Di pagi hari, Santi sedang memperhatikan suasana rumah Felix yang masih sangat hening. Ia melihat Felix yang memasuki kendaraan beroda empatnya. Santi langsung mencegatnya ketika mobil itu keluar dari pagar. Pria matang itu menghentikan kendaraannya memperhatikan sosok wanita berkulit sawo matang itu mengetuk-ngetuk kaca dari arah luar. Felix terpaksa menurunkan kaca karena Santi terus memintanya untuk membuka pintu. Felix menatap nyaris kesal pada wanita yang sama sekali tidak dikenalnya, tetapi malah sok kenal. Jelas tidaklah nyaman bagi seorang Felix yang memang memiliki sikap dingin pada orang baru. "Kamu orang yang kemarin, kan?" "Maaf, tapi saya tidak merasa pernah bertemu dengan anda." "Mana mungkin kamu lupa, jelas-jelas kita gak sengaja ketemu pas kemarin di kafe. Kamu bawa Revalina ketika dia lagi bicara sama saya." "Mungkin kamu salah orang," ucap Felix sambil menaikkan kacanya lagi. Mobil melaju begitu cepat membuat Santi terdiam melongo melihat Felix yang sangat tid
Felix baru saja tiba di kantornya, ia tidak sengaja melihat Revalina yang tengah makan. Pria itu memperhatikan dengan menautkan alisnya, ia berpikir apakah itu Revalina? Langkahnya menjadi semakin dekat pada gadis tersebut. "Ngapain kamu di sini?" tanya Felix menghentikan aktivitas makannya Revalina. Wanita muda menelan makanannya, lalu berkata kalau kedatangannya untuk mengantarkan cicin. Felix protes karena tidak seharusnya Revalina sampai datang ke tempat kerja hanya untuk mengantarkan cicin. "Ini bukan kemauan saya, tapi Nyonya yang menyuruh saya untuk ke sini." Felix menghela nafasnya, ia merasa kalau ibunya masih kian mencurigainya. Felix mengambil benda itu dari lengan istrinya. Revalina kembali duduk yang diikuti oleh Felix, disuruhnya Revalina untuk melanjutkan makannya. Sembari menunggunya makan, Felix memikirkan tentang ibunya. Ia sangat yakin kalau Vina memang tidak 100% percaya padanya, masih ada rasa curiga di benak wanita itu. "Dari mana Ibu saya tahu kalau cicin i
Pintu mobil dibuka oleh sang pemilik, Felix keluar dari sana dengan langkahnya yang tergesa-gesa, ditambah lagi ada beberapa orang sedang menolong Santi yang tidak sengaja tersenggol mobilnya. Felix melihat Santi dengan tatapan heran karena ia ingat betul pernah bertemu sebelumnya. Santi berusaha bangkit dengan dibantu dua orang wanita tidak dikenal. Orang-orang meminta pertanggung jawaban pada Felix karena sudah membuat Santi celaka. Namun, Santi yang memang sedang mencari-cari Felix pun mengatakan untuk tidak meminta ganti rugi ataupun membawa Felix ke ranah hukum karena mereka saling kenal. Seorang wanita bertanya pada Felix apakah itu benar? Felix, diam sambil melihat ke arah Santi yang mengangguk. "Iya, kamu saling kenal. Kalian tidak perlu khawatir, saya sendiri yang akan mengobatinya." Mereka pun pergi usai Santi mengucap terima kasih, Santi sedikit meringis karena memiliki beberapa goresan di tangan dan kakinya. Felix minta maaf sambil mengajak Santi untuk ke rumah sakit,
Felix mengecek keadaan Revalina, tetapi gadis itu belum juga sadarkan diri. Kondisinya masih cukup kritis, bahkan setelah Vina tiba di tempat itu karena diberitahu Felix. "Sebaiknya orang tua Revalina tahu tentang keadaannya," saran Santi. Tidak ada seorang pun yang menjawabnya, tetapi diam-diam Felix menghubungi seseorang untuk memberitahukan kabar tersebut pada keluarga istrinya. Vina yang kerap kali kasar pada orang lain membuatnya meminta Santi untuk pergi karena memang wanita itu bukan bagian dari keluarganya. Ketika Felix kembali ke ruangan tersebut, ia tidak melihat Santi lagi di sana membuatnya bertanya pada sang Ibu. Setelah tahu Vina mengurusinya begitu saja dengan kasar, Felix mengatai ibunya kasar pada orang yang telah menyelematkan Revalina. "Apa? Dia menyelematkan Revalina? Mama gak yakin, pasti dia itu orang yang pengen dapat uang dengan cara bergabung sama penculik.""Dia itu teman Revalina, gak mungkin kayak gitu." "Kamu percaya sama wanita itu? Kamu udah dewasa
Ketika Revalina sudah sadarkan diri, ia menanyakan orang tuanya yang tidak terlihat di tempat itu. Vina yang sedang menunggunya mengatakan kalau kedua orang tua Revalina tidak datang, mereka sudah melupakannya. Revalina merasa tidak percaya ucapan mertuanya, tentu saja tidak mungkin orang tuanya lupa pada anaknya sendiri. Vina tidak mau memberitahukan kedatangan orang tua gadis itu karena bisa saja mereka akan semakin dekat atau bahkan mungkin akan menginap di rumah Vina untuk membantu merawat putrinya. Vina tidak akan membiarkan itu terjadi. "Tapi mereka tahu kalau saya di rumah sakit?" tanya Revalina yang keadaannya masih belum sepenuhnya pulih. "Ya tentu saja mereka tahu, tapi mereka tidak datang sama sekali. Sekedar nanyain kamu aja nggak," jawab Vina. "Gak mungkin, pasti Nyonya tidak melihat mereka datang, pasti ketika nyonya pulang mereka ke sini." "Setiap waktu saya di sini, kamu pikir saya gak nungguin kamu gitu?"Revalina tidak berbicara lagi pada mertuanya karena meliha
Ketika sudah sembuh, Revalina meminta tolong pada Felix untuk mengantarkannya ke rumah orang tuanya. Revalina yakin kalau mereka pasti sangat mengkhawatirkannya. Setelah tahu keadaan Revalina yang buruk, mereka tidak pernah mendapatkan kabar baik sampai detik ini. Ingin ke rumah sakit lagi, rasanya pun tidak akan mungkin karena pasti Vina akan marah.Kebetulan permintaan Revalina dikabulkan oleh Felix karena tidak mau Revalina pergi sendiri dan mengalami kejadian seperti sebelumnya. Sebenarnya, Felix sudah memiliki janji bertemu dengan kekasihnya, tetapi ia pergi tanpa mengabari Raisa terlebih dahulu. Setibanya, di tempat yang dimaksud, Revalina disambut dengan senang hati oleh kedua orang tua dan adik perempuannya. Seperti biasa, Felix tidak masuk ke rumah mertuanya, ia hanya menunggu saja di dalam mobil membuat dua adik Revalina heran. Mereka yang masih belum tahu apa-apa tentang hubungan Revalina dan Felix pun bertanya pada Revalina mengapa Felix tidak masuk rumah? Revalina berus
Felix cepat-cepat keluar dari mobil ketika tiba di tempat yang dikatakan oleh Raisa. Ia meminta Revalina untuk menunggu di mobil, tetapi jika Raisa ke sana Revalina harus segera sembunyi sebisa mungkin. Raisa yang telah menunggunya begitu lama pun cemberut karena kesal pada Felix. Felix mencoba membujuknya beberapa kali untuk mengembalikan senyuman dari gadis pujaannya itu. Setelah mengobrol dan menikmati beberapa hidangan di tempat itu, Raisa meminta pada kekasihnya untuk dibelikan pakaian model terbaru yang sangat ingin ia miliki. Tentu saja apapun yang diinginkan olehnya tidak akan mungkin ditolak okeh Felix. Raisa bukan semata-mata marah pada Felix karena telat ataupun cemburu jika bersama dengan Revalina, tetapi karena ia tidak mau kalau Felix berpaling darinya yang hanya akan membuatnya tidak bisa memiliki apapun. 'Mbak Raisa, kayaknya menuju ke sini.' Revalina membatin ketika melihat Raisa yang berjalan dengan bergelayut manja di lengan kekasihnya. Felix membukakan pintu mo
Tidak ada kecurigaan di benak Vina kala melihat anak dan menantunya pulang, ia selalu senang jika mereka bersama-sama seperti itu. Padahal, di sisi lain Felix telah membelikan banyak barang-barang yang mahal untuk Raisa tanpa sepengetahuan sang Ibu. Keesokan harinya, ketika Felix hendak pergi ke kantor ia berdiri di tangga merogoh sakunya untuk mengambil ponsel, tetapi ternyata di dalamnya terdapat cicin pertunangannya dengan Raisa. Cincin tersebut menggelinding ke bawah jauh dari pandangan Felix, ia mencoba mencari-cari sampai ke dasar tangga, tetapi tidak ditemukan juga. "Felix, apa yang sedang kamu cari?" tanya Vina tiba-tiba muncul di belakangnya. Pria itu tersentak kaget dan langsung berbalik, "Mmm, ini. Anu, Ma." Vina menaikkan kedua alisnya menunggu jawaban putranya. Felix menelan saliva gugupnya mencoba mengatakan kalau yang dicari adalah flashdisk. Vina mau membantu mencari, tetapi Felix menolak katanya tidak ingin merepotkan ibunya itu. "Apa itu mau dipakai sekarang?" t
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa