Share

Pembunuh

Penulis: UTTERA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejak hari itu hubungan Qeera dan Axzel semakin berjarak, apalagi kini mereka pisah kamar. Lebih tepatnya Axzel yang mengusir Qeera dari kamar mereka.

“Kak,” panggil Qeera saat Axzel akan berangkat ke kantor.

Ia telah lama menunggu Axzel supaya mereka bisa bertemu atau bicara. Qeera sedih bukan hanya kehilangan anak, tetapi juga semakin kehilangan suami. Bahkan sekarang setiap malam ia akan bisa terlelap setelah kelelahan menangis dan tidak ada suami yang menenangkannyan karena dia sibuk entah pekerjaan dan Bella, sahabatnya.

“Saya sibuk!”

“Kak! Mau sampai kapan kamu akan seperti ini?!” tanya Qeera emosi.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Bukannya saling menguatkan karena kehilangan anak mereka, Axzel malah semakin menjauhinya. Hatinya sakit dan kecewa, bukan hanya karena kehilangan anak, tetapi juga karena sikap kasar Axzel.

Axzel berbalik. Sekian lama tenang tanpa gangguan Qeera hari ini sang istri menganggu saat emosinya sedang tak baik-baik saja. Semalam Axzel bermimpi bertemu seorang anak perempuan cantik, tetapi anak cantik tersebut marah kepadanya seolah menuduh Axzel yang telah membunuhnya. Hal itu menyebabkan hari ini suasana hati Axzel tak menentu.

“Apa lagi! Kurang jelas saya bilang sibuk!” bentaknya kasar kembali berbalik melanjutkan langkah.

Qeera menahannya, apalagi ia sudah menunggu sangat lama supaya bisa bicara dengan suaminya.

“Kak, sudah tiga bulan kita layaknya musuh. Apa kamu lupa aku ini istrimu?”

“Istri?” tanyanya dengan terkekeh. “Sekarang saya bertanya apa yang sudah kamu lakukan sebagai istri. Menjaga anak saya, tidak bisa. Memuaskan saya, kapan terakhir kamu melayani saya?!”

Axzel tertawa sinis saat Qeera tak bisa menjawab. “Tidak bisa menjawab, kan? Kamu memang tak pantas menjadi menantu keluarga Mahardika. Dasar Bodoh!”

Kepala Qeera di tunjuk sampai terpental ke belakang. Air mata merebak mendapat perlakuan itu. Bukan salah dirinya jatuh dari tangga sampai menyebabkan anak mereka keguguran. Bahkan saat di rumah sakit, saat Qeera begitu membutuhkan suaminya, Qeera kesulitan menghubungi Axzel karena panggilannya terus mendapatkan penolakan.

“Cih, bisanya nangis. Nyesel saya menerima perjodohan denganmu!” Axzel beranjak pergi meninggalkan Qeera yang sudah menangis dan terduduk di tangga. “Ya, Bel. Aku sudah dalam perjalanan.”

Perkataan itu semakin menghancurkan Qeera. Suaminya bisa begitu santai menyapa jalang itu dengan ‘aku’ sedangkan saat bersama Qeera begitu kaku selalu menggunakan ‘saya.’ Untuk memberi Qeera senyuman yang sepantasnya dirinya terima dari Axzel mengingat dirinya istri sah pria itu tidak pernah Qeera dapatkan.

“Haruskah aku tetap bertahan, Tuhan. Pernikahan ini tak akan membawa kebahagiaan untukku. Ke mana aku harus pergi dari sini,” rintihnya sambil menutup wajahnya dengan tangan.

“Nyonya,” panggil Bibi.

Qeera mendongak. Air mata Qeera semakin deras mengalir melihat tatapan mengasihani dari ARTnya. Sakit sekali saat Bibi bisa merasakan rasa sakit yang Qeera rasakan atas ketidakpedulian suaminya. Namun, sebagai suami, Axzel tak pernah peduli akan perasaannya.

