“Aku harus buktikan ke semua orang akan dominasiku!” tegas Alina pada dirinya sendiri usai menutup telepon.Namun, Alina sadar bahwa pelelangan seperti ini pasti akan menarik perhatian banyak orang kaya dan berpengaruh dari seluruh dunia.Dia harus memastikan bahwa tidak ada yang bisa menghalanginya dalam mendapatkan perhiasan itu.“Nggak peduli seberapa tinggi tawarannya nanti, aku siap kasi harga tertinggi dan bahkan menggunakan cara lain jika perlu!”Dia lalu menelepon suaminya, Arvan.“Papi, aku butuh dana tambahan bulan ini,” kata Alina tanpa basa-basi saat suaminya menjawab panggilan.Arvan terdengar terkejut di ujung telepon. "Untuk apa lagi kali ini, Mi?"Alina mendesah pelan, “Akan ada pelelangan di Parisian minggu depan. Satu set berlian hitam langka dan satu-satunya di dunia bernama Nocturna Stellaris akan dilelang, dan aku ingin mendapatkannya, Pi. Ayolah, Pi, yah!”“Apa kamu serius, Alina? Kita baru aja mengalami kerugian besar di Zenith Group dan sekarang kamu ingin meng
Hari pelelangan tiba.Alina tiba di acara tersebut dengan penuh kepercayaan diri, diapit oleh Zila dan Leona yang mengenakan gaun terbaik mereka.Ketiganya terlihat anggun dan menonjol di antara kerumunan, siap untuk menampilkan status mereka sebagai sosialita papan atas.“Aku udah nggak sabar melihat set berlian hitam itu,” ujar Zila penuh semangat.Sudah sejak kemarin ibunya terus saja menggaungkan mengenai Nocturna Stellaris. Dia penasaran seperti apa wujudnya.“Tenang aja, Zila. Kita bakalan melihatnya dari dekat nanti,” jawab Alina, suaranya penuh keyakinan.Leona yang perutnya sudah mulai terlihat menggembung, hanya menatap Alina dan Zila sambil tersenyum kecil, meski dalam hatinya masih tertekan oleh masalah asmaranya dengan Hizam.“Kak Hizam nggak ikut?” tanya Zila ketika mereka memasuki ballroom tempat pelelangan berlangsung.“Enggak. Katanya lagi sibuk menjamu klien,” jawab Leona, sedikit kesal. “Dia juga ngomong rada males sama acara para cewek gini.”“Laki-laki emang gitu,
Alina tiba di kantor Zenith dengan senyum lebar, mengenakan kalung Nocturna Stellaris yang dia menangkan di pelelangan beberapa hari lalu.Dia sengaja datang ke kantor cukup pagi hari ini, demi satu tujuan: memamerkan perhiasan barunya kepada suaminya dan kerabat-kerabat yang bekerja di Zenith Group.Ketika Hizam keluar dari ruang kerjanya, Alina segera menyapanya dengan anggun. "Sayang, gimana pendapatmu tentang Nocturna Stellaris Mama ini?" tanyanya sambil menyentuh kalung berlian hitam yang berkilauan di lehernya.Hizam yang biasanya tak terlalu peduli dengan perhiasan, hanya mengangkat alis. "Kelihatan mahal. Mama benar-benar membelanjakan uang hampir 1 triliun untuk itu?"Alina tersenyum puas. "Bukan sekadar mahal, sayang. Ini satu-satunya di dunia. Berlian hitam yang ini sangat langka, nggak ada yang bisa menandinginya," ujarnya dengan nada bangga. "Mama sekarang punya perhiasan yang nggak bisa dimiliki oleh siapapun. Kamu lihat aja nanti, semua orang bakalan iri ke Mama."Hizam
“Dia… kenapa dia pakai Nocturna Stellaris?” Alina tak bisa menahan kagetnya.Tak jauh darinya, Dania berjalan anggun dengan Sebastian dan Melody menyertai seakan pengawal.Dania mengenakan kalung berlian hitam yang tampak persis 100 persen sama seperti Nocturna Stellaris milik Alina!Zila dan Leona ikut mematung heran sekaligus bingung.Alina berhenti di tempat. Dadanya tiba-tiba sesak oleh amarah yang mendidih. "Nggak mungkin, ini nggak mungkin! Berlianku satu-satunya di dunia!" gumamnya dengan suara rendah. "Itu nggak mungkin Nocturna Stellaris. Aku yang punya satu-satunya!"Tanpa pikir panjang, Alina langsung menghampiri Dania dengan langkah cepat. Zila dan Leona mengikuti dari belakang, bingung dengan apa yang terjadi.“Berani sekali kamu!” seru Alina begitu mendekati Dania. “Apa kamu nggak punya rasa malu? Beraninya kamu pakai Nocturna Stellaris palsu di acara elit kayak gini?”Karena suara Alina cukup kencang, maka banyak para tamu di sana yang menoleh untuk mencari tahu, ada ap
“Nyonya Grimaldi! Anda keterlaluan!” teriak salah satu hadirin.Diiringi bisikan-bisikan tajam yang mulai terdengar dari segala penjuru ruangan, beberapa orang bahkan mendekat untuk melindungi Dania.Sedangkan Dania dengan tenang berdiri menghadapi badai amarah Alina.“Nyonya, seharusnya Anda tidak begitu.” Seorang wanita menggelengkan kepala dengan wajah iba ke Alina yang seperti kesetanan.Acara amal yang semula penuh keanggunan berubah menjadi arena drama memalukan bagi Alina Grimaldi.“Kalian….” Suara Alina bergetar saat memandang orang-orang di sekitarnya, tak ada yang membelanya. Dengan mata liar penuh amarah, dia mengacungkan telunjuk ke arah Dania, wajahnya memerah. "Kamu penghasut!"Para hadirin yang awalnya menatap kalung berlian hitam milik Dania kini beralih memandang Alina yang semakin tak terkendali. “Nyonya, bagaimanapun, Anda yang keterlaluan!” Pria di dekat Dania berkomentar.“Kenapa?! Kalian semua dibutakan olehnya!” Alina mengangkat suaranya, suaranya bergetar penu
Alina membeku. "Apa? Perusahaan… bodong?" Matanya melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Perusahaan pelelangan itu, yang dia percaya telah menjual Nocturna Stellaris kepadanya dengan harga hampir satu triliun rupiah, ternyata sebuah penipuan.Dia ditipu 700 miliar rupiah. Rasa malu dan syok menyelubungi wajahnya.“Astaga, ternyata ditipu perusahaan bodong!”“Memang banyak sih perusahaan semacam itu berkeliaran di luar negeri untuk menjerat kaum-kaum elit yang kurang waspada, nggak kusangka mereka sekarang udah masuk ke Morenia.”“Ya ampun, untung aja aku nggak nawar apa pun di pelelangan kala itu. Robert sayang, maafkan aku saat itu aku marah karena kamu nggak mau kasi uang. Aku bakalan memasakkan mie instan telur setengah matang kesukaanmu nanti kalau kita pulang, yah!” Ada seorang wanita menoleh penuh senyum sayang ke suami di sampingnya.“Ternyata Nyonya Grimaldi korban penipuan, wah kasian….”Orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik, beberapa bahkan menunj
"Sa-satu triliun? Dia... dia mendonasikan satu triliun!"Ruangan seketika hening ketika pembawa acara mengumumkan jumlah donasi yang fantastis itu. Semua mata tertuju pada Dania, yang berdiri dengan anggun di atas panggung.Senyum Dania yang lembut dan tatapan penuh percaya diri menambah pesona yang memukau seluruh hadirin.Zila yang duduk tak jauh dari panggung, tampak tertegun. Wajahnya memucat, bibirnya sedikit bergetar saat mendengar jumlah donasi yang disebutkan.Bahkan Alina yang biasanya mendominasi perhatian di setiap acara, kali ini tidak bisa berkata apa-apa. Semua orang terpesona oleh aksi Dania yang luar biasa.Sambil menatap Zila, Dania berkata dengan nada ringan namun menusuk, “Oh, Zila, maafkan aku, sepertinya aku harus meminjam sedikit dari ‘bandot tua’ itu untuk donasi ini. Mudah-mudahan kamu nggak keberatan.”Kata-kata itu penuh sindiran halus, namun bagi Zila, setiap kata terasa seperti cambuk.Wajah Zila memerah, tapi dia tidak berani menjawab. Rasa malu bercampur
