Vina menatap heran pada menantunya, ia tidak melihat kalung yang kala itu dipakaikan oleh Felix padanya. Penasaran membuatnya menanyakan langsung. Revalina kesulitan menjawab karena memang pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Ia tahu kebenarannya kalau kalung tersebut bukanlah untuknya melainkan untuk Raisa. "Revalina?" "Mmm, kalungnya copot, Ma. Gak sengaja ketarik," jelasnya terbata-bata. Vina masih diam, ia sedikit tidak percaya karena perkataan Revalina seperti orang yang sedang tidak jujur. Netranya beralih pada sang anak yang baru saja menuruni anak tangga. Dipanggilnya Felix, lalu menanyakan perihal tersebut. Revalina mengangguk ketika Felix melihat ke arahnya, sedangkan Vina masih mempertahankan putranya itu. Felix mengiyakan pertanyaan dari ibunya kalau kalung itu memang copot, ia juga berencana untuk membawa Revalina ke toko perhiasan lagi. Membeli kalung yang baru dan menjual yang sudah rusak itu. Wanita itu percaya, sepasang suami istri tersebut pergi bersama, padahal
Ditusuk dari belakang itu sangatlah menyakitkan, walaupun Revalina tidak pernah tahu rasanya diselingkuhi oleh pasangan karena ia belum pernah memiliki hubungan apapun dengan pria sebelumnya, tetapi ia tetap merasakan sakit hati orang lain. Sesekali, gadis itu melihat Felix yang tengah memilih-milih pakaian. Revalina tidak tega jika Felix harus tahu sekarang tentang kenyataan pahit itu, apalagi saat ini Felix sedang bahagia karena hari pertunangan tinggal sebentar lagi. Revalina tidak ingin membuat harinya menjadi buruk. Felix berbalik melihat ke arah istrinya menanyakan baju mana yang mau ia pakai untuk acara nanti, Revalina yang terkejut takut Felix melihat Raisa bersama pria lain, ia pun langsung menarik tangan Felix menajuhi tempat tersebut. Pria itu heran dengan sikapnya kali ini, tetapi Revalina berusaha mengalihkan perhatiannya mengatakan kalau ia mau memilih pakaian di tempat yang lainnya karena memang toko itu sangatlah luas. "Kenapa gak bilang, malah dorong-dorong saya."
Satu keluarga sedang menikmati santapan lezat di makan malam, hanya saja acara kecil itu justru terganggu karena ucapan Vina yang membuat Felix tersedak makanan. Vina mengatakan kalau ia pernah melihat Raisa sedang menggandeng tangan pria tua di pinggir jalan tepatnya di depan kafe. Felix yang terkejut pun terbatuk-batuk membuat Revalina memberikannya air minum. Felix merasa lebih baik setelah minum, Vina menatap heran karena anaknya seterkejut itu setelah mendengar ucapannya seperti masih menyisihkan ruang untuk Raisa di dalam hatinya. "Kenapa? Apakah kamu masih nyimpan perasaan sama wanita itu?" "Nggaklah, Ma. Aku udah punya Revalina," jawabnya sambil mengusap kepala gadis tersebut membuat mengunyahnya nyaris berhenti. Vina yang penasaran membuatnya semakin memanas-manasi Felix dengan mengatakan kalau Raisa sangat mesra dengan pria itu. Mungkin sudah menikah atau sepasang kekasih yang sangat romantis, saling mencintai. Felix yang sudah merasa sudah kepanasan pun mencari akal, i
Di tengah berlangsungnya acara pertunangan Felix dan Raisa, Revalina berusaha menjelaskan ke wanita yang menanyai kehadirannya. Revalina terpaksa berbohong untuk menutupi Felix, ia mengatakan kalau dirinyalah dan Felix hanya sebatas saudara jadi Revalina adalah anak dari Adik ibunya Felix. Wanita itu membawa Revalina mendekat ke panggung acara, Revalina tidak bisa menolak karena mana mungkin mengakui sebagai sodara Felix, tetapi menolak mendekatinya ketika acara berlangsung. Felix melihat ke arah gadis tersebut, lalu Revalina mengangguk. Akhirnya, mereka pun bertunangan sehingga para saudara Raisa saling bertepuk tangan penuh bahagia, begitupun sepasang kekasih itu. Namun, Revalina merasa ada yang mengganjal di hatinya sehingga ia hanya diam saja. Ketika acara telah usai, keduanya memutuskan pulang. Sebelum pulang Raisa mengingat pada Felix untuk tidak melepaskan cicinnya, Felix berjanji pada gadis tersebut kalau dirinya akan selalu mengenakan cincin itu setiap waktu. Felix tidak m
Revalina sedang duduk di kursi paling pojok di kafe, ia datang ke sana bersama dengan Felix, tetapi akhirnya seperti biasa berpisah ketika Felix bertemu dengan Raisa. Revalina selalu diminta untuk menunggunya di kursi lain. Kali ini, gadis itu tengah mengaduk-aduk minumannya. Di tempat yang sama seorang gadis yang sebaya dengannya tengah mengamati Revalina dari sisi kanannya. Tidak salah lagi kalau itu Revalina kata gadis itu di dalam hatinya. Di dekatinya Revalina dengan sangat hati-hati karena ditakutkan salah orang. "Permisi, apa ini benar Revalina?" tanyanya membuat Revalina menengadah melihat ke sumber suara. Revalina tersenyum membuat gadis yang ada di hadapannya membalas senyumannya, "Santi, taman SMP aku, kan? Ini beneran Santi?" Gadis yang disapa Santi itu mengangguk kemudian keduanya berpelukan dengan hangat. Mereka sama-sama saling merindukan karena sudah lama tidak bertemu setelah lulus SMP. Revalina menyuruhnya untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya itu. "Kok
Di pagi hari, Santi sedang memperhatikan suasana rumah Felix yang masih sangat hening. Ia melihat Felix yang memasuki kendaraan beroda empatnya. Santi langsung mencegatnya ketika mobil itu keluar dari pagar. Pria matang itu menghentikan kendaraannya memperhatikan sosok wanita berkulit sawo matang itu mengetuk-ngetuk kaca dari arah luar. Felix terpaksa menurunkan kaca karena Santi terus memintanya untuk membuka pintu. Felix menatap nyaris kesal pada wanita yang sama sekali tidak dikenalnya, tetapi malah sok kenal. Jelas tidaklah nyaman bagi seorang Felix yang memang memiliki sikap dingin pada orang baru. "Kamu orang yang kemarin, kan?" "Maaf, tapi saya tidak merasa pernah bertemu dengan anda." "Mana mungkin kamu lupa, jelas-jelas kita gak sengaja ketemu pas kemarin di kafe. Kamu bawa Revalina ketika dia lagi bicara sama saya." "Mungkin kamu salah orang," ucap Felix sambil menaikkan kacanya lagi. Mobil melaju begitu cepat membuat Santi terdiam melongo melihat Felix yang sangat tid
Felix baru saja tiba di kantornya, ia tidak sengaja melihat Revalina yang tengah makan. Pria itu memperhatikan dengan menautkan alisnya, ia berpikir apakah itu Revalina? Langkahnya menjadi semakin dekat pada gadis tersebut. "Ngapain kamu di sini?" tanya Felix menghentikan aktivitas makannya Revalina. Wanita muda menelan makanannya, lalu berkata kalau kedatangannya untuk mengantarkan cicin. Felix protes karena tidak seharusnya Revalina sampai datang ke tempat kerja hanya untuk mengantarkan cicin. "Ini bukan kemauan saya, tapi Nyonya yang menyuruh saya untuk ke sini." Felix menghela nafasnya, ia merasa kalau ibunya masih kian mencurigainya. Felix mengambil benda itu dari lengan istrinya. Revalina kembali duduk yang diikuti oleh Felix, disuruhnya Revalina untuk melanjutkan makannya. Sembari menunggunya makan, Felix memikirkan tentang ibunya. Ia sangat yakin kalau Vina memang tidak 100% percaya padanya, masih ada rasa curiga di benak wanita itu. "Dari mana Ibu saya tahu kalau cicin i
Pintu mobil dibuka oleh sang pemilik, Felix keluar dari sana dengan langkahnya yang tergesa-gesa, ditambah lagi ada beberapa orang sedang menolong Santi yang tidak sengaja tersenggol mobilnya. Felix melihat Santi dengan tatapan heran karena ia ingat betul pernah bertemu sebelumnya. Santi berusaha bangkit dengan dibantu dua orang wanita tidak dikenal. Orang-orang meminta pertanggung jawaban pada Felix karena sudah membuat Santi celaka. Namun, Santi yang memang sedang mencari-cari Felix pun mengatakan untuk tidak meminta ganti rugi ataupun membawa Felix ke ranah hukum karena mereka saling kenal. Seorang wanita bertanya pada Felix apakah itu benar? Felix, diam sambil melihat ke arah Santi yang mengangguk. "Iya, kamu saling kenal. Kalian tidak perlu khawatir, saya sendiri yang akan mengobatinya." Mereka pun pergi usai Santi mengucap terima kasih, Santi sedikit meringis karena memiliki beberapa goresan di tangan dan kakinya. Felix minta maaf sambil mengajak Santi untuk ke rumah sakit,