Mereka sama-sama kehilangan. Qeera yang lebih merasa kehilangan, tetapi dirinya juga yang di salahkan.

“Yang sabar Nyonya, jangan biarkan wanita itu berhasil menghancurkan rumah tangga kalian.”

“Tidak ada rumah tangga, Bi. Sejak dulu hanya Qeera yang berjuang, Kak Axzel tidak mau, bahkan peduli kepadaku saja tidak.”

Bibi mendekat mengusap bahu Qeera. Rasanya seperti usapan dari seorang Ibu, usapan yang tak pernah Qeera ingat karena ia tidak pernah mengingat seperti apa mendiang ibunya. Mungkin akan sama jika masih hidup. Sayangnya Qeera tidak pernah mengenal mendiang Ibu kandungnya.

“Kenapa ya, Bi, nasibku begini. Dari kecil tak pernah disayang Papa dan dibenci istrinya, sekarang setelah menikah. Jangankan bahagia, suami semakin membenci Qeera, begitu juga kakek nenek Kak Axzel. Semua karena Qeera keguguran. Padahal hari itu aku mohon sama Kak Axzel untuk menemani ke Dokter.” Qeera mendongak menatap Bibi. “Dia bahkan mendorongku, Bi.”

Bibi ikut menghela napas mendengar penderitaan nyonya rumah ini. Dia bisa melihat sejak awal bahwa pernikahan ini tidak semestinya sebuah pernikahan.

“Bibi hanya bisa meminta Nyonya bersabar.”

“Tapi aku sudah tidak kuat, Bi. Kak Axzel bahkan tak sadar kedekatannya dengan jalang itu menghancurkan pernikahan kami.”

Bibi tak berani menyahut. Menurut Bibi juga tidak wajar dengan kedekatan mereka. Apalagi Bella bukan gadis yang baik jika tidak ada keluarga Mahardika. Sayangnya tidak ada yang percaya karena Bella begitu dilindungi Axzel dan kedua kakek neneknya.

***

Malam harinya djam tujuh malam Axzel kembali menuruni tangga dengan setelan resmi. Qeera yang sedang makan langsung menyusul.

“Kakak mau kemana?”

“Zel, kamu sudah siap?” tanya sebuah suara memotong jawaban Axzel.

Hati Qeera bergemuruh melihat Bella mengenakan gaun indah berwarna hitam dengan dada dan punggung terbuka memperlihatkan bentuk tubuhnya. Tampak sangat serasi dengan setelan resmi Axzel yang mengenakan jas hitam dengan dalaman kemeja putih serta clana dan sepatu hitam.

Apakah mereka janjian pergi bersama? Dan Bella menyusul menjemput Axzel ke rumahnya?

“Kak,” ucap Qeera lirih karena rasanya lemas sekali untuk bicara ada Bella di depannya yang menampakkan ekspresi puas.

“Saya mau pergi, mungkin tak akan kembali sampai besok.”

Axzel melangkah meninggalkan Qeera.

Cukup. Sudah cukup Qeera bersabar dengan Axzel selama ini. Sejak menikah Qeera tak pernah diajak ke pesta. Dulu karena alasan hamil muda dan membahayakan kandungannya. Pada saat itu kandungannya kurang sehat serta tidak boleh lelah. Namun, sekarang saat tak hamil, apa lagi alas an Axzel tetap tak membawanya mendampinginya malah membawa Bella.

Qeera menusul meninggalkan dapur menuju Axzel ke ruang tamu.

“Kenapa dengan dia bukan denganku,” tunjuk Qeera pada wajah Bella.

Bella yang berdiri tak jauh dari Qeera diam menatapnya dengan polos.

Rasanya Qeera ingin mencabik wajah sok polos wanita itu yang seolah tersenyum mengejek kepadanya. Padahal aslinya wanita yang sangat licik.

“Mungkin istrimu ingin diajak ke pesta Zel. Bukankah tidak pernah pergi bersama istrimu, kamu selalu pergi denganku.”

Kata tidak pernah seolah menekankan kepada Qeera betapa tidak berartinya dirinya bagi Axzel. Selama hampir satu tahun pernikahannya dengan suaminya tidak pernah Axzel menunjukkan Qeera kepada dunianya. Seolah Axzel malu memiliki istri seperti dirinya.

“Kenapa, Kak? Dulu karena aku hamil, sekarang apa lagi alasan kakak tidak ingin membawaku?”

Axzel menatap dingin Qeera. Wajah yang sejak dulu tak pernah menampakkan senyuman sekarang semakin jijik menatap dirinya.

“Karena seorang pembunuh tidak layak untuk saya bawa! Pembunuh sebaiknya di kurung!”

Axzel berbalik menarik Bella meninggalkan Qeera yang langsung terduduk di lantai. Matanya mengikuti suara langkah keduanya meninggalkan rumah.

Pembunuh.

Begitukah pandangan Axzel kepadanya sekarang. Dulu istrinya yang tidak berharga, sekarang pembunuh. Apa yang bisa membuat Qeera bertahan dengan pria yang sudah menganggapnya sebagai pembunuh?

“Tidak ada!”

Qeera mengusap mata mengamati rumah mewah ini yang tidak pernah menjadi rumahnya. Sejak awal Qeera merasa tidak pantas berada di sini. Mungkin memang bukan di sini tempatnya.

Matanya menatap foto pernikahan mereka yang semakin buram dari pandangannya.

Haruskah Qeera bertahan dengan suami yang jelas-jelas sudah tak menganggap keberadaannya?

Bab terkait

  • Istri Hasil Fitnah   Sepupu Rasa Istri

    Pagi hari setelah memutuskan untuk bertahan dalam rumah tangga mereka, Qeera langsung menuju kamar mereka yang sekarang kembali menjadi kamar Axzel. Ia memutuskan untuk kembali bicara dengan Axzel tanpa melibatkan emosi. Semalam Qeera sempat menghubungi ayahnya, bukan mendapat dukungan tentang keinginannya untuk pulang, yang dirinya terima makian dari ibu tirinya. “Kamu sudah tidak diterima di rumah ini, sebaiknya berbaik-baik dengan suamimu. Jangan pernah datang ke sini, pintu rumah ini tertutup untukmu, Qeera!” Hal itu lah yang membuat Qeera berpikir untuk memberi kesempatan pada pernikahannya. Apalagi semalam bermimpi bertemu putrinya seolah menjadi petunjuk yang memintanya untuk tetap bertahan. “Huh!” Berbicara dengan suami saja Qeera merasa seperti akan bertemu Presiden. Dadanya berdebar takut kembali dimaki Axzel. Tok! Tok! Tok! Qeera terus mengulang sampai tiga kali, tetapi tak mendapat tanggapan dari dalam atau mendengar sahutan. Hal itu membuatnya memutuskan langsung ma

  • Istri Hasil Fitnah   Ceraikan

    Axzel marah besar karena Qeera yang selama ini penurut kepadanya mulai berani melawan. Padahal malam sebelumnya saat Axzel akan pergi bersama Bella, istrinya itu masih memiliki kepedulian serta kemarahan karena dirinya memilih pergi bersama Bella bukan dengannya.Lalu kenapa pagi ini ada yang berubah?“Hal apa yanq membuatmu tiba-tiba berubah Qeera?” tanya Axzel pada bayangan istrinya sambil menatap sosok Qeera yang menghilang.Kenapa secepat itu Qeera berubah, apa hanya karena Axzel kembali menolak membawanya, Qeera berubah menjadi acuh dan tak peduli. Atau … Axzel tiba-tiba mengingat saat dirinya bangun dari tidurnya.‘Jangan-jangan Qeera mengetahui jika semalam dirinya sekamar dengan Bella,’ pikir Axzel dengan wajah pucat.Jantung Axzel berdegup kencang. Meski tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Bella, tetapi karena membiarkan Bella tidur di kamar mereka membuat Axzel merasa telah menghianati Qeera.“Astaga!” makinya sambil meremas rambutnya marah.Semoga ini hanya pikirannya sa

  • Istri Hasil Fitnah   Keputusan Akhir

    "Axzel!" bentak kakeknya.Namun, Axzel sudah pada keputusanya tak akan menceraikan Qeera. Benar kata Sinan, jika saja dirinya lebih peduli dan lebih peka kepada istrinya, tak akan mungkin Qeera akan melawan."Apa kalian tahu, saat Qeera keguguran?” Axzel menatap kakek neneknya bergantian. Orang yang memaksakan pernikahan kepada mereka sekarang bahkan menginginkannya menceraikan gadis pilihannya. “Pagi hari sebelum aku berangkat, Qeera memintaku menemaninya ke Dokter karena perutnya sakit dan perasaannya tak enak. Tetapi, karena aku sudah ada janji meeting, aku lebih mementingkan meeting daripada istri dan anakku sendiri.”Axzel menatap kakek, nenek, dan Bella bergantian sambil menggeleng miris menyesali diri. Mereka tak mengerti perasaan kehilangan yang Axzel rasakan. Sejak kecil sudah kehilangan orang tua, beberapa bulan lalu anaknya, haruskah dirinya kembali meresakan kehilangan istri?“Sakit sekali saat mendengar anak kami tak terselamatkan. Demi melampiaskan kekecewaanku, aku mala

  • Istri Hasil Fitnah   Tak Bisa Percaya

    “Saya suami Qeera ….. Tak pantas seorang istri berpelukan dengan pria lain di depan suaminya!”“Hah istri?” Juan menatap Qeera terkejut.Qeera hanya diam menikmati wajah marah Axzel.“Qeera!” bentak Axzel dengan cengkeraman pada lengannya membuatnya meringis.Qeera mengangguk meski menggeram kesal mendengar pengakuan Axzel. Juan berdiri di tempatnya masih tak percaya mendengar pengakuan dari Axzel.“Astaga Tuan Axzel, kami tak menyangka akan dihadiri Anda?”Qeera menoleh dan berbalik. Juan juga melakukan hal yang sama. Napas keduanya tersentak melihat siapa yang menyapa Axzel.Dia adalah pemilik dan membuat acara ini berlangsung. Suaminya mengenal ternyata Nyonya Briela. Hal yang mengejutkan Axzel mendekati wanita yang sangat di segani di kalangan desainer muda seperti dirinya. Juan mencolek dengan sikunya.“Itu benar suamimu?” tanya Juan masih tak percaya. Qeera mendengus. “Dan mereka saling mengenal.“Nyonya Briela senang bertemu Anda di sini.”Nyonya Briela tersipu malu. Qeera samp

  • Istri Hasil Fitnah   Pembenci

    Cukup lama Axzel duduk bersandar pada pintu. Berapa kali teriakannya memanggil Qeera tak membuat istrinya mau membukakan pintu. Ia mengetuk sekali setelah menyerah memaksa Qeera karena tahu saat ini sedang marah.“Tidurlah, besok kita bicara. Maaf jika selama menjadi suamimu telah banyak menyakitimu.”Axzel melangkah menuju kamarnya meninggalkan kamar yang belakangan di tempati istrinya. Sampai kamar tatapannya memindai isi kamar, melihat tatapan jijik Qeera membuat Axzel tak yakin istrinya akan kembali ke kamar ini. Tangannya meremas rambutnya melampiaskan kemarahannya karena perlakuan bodohnya selama ini kepada sang istri.“Bangsat!”Prang.Ia menendang tempat sampah melampiakan kemarahannya hingga membentur dinding dan membuat keributan di sana. Axzel sungguh-sungguh menyesali diri, ia mengingat semua perlakuan buruk serta sikap dinginnya kepada sang istri. Pantas saja hubungan mereka tak bisa dekat, karena selama ini dirinya sendiri yang membatasi Qeera untuk bisa dekat dengannya

  • Istri Hasil Fitnah   Gagal Semua

    Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi

  • Istri Hasil Fitnah   Haruskah Bertahan?

