisa ke kantor kemungkinan Vina akan turun tangan juga. "Kenapa dia sampai datang ke kantor."Terus kalau ada cewek itu lagi harus diapain?" tanya Vino bingung. "Suruh dia pergi daripada ketahuan," titahnya. Vino pun pergi ke kamarnya mengganti baju, Revalina masuk kamar Felix membawakannya segelas air minum untuk meminum obat. Tidak lupa ia juga membawa potongan buah semangka untuk mengurangi rasa
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa