Satu keluarga sedang menikmati santapan lezat di makan malam, hanya saja acara kecil itu justru terganggu karena ucapan Vina yang membuat Felix tersedak makanan. Vina mengatakan kalau ia pernah melihat Raisa sedang menggandeng tangan pria tua di pinggir jalan tepatnya di depan kafe. Felix yang terkejut pun terbatuk-batuk membuat Revalina memberikannya air minum. Felix merasa lebih baik setelah minum, Vina menatap heran karena anaknya seterkejut itu setelah mendengar ucapannya seperti masih menyisihkan ruang untuk Raisa di dalam hatinya. "Kenapa? Apakah kamu masih nyimpan perasaan sama wanita itu?" "Nggaklah, Ma. Aku udah punya Revalina," jawabnya sambil mengusap kepala gadis tersebut membuat mengunyahnya nyaris berhenti. Vina yang penasaran membuatnya semakin memanas-manasi Felix dengan mengatakan kalau Raisa sangat mesra dengan pria itu. Mungkin sudah menikah atau sepasang kekasih yang sangat romantis, saling mencintai. Felix yang sudah merasa sudah kepanasan pun mencari akal, i
Di tengah berlangsungnya acara pertunangan Felix dan Raisa, Revalina berusaha menjelaskan ke wanita yang menanyai kehadirannya. Revalina terpaksa berbohong untuk menutupi Felix, ia mengatakan kalau dirinyalah dan Felix hanya sebatas saudara jadi Revalina adalah anak dari Adik ibunya Felix. Wanita itu membawa Revalina mendekat ke panggung acara, Revalina tidak bisa menolak karena mana mungkin mengakui sebagai sodara Felix, tetapi menolak mendekatinya ketika acara berlangsung. Felix melihat ke arah gadis tersebut, lalu Revalina mengangguk. Akhirnya, mereka pun bertunangan sehingga para saudara Raisa saling bertepuk tangan penuh bahagia, begitupun sepasang kekasih itu. Namun, Revalina merasa ada yang mengganjal di hatinya sehingga ia hanya diam saja. Ketika acara telah usai, keduanya memutuskan pulang. Sebelum pulang Raisa mengingat pada Felix untuk tidak melepaskan cicinnya, Felix berjanji pada gadis tersebut kalau dirinya akan selalu mengenakan cincin itu setiap waktu. Felix tidak m
Revalina sedang duduk di kursi paling pojok di kafe, ia datang ke sana bersama dengan Felix, tetapi akhirnya seperti biasa berpisah ketika Felix bertemu dengan Raisa. Revalina selalu diminta untuk menunggunya di kursi lain. Kali ini, gadis itu tengah mengaduk-aduk minumannya. Di tempat yang sama seorang gadis yang sebaya dengannya tengah mengamati Revalina dari sisi kanannya. Tidak salah lagi kalau itu Revalina kata gadis itu di dalam hatinya. Di dekatinya Revalina dengan sangat hati-hati karena ditakutkan salah orang. "Permisi, apa ini benar Revalina?" tanyanya membuat Revalina menengadah melihat ke sumber suara. Revalina tersenyum membuat gadis yang ada di hadapannya membalas senyumannya, "Santi, taman SMP aku, kan? Ini beneran Santi?" Gadis yang disapa Santi itu mengangguk kemudian keduanya berpelukan dengan hangat. Mereka sama-sama saling merindukan karena sudah lama tidak bertemu setelah lulus SMP. Revalina menyuruhnya untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya itu. "Kok
Di pagi hari, Santi sedang memperhatikan suasana rumah Felix yang masih sangat hening. Ia melihat Felix yang memasuki kendaraan beroda empatnya. Santi langsung mencegatnya ketika mobil itu keluar dari pagar. Pria matang itu menghentikan kendaraannya memperhatikan sosok wanita berkulit sawo matang itu mengetuk-ngetuk kaca dari arah luar. Felix terpaksa menurunkan kaca karena Santi terus memintanya untuk membuka pintu. Felix menatap nyaris kesal pada wanita yang sama sekali tidak dikenalnya, tetapi malah sok kenal. Jelas tidaklah nyaman bagi seorang Felix yang memang memiliki sikap dingin pada orang baru. "Kamu orang yang kemarin, kan?" "Maaf, tapi saya tidak merasa pernah bertemu dengan anda." "Mana mungkin kamu lupa, jelas-jelas kita gak sengaja ketemu pas kemarin di kafe. Kamu bawa Revalina ketika dia lagi bicara sama saya." "Mungkin kamu salah orang," ucap Felix sambil menaikkan kacanya lagi. Mobil melaju begitu cepat membuat Santi terdiam melongo melihat Felix yang sangat tid
Felix baru saja tiba di kantornya, ia tidak sengaja melihat Revalina yang tengah makan. Pria itu memperhatikan dengan menautkan alisnya, ia berpikir apakah itu Revalina? Langkahnya menjadi semakin dekat pada gadis tersebut. "Ngapain kamu di sini?" tanya Felix menghentikan aktivitas makannya Revalina. Wanita muda menelan makanannya, lalu berkata kalau kedatangannya untuk mengantarkan cicin. Felix protes karena tidak seharusnya Revalina sampai datang ke tempat kerja hanya untuk mengantarkan cicin. "Ini bukan kemauan saya, tapi Nyonya yang menyuruh saya untuk ke sini." Felix menghela nafasnya, ia merasa kalau ibunya masih kian mencurigainya. Felix mengambil benda itu dari lengan istrinya. Revalina kembali duduk yang diikuti oleh Felix, disuruhnya Revalina untuk melanjutkan makannya. Sembari menunggunya makan, Felix memikirkan tentang ibunya. Ia sangat yakin kalau Vina memang tidak 100% percaya padanya, masih ada rasa curiga di benak wanita itu. "Dari mana Ibu saya tahu kalau cicin i
Pintu mobil dibuka oleh sang pemilik, Felix keluar dari sana dengan langkahnya yang tergesa-gesa, ditambah lagi ada beberapa orang sedang menolong Santi yang tidak sengaja tersenggol mobilnya. Felix melihat Santi dengan tatapan heran karena ia ingat betul pernah bertemu sebelumnya. Santi berusaha bangkit dengan dibantu dua orang wanita tidak dikenal. Orang-orang meminta pertanggung jawaban pada Felix karena sudah membuat Santi celaka. Namun, Santi yang memang sedang mencari-cari Felix pun mengatakan untuk tidak meminta ganti rugi ataupun membawa Felix ke ranah hukum karena mereka saling kenal. Seorang wanita bertanya pada Felix apakah itu benar? Felix, diam sambil melihat ke arah Santi yang mengangguk. "Iya, kamu saling kenal. Kalian tidak perlu khawatir, saya sendiri yang akan mengobatinya." Mereka pun pergi usai Santi mengucap terima kasih, Santi sedikit meringis karena memiliki beberapa goresan di tangan dan kakinya. Felix minta maaf sambil mengajak Santi untuk ke rumah sakit,
Felix mengecek keadaan Revalina, tetapi gadis itu belum juga sadarkan diri. Kondisinya masih cukup kritis, bahkan setelah Vina tiba di tempat itu karena diberitahu Felix. "Sebaiknya orang tua Revalina tahu tentang keadaannya," saran Santi. Tidak ada seorang pun yang menjawabnya, tetapi diam-diam Felix menghubungi seseorang untuk memberitahukan kabar tersebut pada keluarga istrinya. Vina yang kerap kali kasar pada orang lain membuatnya meminta Santi untuk pergi karena memang wanita itu bukan bagian dari keluarganya. Ketika Felix kembali ke ruangan tersebut, ia tidak melihat Santi lagi di sana membuatnya bertanya pada sang Ibu. Setelah tahu Vina mengurusinya begitu saja dengan kasar, Felix mengatai ibunya kasar pada orang yang telah menyelematkan Revalina. "Apa? Dia menyelematkan Revalina? Mama gak yakin, pasti dia itu orang yang pengen dapat uang dengan cara bergabung sama penculik.""Dia itu teman Revalina, gak mungkin kayak gitu." "Kamu percaya sama wanita itu? Kamu udah dewasa
Ketika Revalina sudah sadarkan diri, ia menanyakan orang tuanya yang tidak terlihat di tempat itu. Vina yang sedang menunggunya mengatakan kalau kedua orang tua Revalina tidak datang, mereka sudah melupakannya. Revalina merasa tidak percaya ucapan mertuanya, tentu saja tidak mungkin orang tuanya lupa pada anaknya sendiri. Vina tidak mau memberitahukan kedatangan orang tua gadis itu karena bisa saja mereka akan semakin dekat atau bahkan mungkin akan menginap di rumah Vina untuk membantu merawat putrinya. Vina tidak akan membiarkan itu terjadi. "Tapi mereka tahu kalau saya di rumah sakit?" tanya Revalina yang keadaannya masih belum sepenuhnya pulih. "Ya tentu saja mereka tahu, tapi mereka tidak datang sama sekali. Sekedar nanyain kamu aja nggak," jawab Vina. "Gak mungkin, pasti Nyonya tidak melihat mereka datang, pasti ketika nyonya pulang mereka ke sini." "Setiap waktu saya di sini, kamu pikir saya gak nungguin kamu gitu?"Revalina tidak berbicara lagi pada mertuanya karena meliha