Home / Pernikahan / Istri Hasil Fitnah / Sepupu Rasa Istri

Share

Sepupu Rasa Istri

Author: UTTERA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi hari setelah memutuskan untuk bertahan dalam rumah tangga mereka, Qeera langsung menuju kamar mereka yang sekarang kembali menjadi kamar Axzel. Ia memutuskan untuk kembali bicara dengan Axzel tanpa melibatkan emosi.

Semalam Qeera sempat menghubungi ayahnya, bukan mendapat dukungan tentang keinginannya untuk pulang, yang dirinya terima makian dari ibu tirinya.

“Kamu sudah tidak diterima di rumah ini, sebaiknya berbaik-baik dengan suamimu. Jangan pernah datang ke sini, pintu rumah ini tertutup untukmu, Qeera!”

Hal itu lah yang membuat Qeera berpikir untuk memberi kesempatan pada pernikahannya. Apalagi semalam bermimpi bertemu putrinya seolah menjadi petunjuk yang memintanya untuk tetap bertahan.

“Huh!”

Berbicara dengan suami saja Qeera merasa seperti akan bertemu Presiden. Dadanya berdebar takut kembali dimaki Axzel.

Tok! Tok! Tok!

Qeera terus mengulang sampai tiga kali, tetapi tak mendapat tanggapan dari dalam atau mendengar sahutan. Hal itu membuatnya memutuskan langsung masuk. Kamar masih dalam kondisi gelap hanya lampu tidur yang masih menyala.

"Kak, masih tidur?" tanyanya semakin masuk kamar.

Terdengar erangan membuatnya semakin mendekati tempat tidur.

"Kak, aku izin masuk, ya?" tanyanya lagi.

Kembali terdengar erangan tak jelas dari ranjang membuat Qeera semakin mendekati ranjang untuk memastikan suaminya tidak kenapa-napa. Namun, saat semakin mendekat ranjang Qeera menghentikan langkah mematung saat mendapati rambut perempuan tergerai di bantal di samping suaminya.

Hati Qeera membara dan air mata sontak mengalir. Ia langsung berbalik dan keluar dari kamar tanpa membangunkan keduanya. Ia mengetahui siapa yang ada di kamar suaminya. Bella, bagaimana mereka ada di sana?

Apa saja yang telah mereka lakukan di kamar mereka karena melihat posisi Bella yang tidur dengan memeluk Axzel?

Apa suaminya sudah berselingkuh?

Brak!

"Non Qeera kenapa?" tanya Bibi mendengar pintu terbanting. Namun, tak ada sahutan dari dalam kamar membuat Bibi kembali memanggil. “Non, Non Qeera tidak apa-apa?”

Qeera tak menjawah. Ia terguguk menangis meratapi nasibnya. Dadanya sakit melihat pemandangan di kamar. Suaminya sudah tega membawa masuk wanita lain di kamar mereka, apa saja yang sudah mereka lakukan selama di luar rumah, jiak di rumah mereka saja Axzel terang-terangan memasukkan wanita lain?

"Aaaa! Kejam kamu, Kak!" teriaknya marah. Ternyata suaminya tak merasa sedihnya kehilangan anak mereka, ternyata tuduhannya hanya demi memuluskan hubungannya dengan sepupu rasa istri itu. "Jadi dugaanku benar, Kak. Kalian berselingkuh."

Qeera menangkupkan tangan pada wajahnya terus menangis cukup lama sampai puas mengeluarkan segala sesak di dada. Ternyata usahanya untuk memperbaiki hubungan mereka adalah hal yang sia-sia, jika hanya dirinya saja yang berusaha bertahan apa gunanya, sedangkan Axzel tidak ingin memperbaiki hubungan mereka.

“Apa ini yang memang kalian inginkan? Pantas saja setiap kali aku mengadukan wanita itu kamu membelanya, Kak,” gumam Qeera.

Hatinya sakit mengetahui dugaanya ternyata benar, mungkin benar karena Axzel menikahi dirinya tanpa cinta.

“Jika kalian pandai bermain di belakangku, aku juga bisa bermain,” ucapnya dengan wajah mendongak. Matanya menatap foto pernikahannya yang sengaja ia simpan di kamar. “Aku akan ikuti permainan kalian.”

Mengingat pemandangan tadi mengeras hati Qeera, bahwa tidak ada harapan lagi pada pernikahannya. Keluarga sudah tidak ada ketika ayahnya sendiri telah menganggapnya tidak ada. Kakek nenek Axzel yang dulu masih baik kepada Qeera, sekarang sudah membencinya.

“Baik lah, Kak. Kita akan bermain.”

Qeera mengusap wajahnya membersihkan dari air mata. Apa dirinya perlu berselingkuh untuk membalas mereka?

“Tidak. Aku tak serendah kalian, jika aku berselingkuh diriku sama saja dengan kalian.”

Sebuah ide membuat Qeera tersenyum. Ia mengingat bagaimana Bella selalu mengirimkan gambar kebersamaan serta kedekatannya dengan Axzel. Ia sekarang paham apa tujuannya untuk membuat Qeera pergi.

“Wanita licik. Kalian berdua licik. Aku tau karena kalau aku yang meninggalkan Axzel, maka aku tidak akan mendapat apa-apa.” Sekarag Qeera paham, memang itu tujuan Bella. Namun, ia belum tahu apa Axzel memang ikut merencanakan itu. “Tak akan aku biarkan kamu menang, Jalang!”

***

Di kamar Axzel baru terbangun karena semalam pulang dini hari. Rasanya masih mengantung, tetapi mengingat aka nada meeting ia membuka matanya.

Semalam Axzel kesulitan membawa Bella pulang setelah mabuk. Maka baru bisa membawa pulang dini hari itu pun perlu bantuan rekannya yang membantu Bella masuk ke mobilnya.

Jika tahu Bella akan seperti semalam, mungkin ia tak akan mengajak sekertarisnya itu. Ia marah besar sama Bella ketika dia tak mau masuk rumahnya dan memaksa ikut ke rumah Axzel.

Tiba-tiba ia merasakan ada tangan yang memeluknya membuatnya menoleh. Wajah Bella ada di depannya membuatnya sontak mendorong menjauhkan.

“Euh,” lenguh Bella terganggu dari tidur nyenyaknya.

Tak mungkin, batinnya. Bagaimana mungkin Bella bisa ada di kamarnya, sedangkan semalam ia sendiri yang mengantarkan ke kamar tamu?

Saat ini hubungannya dengan Qeera belum membaik, lalu sekarang Bella tidur di ranjang mereka?

"Shit! Bella ngapin kamu di sini!" makinya mendorong Bella supaya bangun.

"Apa sih Zel, berisik tau," gumamnya kembali meraih Axzel.

Plak!

"Bangun!” teriak Axzel memukul tangan Bella. “Kenapa kamu pindah ke kamar ini. Kamarmu di samping."

Bella mengucek matanya, lalu turun dengan sempoyongan lari ke kamar mandi dan terdengar suara orang muntah.

"Brengsek! Bagaimana ia masuk ke kamarku. Dasar, sialan!"

Axzel yakin dirinya tak memasukkan Bella ke kamarnya. Semalam dirinya sengaja tak minum begitu melihat Bella sudah mabuk. Harus ada yang sadar di antara mereka supaya bisa pulang.

"Aku tidur subuh, kapan dia masuk?" tanyanya masih tak mengerti saat Bella keluar dari kamar mandinya.

"Zel, aku---"

"Pergi, Bell. Aku tak mau ada kesalahpahaman lebih dari yang sudah istriku pikirkan tentang kita."

Bella mengangguk tak jadi bicara dengan Axzel yang wajahnya sudah merah. Itu pertanda Axzel telah marah besar.

"Maaf, sepertinya aku mabuk jadi tak sadar masuk ke kamarmu," lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kamar Axzel.

Bibir Bella mengurai seringai licik begitu telah menutup pintu Axzel di belakangnya. Axzel tidak pernah mengetahui bagaimana perasaannya, maka tak ada cara lain demi bisa mendapatkan pria yang telah lama dicintainya dengan memisahkan Axzel dengan Qeera.

Semalam Bella sengaja mabuk, tetapi tak terlalu mabuk. Semua sudah dirinya rancang sebelum pergi dengan Axzel. Bahkan ia sengaja membuat keributan dari acara dan saat Axzel mengantarkan ke rumahnya.

“Ah, akhirnya sedikit lagi tujuanku tercapai. Kamu pasti sakit melihat suamimu membawaku ke kamar kalian? Ha … ha … ha ….”

Bella puas, apalagi saat melihat Qeera langsung pergi begitu melihatnya berpelukan dengan Axzel di ranjang.

“Aku ingin melihatmu menderita Qeera, seperti aku menderita karena kamu lah yang dinikahkan oleh kakek nenek Axzel,” ujarnya dengan wajah bengis.

Akan sangat memuaskan jika sekarang bertemu Qeera, sayangnya pasti istri kecil Axzel sedang bersembunyi dan menangis.

***

Sejak melihat Axzel dan Bella tidur bersama, Qeera mengeraskan hati untuk membuang semua perasaan yang pernah dirinya miliki kepada Axzel. Seperti pagi ini saat Qeera sudah akan pergi dan pakaian rapinya, melihat Axzel tengah di meja makan bersama Bella.

Lihat, bukankah Bella yang pantas menjadi istrinya daripada Qeera? Setelah tiga bulan diabaikan, Qeera tak lagi berharap mendapatkan perhatian suaminya. Makanya, ia begitu keluar kamar langsung pergi.

“Qeera!”

Mendengar teriakan Axzel Qeera menghentikan langkah, tetapi tak menoleh. Ia menyadari langkah Axzel mendekat.

“Mau ke mana?” tanya Axzel berdiri menjulang di hadapannya.

“Ke mana pun aku pergi, toh kamu juga tak akan peduli,” sahutnya tak kalah dingin dari pertanyaan Axzel.

Ia kembali melanjutkan langkah memutari Axzel, tetapi tiba-tiba tangannya di tahan dalam cengkeraman kuat dan di tarik ke tempat semula.

“Saya masih suamimu, hargai saya sebagai suami dengan jawab pertanyaan saya, Qeera.”

Qeera tetap pada pendiriannya, bungkam tak menjawab pertanyaan Axzel. Ia sudah muak dengan sikap Axzel dan Bella, seolah mereka tak memiliki salah malah menyudutkan dirinya.

“Qeera, saya tanya sekali lagi, kamu mau ke mana?”

Qeera mendongak membalas tatapan dingin mengintimidasi Axzel. Kali ini ia buang semua ketakutan, serta bayangan tuduhan membunuh anak mereka. Padahal kenyataanya bajingan ini dan sepupu rasa istri itu yang telah membunuh anaknya.

“Aku tak akan menjawab seperti suamiku yang memilih pergi dengan wanita lain daripada bersama istri sahnya. Adilkan?”

Brak!

Axzel menendang meja yang ada di sampingnya. Vas kecil yang ada di atasnya jatuh dan hancur berkeping-keping. Namun, dua mata yang masih saling menatap penuh kebencian tak mempedulikan hal tersebut.

Qeera menunjuk dada Axzel.

“Lanjutkan sarapanmu dengan sepupu rasa istrimu, Kak. Kasihan dia sudah kelaparan!” Qeera mengempaskan tangan Axzel dan berbalik meninggalkan mereka dan kembali melanjutkan langkan untuk pergi seperti tujuan awalnya.

“Aaaa! Bangsat, kamu berani melawan saya, Qeera!”

Qeera menulikan telinga dan tetap meninggalkan Axzel dan pergi untuk mencari beberapa hal yang telah lama menjadi impiannya. Jika nanti pulang masih mendapati kemarahan Axzel, akan dirinya hadapi suaminya itu.

Related chapters

  • Istri Hasil Fitnah   Ceraikan

    Axzel marah besar karena Qeera yang selama ini penurut kepadanya mulai berani melawan. Padahal malam sebelumnya saat Axzel akan pergi bersama Bella, istrinya itu masih memiliki kepedulian serta kemarahan karena dirinya memilih pergi bersama Bella bukan dengannya.Lalu kenapa pagi ini ada yang berubah?“Hal apa yanq membuatmu tiba-tiba berubah Qeera?” tanya Axzel pada bayangan istrinya sambil menatap sosok Qeera yang menghilang.Kenapa secepat itu Qeera berubah, apa hanya karena Axzel kembali menolak membawanya, Qeera berubah menjadi acuh dan tak peduli. Atau … Axzel tiba-tiba mengingat saat dirinya bangun dari tidurnya.‘Jangan-jangan Qeera mengetahui jika semalam dirinya sekamar dengan Bella,’ pikir Axzel dengan wajah pucat.Jantung Axzel berdegup kencang. Meski tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Bella, tetapi karena membiarkan Bella tidur di kamar mereka membuat Axzel merasa telah menghianati Qeera.“Astaga!” makinya sambil meremas rambutnya marah.Semoga ini hanya pikirannya sa

