“Ryan sudah dihubungin, sih,” gumam Vina seraya memandangi layar ponselnya. Wanita itu terus berusa menghubungi Ryan melalui saluraran teleponnya. Berkali-kali tak ada jawaban, hingga akhirnya ponselnya tak dapat dihubungi. Sontak saja wajah Vina berubah masam dan kesal.“Kok mati? Padahal aku pengen tahu, dia berhasil membunuh tuan Jason dan Yuna apa nggak?” ujarnya lagi. “Tapi, kalau dia berhasil membunuh atau setidaknya mereka celaka ... pasti beritanya tersiar di televisi dan media sosial.”Vina berbicara dengan dirinya sendiri seraya menyalakan kembali layar ponselnya dan langsung membuka akun sosial medianya. Tak ada berita tentang Jason ataupun Yuna yang ditemuinya di sana. Ia kembali berdecak kesal.“Sebaiknya aku coba lihat di televisi saja.” Vina berkata seraya melangkah memasuki lorong bangsal rawatnya.Ya, sedari tadi dirinya menghubungi Ryan di taman samping rumah sakit. Ia memerlukan udara segar agar pikirannya yang tengah kalut bisa dikendalikan. Saat ia baru saja berb
Setelah hampir satu bulan Jason menjalani terapi dengan pendampingan Yuna, ia merasakan kedua kakinya terasa bertenaga. Bahkan Jason pernah mencoba berdiri tanpa sepengetahuan Yuna. Walaupun belum cukup kuat berdiri lama, tetapi kali ini ia merasa kedua kakinya bertenaga.“Kamu yakin ingin mencoba berjalan?” tanya Yuna memastikan.Dokter cantik itu dapat melihat semangat Jason. Jujur saja ua sedikit cemas dan berniat menunggu Adam. Khawatir jika Jason terjatuh, ia tak mampu menopang tubuh lelakinya. Akan tetapi Jason tampak yakin.“Baiklah, tapi jangan dipa
Jason langsung memerintahkan Adam mempersiapkan semua rencana pernikahannya dengan Yuna. Akan tetapi, lelaki itu memilih merahasiakan kondisi kesehatannya. Biarlah orang lain masih menganggapnya lumpuh.Tujuannya tak lain agar mereka yang meremehkannya merasa puas mencibir. Tentu saja Yuna setuju dan hanya dirinya saja yang tahu. Tak perlu perayaan mewah, walaupun tetap saja acara tersebut akan menjadi perhatian beberapa media. Apalagi perusahaan pernah mengalami kasus dan sekarang tengah naik daun kembali berkat Vicky.“Kamu yakin mau merahasiakan kondisi kesehatanmu dari Adam dan juga papamu?” tanya Yuna seraya membantu Jason memakaikan jas kerjanya dalam keadaan berdiri.“Tentu saja,” jawan Jason langsung seraya memutar tubuhnya menghadap wanitanya.Jason lantas meraih dagu Yuna yang memasang wajah ragu padanya. “Aku yakin Adam akan paham alasanku. Dia begitu mempercayai kamu, Yuna ... mungkin dia akan marah dan merajuk padaku, tetapi Adam adalah orang yang cerdas. Tenang saja, oke
“Kita bicara di kantin! Jangan buat ribut di sini dan mengganggu pasien lain!” ucap Yuna membalas tatapan tak sukanya Neta.Tanpa menunggu jawaban dari wanita tua itu, Yuna langsung melenggang ke arah belakang Neta. Tentu saja Neta tak sempat protes dan hanya bisa mengikuti arah langkah kakinya Yuna. Masih banyak beberapa kolega di rumah sakit itu yang masih mengenal Yuna.Mereka masih menyapa dan memberi hormat pada dokter cantik itu, hingga Yuna harus membalas sapaan mereka dengan senyuman ramah. Walaupun Yuna sudah tak lagi bekerja di sana, tetapi dengan perginya dokter cantik itu pada Jason ... rumah sakit itu mendapatkan sumbangan tetap dari CEO tampan itu. Nama dokter cantik itu akan selalu dikenang.Apa lagi dokter Rudi—direktur rumah sakit itu mengaguminya. Yuna bak pahlawan demi kemajuan rumah sakit itu, sehingga ia masih diterima dengan baik dan permintaan bantuannya selalu didahulukan. Alasan itu juga Jason meminta Ryan dirawat di sana, untuk memastikan keselamatan lelaki i
“Ini minum dulu!” Jason berkata seraya memberikan jus jeruk pada Yuna yang baru saja memasuki mobil.“Sepertinya kamu tahu kalau aku sedang kesal,” jawab Yuna seraya menerima jus tersebut.Jason tersenyum tipis. Kemudian ia memerintahkan sopirnya untuk segera bergegas meninggalkan rumah sakit. Adam yang duduk di bangku samping pak Rama—sopirnya Jason hanya tersenyum melihat perhatian bosnya pada Yuna.“Ah, aku hampir lupa. Sebaiknya kirim orang untuk mengikuti wanita tua itu! Dia bilang bertemu dengan Vina beberapa kali,” ucap Yuna pada Jason. “Sepertinya wanita licik itu mengatakan hal yang aneh-aneh, hingga tante Neta tampak murka seperti tadi,” imbuhnya.“Kamu yakin, Vina menemui ibunya Ryan?” tanya Jas
“Arka, benar yang dikatakan wanita itu? Dia wanita yang berada dalam video vulgarmu?” Brian mencecar anak tirinya dengan tatapan murka. “Pa, a—aku bisa jelaskan,” sahut Arka gagap. Wajahnya bahkan tampak pucat. Lelaki itu panik. Padahal ia tengah bersikap baik di hadapan Brian agar ayah tirinya tak mengirimnya ke Hongkong sesuai perintah Jason. Vina mengacaukan segalanya. “Tentu, Tuan! Aku punya buktinya kalau akulah wanita itu,” seru Vina lantang. Jujur saja wanita itu pun cemas saat Brian harus memergokinya. Tujuannya hanyalah memaksa Arka bertanggung jawab saja. Jantungnya berdegup kencang dan tak karuan. Bagaimana jika Brian menyalahkannya, pikir Vina. Berita tentang Brian yang lebih perhatian pada Arka yang merupakan anak tirinya daripada Jason—anak kandungnya, sudah menyebar ke dalam perusahaan. Kali ini Vina hanya bisa pasrah.“Kalian berdua, ikut aku ke dalam!” titah Brian tegas.Lelaki paruh baya itu langsu
Vina tersentak. Tatapan Brian seolah mengintimidasi. Akan tetapi, ia sadar lelaki itu pasti akan memastikan dirinya bisa dipercaya..Wanita itu menundukkan pandangannya dan memasang wajah penuh penyesalan. Bukanlah hal yang sulit untuk Vina bukan. Bahkan wanita itu bisa meneteskan air mata agar terlihat sungguh-sungguh.“A–aku terlalu takut dan merasa bersalah setelah kejadian tersebut. Jujur saja aku bingung dan putus asa, Tuan … beberapa kali saya melakukan percobaan bunuh diri lagi,” jelas Vina diikuti tetes air mata penyesalannya. Tentu saja pura-pura.“Hingga akhirnya aku sadar dengan kondisi tubuhku yang berbeda … maksudku, aku telat haid dan ternyata aku hamil … akhirnya aku sadar kalau aku harus bertahan hidup. Anakku berhak hidup, Tuan,” sambung Vina seraya menaikkan pandangannya. Ia memasang tatapan nelangsa dan memohon. “Aku hidup demi anak dalam kandunganku, bukan untukku. Itulah alasanku kemari, Tuan Brian,” pungkasnya.Brian terdiam dengan wajah berpikir. Vina langsung m
“Kamu harus memperbaiki nama baikmu, Arka!” tegas Brian sebelum anak tirinya meluapkan amarahnya.“Tapi, Pa. Aku sudah mengikuti saran dari Papa untuk mengikuti prosedur kasusku ... aku menjalani wajib lapor agar nama baikku tetap terjaga dan tak mencoreng nama baik keluarga! Kenapa aku harus menikahi wanita jalang itu! Apa kata orang lain kalau aku menghamili wanita jalang?” papar Arka tetap menolak. “Papa belum tahu seperti apa wanita itu ... dia sangat mengerikan, Pa!” tambah Arka seraya menggertakan kedua giginya. “Jangan termakan omongannya yang mengaku sahabatnya dokter Yuna. Dia munafik ... sangat berbeda dengan dokter Yuna!”Terbayang dalam benaknya bagaimana wanita itu tega mengkhianati sahabatnya. Bahkan Vina tak segan meracuni Yuna. Ya, walaupun atas perintahnya dan semuanya demi keuntungannya. Arka dapat menyimpulkan jika wanita itu berani melakukan segala hal demi ambisinya.“Papa lebih tahu seperti apa wanita itu dan hal tersebutlah yang papa cemaskan, Arka!” ucap Brian
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman