"Kamu mau berlibur ke Bali bersama Kana minggu depan?" ulang Ivander saat mendengar rencana adiknya di makan pagi mereka di rumah sang Ayah. "Itu ide yang bagus, Iola sayang," cetus Reynold. "Kamu mau berlibur ke Bali bersama Kana? Aku mau ikut, Iola!" seru Shein antusias. "Apa? Kamu ikut? Enak aja! Ini adalah liburan khusus kakak dan adik ipar! Lagipula kenapa kamu mau ikut?" sosor Iola. "Kenapa? Aku 'kan adik ipar Kana juga! Harusnya aku bisa gabung sama kalian." Shein tersenyum sambil menaikkan-turunkan kedua alisnya pada Kana. Sementara Kana hanya tersenyum saja. Hal itu membuat Iola geram."Hei, Shein, ingat! Kita baru bertunangan, kamu belum jadi adik ipar Ivander Kana atau pun Ivander. Aneh kalau kamu mau ikut!" tukas Iola. "Aneh? Justru kamu yang aneh, Iola! Kamu tidak pernah suka Kana jadi Kakak Iparmu, tapi tahu-tahu mau mengajak Kana liburan. Apakah itu tidak aneh?" tukas Shein yang membuat Ivander kini menatap lurus ke arah adik perempuannya dengan tatapan tajam.Sonta
Iola terkesiap. Tidak! Ivander tidak boleh bergabung. Apakah sebenarnya sang Kakak masih mencurigainya? Jika Ivander ikut, maka dia akan membongkar rencana Jenni secara brutal. Kenapa juga dia menjaga Kana sampai segitunya? Mana lagi pakai alasan mau bulan madu!"Tentu saja tidak boleh!" seru Shein yang menarik atensi semua orang."Kenapa, Shein?" protes Reynold."Ivander, aku saja tidak boleh. Itu berarti kamu juga tidak boleh! Ini bukan sekedar liburan antara Kakak dan Adik Ipar, melainkan liburan para wanita!" tekan Shein yang membuat alis Iola naik sebelah. Shein bertindak di saat yang tepat."Kamu akan merusak semuanya jika hadir di malam kedua," jelas Shein. Seketika senyum Iola merekah. "Kamu benar, Shein! Akhirnya kamu mendukungku, Say—" Iola langsung menutup mulutnya. Apa yang mau dia ucapkan? "Aku selalu tahu keinginanmu, Iola," bangga Shein yang juga ikut melempar senyumnya pada sang tunangan. Iola langsung membuang muka."Selalu tahu apanya?" cibir Iola sambil mencebik.
Iola berlari ke arah bibir pantai. "Yeay, akhirnya aku melihat pantai lagi setelah sekian lama!" seru Iola girang. Iola memasan cotage yang terhubung dengan pantai sehingga ia bisa bebas pergi ke pantai kapan pun dia mau. Sementara Kana mengikutinya dari belakang. "Sepertinya kamu benar-benar suka pantai, ya, Iola?" komentar Kana agak canggung. Sejak di pesawat, Kana berusaha mengakrabkan dori dengan Iola, tetapi entah kenapa suasana di antara mereka masih belum cair. Namun, setidaknya dia bisa melihat senyum Iola selebar ini. Biasanya adik perempuan Ivander ini selalu menekuk wajahnya. Seketika senyum Iola sirna. Apa yang sedang dilakukan wanita rendahan ini? Apa dia mau sok akrab dengan Iola? Namun Iola tidak bisa marah seperti biasanya, toh di hadapan Ivander, dia sudah mengaku mau mencoba menerima Kana. Iola langsung menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Iya. Aku sangat suka pantai. Jika ada kesempatan, aku selalu ke sini ...." Iola memandang
Sontak mata Kana membulat. "Ada apa, Mba?" tanya pemandu Iola, atensi Kana pun beralih, sementara Iola langsung menutup mulutnya rapat-rapat. "Ti-tidak apa-apa, Bli," ujar Iola mengklarifikasi. "Oke, kita lanjut, ya," ujar pemandu Iola dan Kana. Mereka berdua mengikuti pemandu mereka di belakang. Tepat saat itu, Kana menarik tangan Iola. "Iola, apa maksudmu aku merebut Shein darimu?" bisik Kana. Iola tersentak. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri. "Uhm, i-itu ...." Harusnya tidak begini, kenapa Iola tidak bisa menahan diri sedikit lagi? "Sudahlah! Jangan dibahas lagi!" Suara Iola berubah jadi dingin. Kana sendiri tak bisa protes. Mereka berdua pun fokus melanjutkan kegiatan di lokakarya. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya perhiasan mereka sudah selesai dibuat. Kana memandang cincin buatannya untuk Ivander. Ia membuat desain cincin elegan pria yang dia ukir dengan ukiran tanaman di pinggirnya serta satu ukiran inisial huruf "I" dengan aksara Bali di tengahnya. Dia
"Iola?" panggil Kana saat dia bangun sambil meraba tempat di sampingnya. Namun, dia tidak menemukan apapun, Kana langsung terbangun. Dahinya mengernyit saat ia menemukan tempat di sampingnya kosong. "Iola ke mana?" gumamnya. Kana langsung turun dari tempat tidur, dia langsung pergi ke kamar mandi. "Iola?" panggilnya, tetapi tidak ada sahutan. Lantai kamar mabdi juga tetasa kering. Kana kemudian memeriksa di dapur, tetapi hasilnya sama. Kana kemudian pergi ke teras cottage dan memerika rak sepati, tetapi dia tidak menemukan sandal Iola. Kana langsung kembali ke dalam dan duduk di sofa. Dia berusaha mengingat, mungkin saja semalam Iola mengatakan mau ke mana sebelum tidur. Namun Kana tidak bisa menemukan petunjuk apapun. Semalam tubuhnya terasa sangat lelah hingga setelah berbincang dengan sang Adik Ipar, dia langsung terlelap. Dia tidak sadar, apakah Iola sudah tidur atau belum. Dia bahkan tidak sadar jika Iola mungkin saja sudah bangun lebih pagi untuk olahraga. "Ya, mungkin Iola
Shein memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong kemudian pandangannya beralih pada Kana. "I-ivander. Ini Ivander," ucap Shein lesu. "Angkat!" cetus Kana seraya menatap lurus ke arah shein. Namun, tangan lemas Shein sama sekali tidak bisa mengusap tombol hijau di layar hingga akhirnya panggilan dari Ivander berakhir. Shein bahkan sudah tidak bisa merasakan energi di seluruh tubuhnya. Kana hanya bisa menghela napas. "Shein, izinkan aku yang mengangkatnya," pinta Kana seraya menatap lurus ke arah Shein. Shein pun mengangguk. "Silakan," ucap Shein lesu sambil menyerahkan ponselnya. Tak selang berapa lama, Ivander kembali menelpon. Kana langsung mengangkatnya. [Shein, jelaskan secara rinci! Apa maksudmu Iola hilang?] ucap Ivander di seberang begitu Kana mengangkat panggilannya."Uhm, I-ivander ...." [Kana?] seru Ivander agak kaget. "I-iya, i-ini a-aku, Ka-kana," ucap Kana agak gemetaran.[Bagaimana kamu bisa bersama Shein?] tanya Ivander dengan suara yang terdengar agak pani
Setelah mereka sampai di lokasi, Shein dan Kana langsung turun dari mobil dan menghampiri Ivander yang tengah sibuk dengan ponselnya. "Ivander!" seru Shein langsung menghampiri calon kakak iparnya, sementara Kana mengekor pada Shein. Ivander yang menyadari kehadiran Shein dan Kana langsung buru-buru mengakhiri panggilannya. "Akhirnya kalian sampai juga," sahut Ivander. "Apakah sudah ada kabar dari tim khususmu?" tanya Shein tanpa basa-basi. Namun Ivander menggeleng. "Kami masih melakukan pencarian," beber Ivander yang langsung beralih pada Kana. "Kana, bisa kamu ceritakan, apakah Iola sempat mengatakan sesuatu sebelum dia pergi semalam?" cecar Ivander yang nada suaranya agak bergetar. Hal itu tak luput dari perhatian Kana. Mungkinkah Ivander agak takut? "Kana?" tekan Ivander yang tidak segera mendapat jawaban, sayangnya Kana malah menggeleng seraya menatap Ivander dengan nanar."Maafkan aku, Ivander. Aku tidak tahu. Yan
"Kirim lokasinya padaku sekarang dan kita semua akan ke sana!" titah Jenni. Setelah itu panggilan berakhir. "Iola ditemukan di mana?" cecar Ivander yang berdiri tepat di depan Jenni. "Lokasinya tidak jauh dari sini. Titik pasti lokasinya sudah kukirim ke ponselmu dan Shein!" ujar Jenni. Ivander dan Shein kompak langsung mengecek ponsel mereka. "Oke! Kalau begitu, kita langsung pergi ke lokasi sekarang!" perintah Ivander. Dia langsung pergi ke mobilnya, tetapi langkahnya terhenti. Dia berbalik dan matanya langsung awas pada sosok wanita berambut pendek. "Kana ...." Ucapannya terhenti ketika menemukan sosok Kana berlari ke mobil Shein. Ivander hanya bisa menghela napas sambil menatap kecewa. "Tuan Ivander, kita berangkat sekarang?" Tiba-tiba seorang dari tim khususnya ada di sampingnya. Ivander hanya mengangguk tanpa melepas tatapannya dari Kana sampai wanita itu benar-benar masuk ke dalam mobil Shein. "Iya, kita berangkat se