  • Istri Hasil Fitnah   Keputusan Akhir

    "Axzel!" bentak kakeknya.Namun, Axzel sudah pada keputusanya tak akan menceraikan Qeera. Benar kata Sinan, jika saja dirinya lebih peduli dan lebih peka kepada istrinya, tak akan mungkin Qeera akan melawan."Apa kalian tahu, saat Qeera keguguran?” Axzel menatap kakek neneknya bergantian. Orang yang memaksakan pernikahan kepada mereka sekarang bahkan menginginkannya menceraikan gadis pilihannya. “Pagi hari sebelum aku berangkat, Qeera memintaku menemaninya ke Dokter karena perutnya sakit dan perasaannya tak enak. Tetapi, karena aku sudah ada janji meeting, aku lebih mementingkan meeting daripada istri dan anakku sendiri.”Axzel menatap kakek, nenek, dan Bella bergantian sambil menggeleng miris menyesali diri. Mereka tak mengerti perasaan kehilangan yang Axzel rasakan. Sejak kecil sudah kehilangan orang tua, beberapa bulan lalu anaknya, haruskah dirinya kembali meresakan kehilangan istri?“Sakit sekali saat mendengar anak kami tak terselamatkan. Demi melampiaskan kekecewaanku, aku mala

  • Istri Hasil Fitnah   Tak Bisa Percaya

    “Saya suami Qeera ….. Tak pantas seorang istri berpelukan dengan pria lain di depan suaminya!”“Hah istri?” Juan menatap Qeera terkejut.Qeera hanya diam menikmati wajah marah Axzel.“Qeera!” bentak Axzel dengan cengkeraman pada lengannya membuatnya meringis.Qeera mengangguk meski menggeram kesal mendengar pengakuan Axzel. Juan berdiri di tempatnya masih tak percaya mendengar pengakuan dari Axzel.“Astaga Tuan Axzel, kami tak menyangka akan dihadiri Anda?”Qeera menoleh dan berbalik. Juan juga melakukan hal yang sama. Napas keduanya tersentak melihat siapa yang menyapa Axzel.Dia adalah pemilik dan membuat acara ini berlangsung. Suaminya mengenal ternyata Nyonya Briela. Hal yang mengejutkan Axzel mendekati wanita yang sangat di segani di kalangan desainer muda seperti dirinya. Juan mencolek dengan sikunya.“Itu benar suamimu?” tanya Juan masih tak percaya. Qeera mendengus. “Dan mereka saling mengenal.“Nyonya Briela senang bertemu Anda di sini.”Nyonya Briela tersipu malu. Qeera samp

  • Istri Hasil Fitnah   Pembenci

    Cukup lama Axzel duduk bersandar pada pintu. Berapa kali teriakannya memanggil Qeera tak membuat istrinya mau membukakan pintu. Ia mengetuk sekali setelah menyerah memaksa Qeera karena tahu saat ini sedang marah.“Tidurlah, besok kita bicara. Maaf jika selama menjadi suamimu telah banyak menyakitimu.”Axzel melangkah menuju kamarnya meninggalkan kamar yang belakangan di tempati istrinya. Sampai kamar tatapannya memindai isi kamar, melihat tatapan jijik Qeera membuat Axzel tak yakin istrinya akan kembali ke kamar ini. Tangannya meremas rambutnya melampiaskan kemarahannya karena perlakuan bodohnya selama ini kepada sang istri.“Bangsat!”Prang.Ia menendang tempat sampah melampiakan kemarahannya hingga membentur dinding dan membuat keributan di sana. Axzel sungguh-sungguh menyesali diri, ia mengingat semua perlakuan buruk serta sikap dinginnya kepada sang istri. Pantas saja hubungan mereka tak bisa dekat, karena selama ini dirinya sendiri yang membatasi Qeera untuk bisa dekat dengannya

  • Istri Hasil Fitnah   Gagal Semua

    Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi

  • Istri Hasil Fitnah   Haruskah Bertahan?