“Benar, Nona sangat genius untuk memikirkan skema tersebut,” imbuh Melody. "Menggunaan komplotan yang terbiasa melakukan lelang palsu barang-barang tiruan."Mendengar sanjungan dari kedua orang kepercayaannya, Dania tertawa kecil.“Hihi! Yah, gimana lagi? Sesekali menjahili Nyonya Grimaldi kan nggak apa-apa.” Lalu Dania mengulum senyumnya.Ide ‘nakal’ mengerjai Alina tentu buah dari kekecewaan Dania terhadap mantan ibu mertuanya.Meski sudah dibuat keok jika adu argumen dengan Dania, Alina masih saja mencoba melalukan hal jahat untuk menjatuhkan dirinya. Hanya... tetap saja Dania yang berhasil keluar sebagai pemenang.Namun, kali ini Alina sudah dirasa sangat keterlaluan jika menyewa pembunuh bayaran.“Aku nggak puas kalo nggak bikin Alina nangis darah, meski dikit,” imbuh Dania sambil tersenyum.Sebuah kebetulan apabila Dania melihat di media massa suatu negara di luar Morenia mengenai komplotan yang biasa mengadakan lelang tertutup untuk benda-benda antik palsu. Saat ini mereka seda
Keesokan harinya, dia memberikan surat gugatan cerai kepada Leona di rumah mereka. Leona yang membaca surat itu, langsung meledak dalam kemarahan.“HIZAM!” teriaknya, wajahnya memerah. “Apa-apaan ini? Kamu menggugat cerai aku?”Leona yang terbiasa emosional tak bisa menerima apa yang baru diberikan suaminya. Pernikahan mereka masih seumur jagung! Kalau dia sudah menjadi janda, bukankah itu sebuah aib dan malu yang tak terhingga bagi dia dan keluarganya?Hizam mencoba tetap tenang. “Leona, coba ngerti, deh! Hubungan kita ini udah nggak bisa dilanjutkan. Ini keputusan terbaik untuk kita berdua. Tolong deh, kamu mengerti ampe sini.”Dia sudah terbiasa dengan temperamen Leona, maka dia bisa tetap tenang menghadapi Leona yang sedang meledak-ledak.Kalau dipikir-pikir lebih jauh, dia memang patut menyesal sudah memilih Leona ketimbang Dania. Apalagi Dania yang sekarang luar biasa cantik, memikat, dan… penerus Ne
Hizam terkejut. “Apa? Kenapa, Pa?”Betapa mengejutkannya bagi Hizam beserta ibu dan adiknya saat mereka mendengar apa yang diperintahkan Arvan.Menceraikan Leona. Arvan memerintahkan demikian dengan nada tegas dan wajah serius. Baru kali ini Arvan ikut campur dalam ranah hubungan pribadi anaknya.Namun, Arvan seperti tidak mau tau. Dia melotot ke Hizam yang dianggap melawan. Tangannya sudah hendak melayang untuk kedua kalinya, namun Alina segera berdiri di depan putranya, menjadi tameng.“Papi! Jangan pukul lagi anakmu!” Alina mendesis tegas, dan hanya itu yang sanggup dia lakukan yang paling jauh, disebabkan dia juga takut pada Arvan ketika pria itu dalam mode serius.Disebabkan pembelaan Alina yang dia cintai, Arvan urung memukul Hizam.“Papa ingin kamu menceraikan Leona karena kamu akan kembali mengejar Dania,” ujar Arvan dengan tegas. “Kalau dia adalah pewaris Nexus, maka kita tidak bisa kehilangan kesempatan emas ini. Kamu harus melakukan apa pun untuk mendapatkan kembali hatinya.