    "Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman

  • Istri Hasil Fitnah   Tega Menyingkirkan

    "Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend

Bab terbaru

  • Istri Hasil Fitnah   Tega Menyingkirkan

    "Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend

  • Istri Hasil Fitnah   Haruskah Bertahan?

    "Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman

  • Istri Hasil Fitnah   Gagal Semua

    Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi

  • Istri Hasil Fitnah   Pembenci

    Cukup lama Axzel duduk bersandar pada pintu. Berapa kali teriakannya memanggil Qeera tak membuat istrinya mau membukakan pintu. Ia mengetuk sekali setelah menyerah memaksa Qeera karena tahu saat ini sedang marah.“Tidurlah, besok kita bicara. Maaf jika selama menjadi suamimu telah banyak menyakitimu.”Axzel melangkah menuju kamarnya meninggalkan kamar yang belakangan di tempati istrinya. Sampai kamar tatapannya memindai isi kamar, melihat tatapan jijik Qeera membuat Axzel tak yakin istrinya akan kembali ke kamar ini. Tangannya meremas rambutnya melampiaskan kemarahannya karena perlakuan bodohnya selama ini kepada sang istri.“Bangsat!”Prang.Ia menendang tempat sampah melampiakan kemarahannya hingga membentur dinding dan membuat keributan di sana. Axzel sungguh-sungguh menyesali diri, ia mengingat semua perlakuan buruk serta sikap dinginnya kepada sang istri. Pantas saja hubungan mereka tak bisa dekat, karena selama ini dirinya sendiri yang membatasi Qeera untuk bisa dekat dengannya

  • Istri Hasil Fitnah   Tak Bisa Percaya

    “Saya suami Qeera ….. Tak pantas seorang istri berpelukan dengan pria lain di depan suaminya!”“Hah istri?” Juan menatap Qeera terkejut.Qeera hanya diam menikmati wajah marah Axzel.“Qeera!” bentak Axzel dengan cengkeraman pada lengannya membuatnya meringis.Qeera mengangguk meski menggeram kesal mendengar pengakuan Axzel. Juan berdiri di tempatnya masih tak percaya mendengar pengakuan dari Axzel.“Astaga Tuan Axzel, kami tak menyangka akan dihadiri Anda?”Qeera menoleh dan berbalik. Juan juga melakukan hal yang sama. Napas keduanya tersentak melihat siapa yang menyapa Axzel.Dia adalah pemilik dan membuat acara ini berlangsung. Suaminya mengenal ternyata Nyonya Briela. Hal yang mengejutkan Axzel mendekati wanita yang sangat di segani di kalangan desainer muda seperti dirinya. Juan mencolek dengan sikunya.“Itu benar suamimu?” tanya Juan masih tak percaya. Qeera mendengus. “Dan mereka saling mengenal.“Nyonya Briela senang bertemu Anda di sini.”Nyonya Briela tersipu malu. Qeera samp

  • Istri Hasil Fitnah   Keputusan Akhir

    "Axzel!" bentak kakeknya.Namun, Axzel sudah pada keputusanya tak akan menceraikan Qeera. Benar kata Sinan, jika saja dirinya lebih peduli dan lebih peka kepada istrinya, tak akan mungkin Qeera akan melawan."Apa kalian tahu, saat Qeera keguguran?” Axzel menatap kakek neneknya bergantian. Orang yang memaksakan pernikahan kepada mereka sekarang bahkan menginginkannya menceraikan gadis pilihannya. “Pagi hari sebelum aku berangkat, Qeera memintaku menemaninya ke Dokter karena perutnya sakit dan perasaannya tak enak. Tetapi, karena aku sudah ada janji meeting, aku lebih mementingkan meeting daripada istri dan anakku sendiri.”Axzel menatap kakek, nenek, dan Bella bergantian sambil menggeleng miris menyesali diri. Mereka tak mengerti perasaan kehilangan yang Axzel rasakan. Sejak kecil sudah kehilangan orang tua, beberapa bulan lalu anaknya, haruskah dirinya kembali meresakan kehilangan istri?“Sakit sekali saat mendengar anak kami tak terselamatkan. Demi melampiaskan kekecewaanku, aku mala