    "Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman

  • Istri Hasil Fitnah   Tega Menyingkirkan

    "Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend

  • Istri Hasil Fitnah   Istri Pajangan

    Ting.Suara notifikasi mengejutkan Qeera. Tangannya sontak bergetar setiap kali membuka notifikasi karena selalu mendapat kiriman gambar dan pesan yang hampir mirip.Video atau foto suaminya Axzel bersama sekertarisnya. Meski bukan foto atau video bermesraan, tetapi setiap foto membuat Qeera selalu bertanya-tanya. Benarkan mereka sepupu? "Kamu terlalu cemburu pada Bella, dia sepupuku. Jika saya memiliki hubungan kekasih dengannya, bukan kamu yang saya nikahi, tetapi Bella!"Begitu jawaban Axzel setiap kali Qeera menyatakan protes dan memintanya mencari asisten atau sekertaris pria. Senyum puas Bella yang muncul setiap kali Axzel membelanya dari protes Qeera membuatnya kian terpuruk. Apalagi sekarang Qeera tengah mengandung.Di kamar, Qeera mengamati Axzel yang tengah bersiap keluar kota selama tiga hari. Begitu yang dia katakan. Tak lama ART datang mengabarkan jika sekertarisnya sudah sampai. Qeera mendongak terkejut."Kamu pergi ke luar kota sama wanita itu?"Brak!Axzel membantin

Latest chapter

  • Istri Hasil Fitnah   Tega Menyingkirkan

    "Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend

  • Istri Hasil Fitnah   Haruskah Bertahan?

    "Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman

  • Istri Hasil Fitnah   Gagal Semua

    Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi

  • Istri Hasil Fitnah   Pembenci

    Cukup lama Axzel duduk bersandar pada pintu. Berapa kali teriakannya memanggil Qeera tak membuat istrinya mau membukakan pintu. Ia mengetuk sekali setelah menyerah memaksa Qeera karena tahu saat ini sedang marah.“Tidurlah, besok kita bicara. Maaf jika selama menjadi suamimu telah banyak menyakitimu.”Axzel melangkah menuju kamarnya meninggalkan kamar yang belakangan di tempati istrinya. Sampai kamar tatapannya memindai isi kamar, melihat tatapan jijik Qeera membuat Axzel tak yakin istrinya akan kembali ke kamar ini. Tangannya meremas rambutnya melampiaskan kemarahannya karena perlakuan bodohnya selama ini kepada sang istri.“Bangsat!”Prang.Ia menendang tempat sampah melampiakan kemarahannya hingga membentur dinding dan membuat keributan di sana. Axzel sungguh-sungguh menyesali diri, ia mengingat semua perlakuan buruk serta sikap dinginnya kepada sang istri. Pantas saja hubungan mereka tak bisa dekat, karena selama ini dirinya sendiri yang membatasi Qeera untuk bisa dekat dengannya

  • Istri Hasil Fitnah   Tak Bisa Percaya

    “Saya suami Qeera ….. Tak pantas seorang istri berpelukan dengan pria lain di depan suaminya!”“Hah istri?” Juan menatap Qeera terkejut.Qeera hanya diam menikmati wajah marah Axzel.“Qeera!” bentak Axzel dengan cengkeraman pada lengannya membuatnya meringis.Qeera mengangguk meski menggeram kesal mendengar pengakuan Axzel. Juan berdiri di tempatnya masih tak percaya mendengar pengakuan dari Axzel.“Astaga Tuan Axzel, kami tak menyangka akan dihadiri Anda?”Qeera menoleh dan berbalik. Juan juga melakukan hal yang sama. Napas keduanya tersentak melihat siapa yang menyapa Axzel.Dia adalah pemilik dan membuat acara ini berlangsung. Suaminya mengenal ternyata Nyonya Briela. Hal yang mengejutkan Axzel mendekati wanita yang sangat di segani di kalangan desainer muda seperti dirinya. Juan mencolek dengan sikunya.“Itu benar suamimu?” tanya Juan masih tak percaya. Qeera mendengus. “Dan mereka saling mengenal.“Nyonya Briela senang bertemu Anda di sini.”Nyonya Briela tersipu malu. Qeera samp

  • Istri Hasil Fitnah   Keputusan Akhir

    "Axzel!" bentak kakeknya.Namun, Axzel sudah pada keputusanya tak akan menceraikan Qeera. Benar kata Sinan, jika saja dirinya lebih peduli dan lebih peka kepada istrinya, tak akan mungkin Qeera akan melawan."Apa kalian tahu, saat Qeera keguguran?” Axzel menatap kakek neneknya bergantian. Orang yang memaksakan pernikahan kepada mereka sekarang bahkan menginginkannya menceraikan gadis pilihannya. “Pagi hari sebelum aku berangkat, Qeera memintaku menemaninya ke Dokter karena perutnya sakit dan perasaannya tak enak. Tetapi, karena aku sudah ada janji meeting, aku lebih mementingkan meeting daripada istri dan anakku sendiri.”Axzel menatap kakek, nenek, dan Bella bergantian sambil menggeleng miris menyesali diri. Mereka tak mengerti perasaan kehilangan yang Axzel rasakan. Sejak kecil sudah kehilangan orang tua, beberapa bulan lalu anaknya, haruskah dirinya kembali meresakan kehilangan istri?“Sakit sekali saat mendengar anak kami tak terselamatkan. Demi melampiaskan kekecewaanku, aku mala