“Benar, Nona Dania adalah penerus Nexus Holdings.” Yohan menebalkan pernyataan itu.Hizam memicingkan mata, tak percaya.Dania? Mantan istrinya yang menyedihkan itu? Yang merupakan anak dari pasangan miskin yang membeli mobil saja tidak mampu?“Kenapa, Zam? Kamu nggak percaya?” Dania menaikkan dagunya, puas bisa membuat Hizam sepucat kertas. “Aku bisa kasi bukti dari tes DNA. Nama asliku Dania Hadid. Nexus di Morenia sebenarnya tempat aku untuk berlatih bisnis sebelum aku mengambil alih seluruh Nexus.”Hizam berdiri terpaku, tubuhnya kaku seperti patung. Kata-kata Yohan menggema di kepalanya berulang kali, seolah-olah mencoba meyakinkan pikirannya yang enggan menerima kenyataan.Dania? Pewaris Nexus Holdings?Dia menggelengkan kepala pelan, berusaha menepis apa yang baru saja didengarnya.Namun, tatapan percaya diri Dania, ditambah dengan senyum puas yang mengembang di wajahnya, membenarkan semua yang Hizam coba sangkal.“Nggak mungkin,” gumam Hizam akhirnya, suaranya penuh ketidakper
“Hubunganku dengan Pak Yohan? Dengan Tuan Levi?” beo Dania atas pertanyaan Hizam. “Hihi! Kepalamu yang berotak payah itu bisa jumpalitan kalau aku kasi tau jawabannya.”Dania tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia berdiri dengan anggun, lalu berjalan mendekati meja di mana beberapa dokumen penting Nexus berada. Tangannya dengan santai menyentuh salah satu dokumen itu sebelum dia akhirnya menatap Hizam.“Aku di sini bukan tanpa alasan,” katanya dengan nada tenang tetapi penuh makna. “Dan satu hal yang harus kamu lakuin kalau kamu ingin bergaul baik dengan penerus Nexus, Hizam, yaitu kamu… harus bersikap saaaaangat baik ama aku.”Setelah mengucapkan itu, Dania menyunggingkan senyum seringainya.Hizam hanya bisa memandang Dania dengan tatapan bingung, tetapi juga penuh amarah yang tertahan. Sesuatu tentang wanita itu terasa berbeda, tetapi dia tidak bisa sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.“Maksudmu apa sih, Dania? Ngapain aku harus bergaul baik ama kamu lebih dulu kalau ingin
Pada esok harinya….Hizam Grimaldi berjalan memasuki lobi kantor Nexus Holdings dengan langkah penuh percaya diri.Penampilan pria itu tergolong sempurna, mengenakan jas hitam mahal dengan dasi merah marun, namun di dalam hatinya dia merasa sedikit tidak nyaman.Ini semua karena perintah ayahnya, Arvan Grimaldi tadi malam. “Besok Papa tak mau tau. Pergilah ke Nexus Holdings. Pewaris perusahaan itu dirumorkan masih berada di Morenia. Kamu harus menjalin hubungan baik dengannya, tak boleh gagal! Jangan sampai kita kehilangan peluang kerja sama besar!” begitu instruksi tegas yang dia terima.Namun, rasa tidak nyaman Hizam perlahan berubah menjadi kekesalan saat dia memasuki ruang pribadi Yohan. Di sana, dia melihat Yohan, sang Managing Director Nexus Holdings di Morenia, berdiri di samping kursi besar yang diduduki seorang wanita yang sangat dia kenal—Dania.Mata Hizam membelalak, tetapi bukan karena keterkejutan biasa. “Kamu ngapain di sini?” suaranya tajam, nyaris seperti perintah terh
‘Astaga! Astaga! Astaga!’ Dania merasakan jantungnya sibuk berdebar kencang.Dia tidak menyangka akan diberi pertanyaan mengenai sesuatu yang… yang… membuat wajahnya akan merah padam.“Itu… sakit…” Suara Dania seperti mencicit pelan. Dia bingung. Harus menanggapi dengan kalimat apa?Karena gugup, Dania tak berani menatap Rivan. Kepalanya terus tertunduk, seakan meja dan piring jauh lebih memikat mata ketimbang pria tampan di depannya.“Dania…” Rivan menyapa dengan suara lebih lembut.Tangan pria itu juga terjulur untuk menggapai tangan Dania. Senyumnya tak pernah luntur dari wajah tampannya.“Um!” Dania tersentak.Dia terlalu gugup saat ini, hingga tanpa sadar menarik tangannya dari gapaian Rivan. Dia bisa melihat pria itu terlihat kecewa.Tapi bagaimana ini? Dia tak mungkin mendorong tangannya lagi untuk masuk ke telapak tangan Rivan, kan?Akan aneh, bukan?“A-aku makan dulu sopnya, yah!” Dania mengalihkan pembicaraan.Dia segera meraih mangkuk untuknya dan mulai menyantapnya di bawah
“Anda menolak tamu ini?” tanya petugas melalui telepon khusus.“Iya, Pak! Iya! Tolak aja! Bilang, aku udah tidur!” Dania mengulangi ucapannya, kali ini dengan nada tegas agar lebih meyakinkan petugas di bawah sana.Setelah mengakhiri pembicaraan singkat dengan petugas, Dania kembali ke ruang tengah dan duduk gelisah di sofa mahalnya.Tanpa sadar, giginya sibuk menggigiti tepian kukunya beserta kulit di bagian pinggir. Tingkah ketika dia sedang gelisah maupun panik.“Duh, gimana, sih! Aku malah nolak dia? Padahal aku… aku harus tanya ke dia soal… soal… arrkhhh! Nggak mungkin aku tanya: Riv, apa benar kamu yang udah ambil perawan aku? Aish! Gila aja tanya gitu ke dia!”Dania yang awalnya sangat menginginkan kedatangan Rivan, kini justru gelisah dan takut bertemu pria itu. Lebih tepatnya, dia malu. Sangat malu.Entah seperti apa dia ketika malam itu melakukannya dengan Rivan. Argh! Dia tak mau membayangkannya! Pasti bukan sebuah hal yang menyenangkan untuk diingat-ingat, bukan?Duduk gel
“Mmhh~ Riiivv~” Dania masih saja mengerang manja sambil menampilkan wajah penuh minatnya terhadap Rivan.Dikarenakan Dania terus saja memancing, maka Rivan tak bisa mengelak dari hasratnya sendiri.Dia terpikat pada Dania sejak lama dan dia yakin Dania kini bisa membalas perasaanya yang sudah berkembang menjadi sayang dan cinta.“Annhh~” Dania melenguh pelan ketika Rivan mulai menciumi tubuhnya.Sesekali dia akan bergidik karena geli dan mendapatkan sensasi asing yang baru kali ini dirasakan.Napas Dania tersengal, dia terengah-engah ketika sentuhan-sentuhan Rivan membawa eforia tersendiri bagi tubuhnya yang amatir.“A-aarkhh!” Dania tanpa segan menyerukan suara lepasnya ketika dirinya mendapatkan pengalaman yang pertama kalinya di dalam hidup.Hingga akhirnya tangannya terus digenggam erat Rivan sambil dia menyerahkan seluruh dirinya pada pria itu, meski di bawah pengaruh obat.***“Umrh~” Dania terbangun dan mendapati dirinya sudah ada di tempat tidur huniannya. Sendirian.Ketika di
“Ummhh?” Dania mengerang pelan sambil memberikan nada tanya saat Sebastian menciumnya. “Riv….”Mendadak saja, nama itu keluar dari mulut Dania, dialunkan dengan lembut, seakan menyiratkan perasaan orang yang menyebutkannya.Seketika, Sebastian menghentikan tingkah gilanya dan menyudahi ciumannya untuk menatap wajah Dania.“Nona, apakah hanya dia saja yang ada di pikiranmu?” bisik Sebastian sambil menatap wajah merah padam Dania.Ketika lift terbuka, Sebastian segera sadar dan menyingkirkan segala pikiran busuknya pada Dania. Dia bisa saja membuat Melody menyingkir dan Dania akan berhasil dia kuasai untuk dirinya sendiri.Tapi….Sebastian menggendong Dania, memastikan dia aman hingga Melody tiba dengan mobil. “Ayo!” Sebastian sudah membantu Dania masuk ke mobil dan dia berada di belakang untuk menjaga.Sekaligus memeluk Dania untuk keegoisannya sendiri, sedangkan Melody fokus mengemudi.“Kita langsung ke penthouse Nona saja dan kita bisa jaga Nona di sana.” Sebastian mengomando.Melod