  • Istri Hasil Fitnah   Ceraikan

    Axzel marah besar karena Qeera yang selama ini penurut kepadanya mulai berani melawan. Padahal malam sebelumnya saat Axzel akan pergi bersama Bella, istrinya itu masih memiliki kepedulian serta kemarahan karena dirinya memilih pergi bersama Bella bukan dengannya.Lalu kenapa pagi ini ada yang berubah?“Hal apa yanq membuatmu tiba-tiba berubah Qeera?” tanya Axzel pada bayangan istrinya sambil menatap sosok Qeera yang menghilang.Kenapa secepat itu Qeera berubah, apa hanya karena Axzel kembali menolak membawanya, Qeera berubah menjadi acuh dan tak peduli. Atau … Axzel tiba-tiba mengingat saat dirinya bangun dari tidurnya.‘Jangan-jangan Qeera mengetahui jika semalam dirinya sekamar dengan Bella,’ pikir Axzel dengan wajah pucat.Jantung Axzel berdegup kencang. Meski tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Bella, tetapi karena membiarkan Bella tidur di kamar mereka membuat Axzel merasa telah menghianati Qeera.“Astaga!” makinya sambil meremas rambutnya marah.Semoga ini hanya pikirannya sa

  • Istri Hasil Fitnah   Sepupu Rasa Istri

    Pagi hari setelah memutuskan untuk bertahan dalam rumah tangga mereka, Qeera langsung menuju kamar mereka yang sekarang kembali menjadi kamar Axzel. Ia memutuskan untuk kembali bicara dengan Axzel tanpa melibatkan emosi. Semalam Qeera sempat menghubungi ayahnya, bukan mendapat dukungan tentang keinginannya untuk pulang, yang dirinya terima makian dari ibu tirinya. “Kamu sudah tidak diterima di rumah ini, sebaiknya berbaik-baik dengan suamimu. Jangan pernah datang ke sini, pintu rumah ini tertutup untukmu, Qeera!” Hal itu lah yang membuat Qeera berpikir untuk memberi kesempatan pada pernikahannya. Apalagi semalam bermimpi bertemu putrinya seolah menjadi petunjuk yang memintanya untuk tetap bertahan. “Huh!” Berbicara dengan suami saja Qeera merasa seperti akan bertemu Presiden. Dadanya berdebar takut kembali dimaki Axzel. Tok! Tok! Tok! Qeera terus mengulang sampai tiga kali, tetapi tak mendapat tanggapan dari dalam atau mendengar sahutan. Hal itu membuatnya memutuskan langsung ma

  • Istri Hasil Fitnah   Pembunuh

    Sejak hari itu hubungan Qeera dan Axzel semakin berjarak, apalagi kini mereka pisah kamar. Lebih tepatnya Axzel yang mengusir Qeera dari kamar mereka. “Kak,” panggil Qeera saat Axzel akan berangkat ke kantor. Ia telah lama menunggu Axzel supaya mereka bisa bertemu atau bicara. Qeera sedih bukan hanya kehilangan anak, tetapi juga semakin kehilangan suami. Bahkan sekarang setiap malam ia akan bisa terlelap setelah kelelahan menangis dan tidak ada suami yang menenangkannyan karena dia sibuk entah pekerjaan dan Bella, sahabatnya.“Saya sibuk!” “Kak! Mau sampai kapan kamu akan seperti ini?!” tanya Qeera emosi. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Bukannya saling menguatkan karena kehilangan anak mereka, Axzel malah semakin menjauhinya. Hatinya sakit dan kecewa, bukan hanya karena kehilangan anak, tetapi juga karena sikap kasar Axzel. Axzel berbalik. Sekian lama tenang tanpa gangguan Qeera hari ini sang istri menganggu saat emosinya sedang tak baik-baik saja. Semalam Axzel bermi

DMCA.com Protection Status