Alina tiba di kantor Zenith dengan senyum lebar, mengenakan kalung Nocturna Stellaris yang dia menangkan di pelelangan beberapa hari lalu.Dia sengaja datang ke kantor cukup pagi hari ini, demi satu tujuan: memamerkan perhiasan barunya kepada suaminya dan kerabat-kerabat yang bekerja di Zenith Group.Ketika Hizam keluar dari ruang kerjanya, Alina segera menyapanya dengan anggun. "Sayang, gimana pendapatmu tentang Nocturna Stellaris Mama ini?" tanyanya sambil menyentuh kalung berlian hitam yang berkilauan di lehernya.Hizam yang biasanya tak terlalu peduli dengan perhiasan, hanya mengangkat alis. "Kelihatan mahal. Mama benar-benar membelanjakan uang hampir 1 triliun untuk itu?"Alina tersenyum puas. "Bukan sekadar mahal, sayang. Ini satu-satunya di dunia. Berlian hitam yang ini sangat langka, nggak ada yang bisa menandinginya," ujarnya dengan nada bangga. "Mama sekarang punya perhiasan yang nggak bisa dimiliki oleh siapapun. Kamu lihat aja nanti, semua orang bakalan iri ke Mama."Hizam
“Dia… kenapa dia pakai Nocturna Stellaris?” Alina tak bisa menahan kagetnya.Tak jauh darinya, Dania berjalan anggun dengan Sebastian dan Melody menyertai seakan pengawal.Dania mengenakan kalung berlian hitam yang tampak persis 100 persen sama seperti Nocturna Stellaris milik Alina!Zila dan Leona ikut mematung heran sekaligus bingung.Alina berhenti di tempat. Dadanya tiba-tiba sesak oleh amarah yang mendidih. "Nggak mungkin, ini nggak mungkin! Berlianku satu-satunya di dunia!" gumamnya dengan suara rendah. "Itu nggak mungkin Nocturna Stellaris. Aku yang punya satu-satunya!"Tanpa pikir panjang, Alina langsung menghampiri Dania dengan langkah cepat. Zila dan Leona mengikuti dari belakang, bingung dengan apa yang terjadi.“Berani sekali kamu!” seru Alina begitu mendekati Dania. “Apa kamu nggak punya rasa malu? Beraninya kamu pakai Nocturna Stellaris palsu di acara elit kayak gini?”Karena suara Alina cukup kencang, maka banyak para tamu di sana yang menoleh untuk mencari tahu, ada ap
“Nyonya Grimaldi! Anda keterlaluan!” teriak salah satu hadirin.Diiringi bisikan-bisikan tajam yang mulai terdengar dari segala penjuru ruangan, beberapa orang bahkan mendekat untuk melindungi Dania.Sedangkan Dania dengan tenang berdiri menghadapi badai amarah Alina.“Nyonya, seharusnya Anda tidak begitu.” Seorang wanita menggelengkan kepala dengan wajah iba ke Alina yang seperti kesetanan.Acara amal yang semula penuh keanggunan berubah menjadi arena drama memalukan bagi Alina Grimaldi.“Kalian….” Suara Alina bergetar saat memandang orang-orang di sekitarnya, tak ada yang membelanya. Dengan mata liar penuh amarah, dia mengacungkan telunjuk ke arah Dania, wajahnya memerah. "Kamu penghasut!"Para hadirin yang awalnya menatap kalung berlian hitam milik Dania kini beralih memandang Alina yang semakin tak terkendali. “Nyonya, bagaimanapun, Anda yang keterlaluan!” Pria di dekat Dania berkomentar.“Kenapa?! Kalian semua dibutakan olehnya!” Alina mengangkat suaranya, suaranya bergetar penu
Alina membeku. "Apa? Perusahaan… bodong?" Matanya melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Perusahaan pelelangan itu, yang dia percaya telah menjual Nocturna Stellaris kepadanya dengan harga hampir satu triliun rupiah, ternyata sebuah penipuan.Dia ditipu 700 miliar rupiah. Rasa malu dan syok menyelubungi wajahnya.“Astaga, ternyata ditipu perusahaan bodong!”“Memang banyak sih perusahaan semacam itu berkeliaran di luar negeri untuk menjerat kaum-kaum elit yang kurang waspada, nggak kusangka mereka sekarang udah masuk ke Morenia.”“Ya ampun, untung aja aku nggak nawar apa pun di pelelangan kala itu. Robert sayang, maafkan aku saat itu aku marah karena kamu nggak mau kasi uang. Aku bakalan memasakkan mie instan telur setengah matang kesukaanmu nanti kalau kita pulang, yah!” Ada seorang wanita menoleh penuh senyum sayang ke suami di sampingnya.“Ternyata Nyonya Grimaldi korban penipuan, wah kasian….”Orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik, beberapa bahkan menunj