  • Istri Hasil Fitnah   Ceraikan

    Axzel marah besar karena Qeera yang selama ini penurut kepadanya mulai berani melawan. Padahal malam sebelumnya saat Axzel akan pergi bersama Bella, istrinya itu masih memiliki kepedulian serta kemarahan karena dirinya memilih pergi bersama Bella bukan dengannya.Lalu kenapa pagi ini ada yang berubah?“Hal apa yanq membuatmu tiba-tiba berubah Qeera?” tanya Axzel pada bayangan istrinya sambil menatap sosok Qeera yang menghilang.Kenapa secepat itu Qeera berubah, apa hanya karena Axzel kembali menolak membawanya, Qeera berubah menjadi acuh dan tak peduli. Atau … Axzel tiba-tiba mengingat saat dirinya bangun dari tidurnya.‘Jangan-jangan Qeera mengetahui jika semalam dirinya sekamar dengan Bella,’ pikir Axzel dengan wajah pucat.Jantung Axzel berdegup kencang. Meski tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Bella, tetapi karena membiarkan Bella tidur di kamar mereka membuat Axzel merasa telah menghianati Qeera.“Astaga!” makinya sambil meremas rambutnya marah.Semoga ini hanya pikirannya sa

  • Istri Hasil Fitnah   Sepupu Rasa Istri

    Pagi hari setelah memutuskan untuk bertahan dalam rumah tangga mereka, Qeera langsung menuju kamar mereka yang sekarang kembali menjadi kamar Axzel. Ia memutuskan untuk kembali bicara dengan Axzel tanpa melibatkan emosi. Semalam Qeera sempat menghubungi ayahnya, bukan mendapat dukungan tentang keinginannya untuk pulang, yang dirinya terima makian dari ibu tirinya. “Kamu sudah tidak diterima di rumah ini, sebaiknya berbaik-baik dengan suamimu. Jangan pernah datang ke sini, pintu rumah ini tertutup untukmu, Qeera!” Hal itu lah yang membuat Qeera berpikir untuk memberi kesempatan pada pernikahannya. Apalagi semalam bermimpi bertemu putrinya seolah menjadi petunjuk yang memintanya untuk tetap bertahan. “Huh!” Berbicara dengan suami saja Qeera merasa seperti akan bertemu Presiden. Dadanya berdebar takut kembali dimaki Axzel. Tok! Tok! Tok! Qeera terus mengulang sampai tiga kali, tetapi tak mendapat tanggapan dari dalam atau mendengar sahutan. Hal itu membuatnya memutuskan langsung ma

  • Istri Hasil Fitnah   Pembunuh

    Sejak hari itu hubungan Qeera dan Axzel semakin berjarak, apalagi kini mereka pisah kamar. Lebih tepatnya Axzel yang mengusir Qeera dari kamar mereka. “Kak,” panggil Qeera saat Axzel akan berangkat ke kantor. Ia telah lama menunggu Axzel supaya mereka bisa bertemu atau bicara. Qeera sedih bukan hanya kehilangan anak, tetapi juga semakin kehilangan suami. Bahkan sekarang setiap malam ia akan bisa terlelap setelah kelelahan menangis dan tidak ada suami yang menenangkannyan karena dia sibuk entah pekerjaan dan Bella, sahabatnya.“Saya sibuk!” “Kak! Mau sampai kapan kamu akan seperti ini?!” tanya Qeera emosi. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Bukannya saling menguatkan karena kehilangan anak mereka, Axzel malah semakin menjauhinya. Hatinya sakit dan kecewa, bukan hanya karena kehilangan anak, tetapi juga karena sikap kasar Axzel. Axzel berbalik. Sekian lama tenang tanpa gangguan Qeera hari ini sang istri menganggu saat emosinya sedang tak baik-baik saja. Semalam Axzel bermi

DMCA.com Protection Status