"Sa-satu triliun? Dia... dia mendonasikan satu triliun!"Ruangan seketika hening ketika pembawa acara mengumumkan jumlah donasi yang fantastis itu. Semua mata tertuju pada Dania, yang berdiri dengan anggun di atas panggung.Senyum Dania yang lembut dan tatapan penuh percaya diri menambah pesona yang memukau seluruh hadirin.Zila yang duduk tak jauh dari panggung, tampak tertegun. Wajahnya memucat, bibirnya sedikit bergetar saat mendengar jumlah donasi yang disebutkan.Bahkan Alina yang biasanya mendominasi perhatian di setiap acara, kali ini tidak bisa berkata apa-apa. Semua orang terpesona oleh aksi Dania yang luar biasa.Sambil menatap Zila, Dania berkata dengan nada ringan namun menusuk, “Oh, Zila, maafkan aku, sepertinya aku harus meminjam sedikit dari ‘bandot tua’ itu untuk donasi ini. Mudah-mudahan kamu nggak keberatan.”Kata-kata itu penuh sindiran halus, namun bagi Zila, setiap kata terasa seperti cambuk.Wajah Zila memerah, tapi dia tidak berani menjawab. Rasa malu bercampur
“Benar, Nona sangat genius untuk memikirkan skema tersebut,” imbuh Melody. "Menggunaan komplotan yang terbiasa melakukan lelang palsu barang-barang tiruan."Mendengar sanjungan dari kedua orang kepercayaannya, Dania tertawa kecil.“Hihi! Yah, gimana lagi? Sesekali menjahili Nyonya Grimaldi kan nggak apa-apa.” Lalu Dania mengulum senyumnya.Ide ‘nakal’ mengerjai Alina tentu buah dari kekecewaan Dania terhadap mantan ibu mertuanya.Meski sudah dibuat keok jika adu argumen dengan Dania, Alina masih saja mencoba melalukan hal jahat untuk menjatuhkan dirinya. Hanya... tetap saja Dania yang berhasil keluar sebagai pemenang.Namun, kali ini Alina sudah dirasa sangat keterlaluan jika menyewa pembunuh bayaran.“Aku nggak puas kalo nggak bikin Alina nangis darah, meski dikit,” imbuh Dania sambil tersenyum.Sebuah kebetulan apabila Dania melihat di media massa suatu negara di luar Morenia mengenai komplotan yang biasa mengadakan lelang tertutup untuk benda-benda antik palsu. Saat ini mereka seda
“Gin tonik, berikan dobel.” Bruno duduk di sudut gelap sebuah bar di pinggiran kota, matanya menyipit menatap layar ponsel.“Sialan,” gumamnya sambil mengepalkan tangan. Percobaan pertamanya gagal, dan dia hampir kehilangan reputasinya sebagai pembunuh bayaran yang tak pernah meleset.Alina sudah memarahinya habis-habisan, dan sekarang dia diberi kesempatan kedua untuk menyelesaikan tugas ini.Bruno menenggak minuman kerasnya dengan cepat, lalu menyalakan rokok. Dia mulai merencanakan strategi barunya.Kali ini, dia tidak akan ceroboh. Dia akan mempelajari pergerakan Dania, mengetahui semua kebiasaannya, dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang."Hargh!" Bruno selesai menenggak minuman pertamanya.Dia harus meneliti mengenai targetnya. Namun, yang Bruno tidak ketahui adalah bahwa Dania sudah sangat siap.Di penthouse pribadi Dania, Sebastian dan Melody duduk di ruang kendali kecil yang dipenuhi layar monitor.Beberapa hari terakhir, mereka mengawasi setiap langkah Bruno sejak keg
“Nikmat, bukan?” ledek Sebastian sambil terkekeh ke Bruno yang kesakitan.Bruno masih jadi udang di lantai. Mungkin telur masa depannya dipecahkan kaki Melody yang ganas.Sebastian berhasil memberangus pergerakan Bruno sehingga si pembunuh bayaran tertelungkup di lantai dengan dia memberikan tekanan mendominasi menggunakan lutut di punggung Bruno.“Udah, stop, Bruno daripada kamu semakin bonyok.” Sebastian benar-benar mengunci kedua tangan Bruno di belakang.Bruno masih terkejut dan heran karena namanya bisa disebut oleh lawannya.Tapi ketika Bruno hendak memberontak, Sebastian berlaku lebih kejam lagi.Kreek!“Argh!” Bruno memekik keras ketika sikunya dipatahkan Sebastian secara paksa."Udah dibilangin, masih saja ngeyel. Hah...." keluh Sebastian berlagak menyesal.Melody mendekat, menambah aura dominasi pada Bruno agar lelaki itu tidak macam-macam lagi.“Berhenti melawan, atau aku tusuk kakimu pakai pisau! Aku bisa buat kamu cacat permanen, mau?” ancam Melody sambil mengacungkan pis