Petugas damkar yang berada di dekat Vina lebih sigap. Ia merah lengan Yuna hingga tubuh keduanya tak terjun bebas dan menggantung di udara. Para petugas yang lainnya saling bahu membahu bergegas menyelamatkan keduanya.“Bertahanlah, Nona!” teriak salah satu petugas pada Yuna.Suara teriakan orang-orang yang menyaksikan mereka menggema. Jantung Yuna hampir terlepas karena terlalu syok. Ia menatap wanita di bawahnya, Vina terus berontak.“Lepaskan aku, Vina! Biarkan aku mati!” teriak Vina terdengar frustasi.Yuna yakin sekali, wanita itu hanya mendrama. Ia ingat sekali, wanita itu mencengkram baju depannya saat terpejam. “Kamu pasti ingin mati bersamaku atau sengaja menarikku untuk membunuhku,” batinnya. Akan tetapi, saat ini tak ada waktu untuk Yuna menyimpulkan pemikirannya saat ini. Nyawanya di ambang bahaya karena sahabat munafiknya itu. Jujur saja, Yuna ingin melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Vina, tapi ia masih punya hati nurani. Yuna memilih fokus mendengarkan instruk
“Apa kamu puas, Yuna?” Suara Ryan terdengar menginterupsi, menghentikan langkah Yuna dan Jason.Keduanya baru saja melewati ruang staf karyawan. Tak ada karyawan lain selain lelaki itu, sisanya mereka menyaksikan proses penyelamatan Vina. Entah Ryan sengaja menunggu keduanya melintas atau memang ia adalah karyawan yang rajin sudah kembali ke ruang kerjanya lebih dulu.“Apa maksudmu?” tanya Yuna menahan kesal setelah membalas tatapan mantan kekasihnya yang kini sudah berada tepat di hadapannya.“Kamu pura-pura tak mengerti atau memang bodoh?” celetuk Ryan dengan nada mengejek.Jason hendak menyela, tetapi Yuna menahan bahunya. Kali ini adalah masalahnya dengan bajingan di hadapannya. Yuna tak ingin melibatkan Jason.“Aku akan tunggu di depan lift,” ucap Jason mengerti tindakan Yuna.Yuna menoleh sebentar pada lelakinya lalu tersenyum. “Terima kasih, aku tak akan lama,” ujarnya.Dokter cantik itu menunggu Jason sedikit menjauh sebelum menatap lelaki di hadapannya. Wajah Ryan tampak terb
“Maafkan aku, Tuan Jason,” ucap Ryan seraya menundukkan wajahnya, menyembunyikan tatapan penuh amarahnya.“Aku khilaf dan terbawa emosi karena sahabat baikku hampir meninggal,” sambung Ryan beralasan. Walaupun ia tahu, Jason tak akan menerimanya.Jason mencibir. Tampaknya Ryan menyadari gertakannya bukanlah hanya sekedar ancaman. Ia menatap tajam lelaki di hadapannya yang sama sekali tak merubah posisinya, menunduk dan memasang wajah penuh sesal.Sadar Jason terus menatapnya, Ryan lantas berpindah pada Yuna. Ia menundukkan kepalanya lebih dalam pada dokter cantik itu. “Maafkan aku, Dokter Yuna. Aku kehilangan kendali,” ucapnya pelan sekali.Yuna menoleh pada Jason. Gertakan Jason lebih ampuh, pikirnya. Kemudian ia menggeleng saat Jason
“Wanita bodoh! Kamu tak bisa berakting, padahal aku memintamu berpura-pura seolah dokter cantik itu yang mendorongmu jatuh ... tapi kamu malah menariknya secara jelas.” Arka mengoceh heran seraya memperhatikan komentar yang tertera dalam situs berita dalam laptopnya. Ya, lelaki itu tengah menyaksikan berita tentang Vina yang menarik tubuh Yuna saat proses penyelamatannya. Semua hujatan dan celaan ditujukan pada wanita itu. Tentu saja semua itu adalah perintahnya untuk meredam berita skandal tentang dirinya. “Tapi, aku tak peduli. Yang berita tentang skandalku hilang,” gumamnya diikuti senyuman puas. Arka tertawa lantang penuh kemenangan. “Sekarang bagaimana caranya aku bisa kembali memasuki perusahaan ABR Company Group? Aku tak terima pria cacat itu mempermalukanku,” ujarnya seraya memangku dagunya. Dendamnya pada Jason semakin meninggi. Sementara itu Jason yang mendapatkan tatapan penuh tanya dari Yunda dan Adam tersenyum simpul. Akan dan logikanya menjawab semua keganjilan pada
“Jujur, saya sedih dengan kejadian tadi. Akan tetapi, saya tetap harus memberikan klarifikasi tentang kejadian tersebut, apa lagi terjadi di lingkungan perusahaan saya,” sambung Jason lagi.Namun, ia menjeda sebentar memastikan semua wartawan menyimak ucapannya. Tak ada yang menyela, mereka semua menunggu Jason melanjutkan penjelasannya. Bukan pada mereka saja fokus Jason, tetapi lelaki itu menangkap sebuah mobil jeep berisi para lelaki berpakaian serba hitam di depan pintu masuk gedung. Sadar mereka mendapatkan perhatian Jason mobil tersebut langsung melaju. langsung pun kembali menatap para wartawan. Entah siapa mereka? Yang jelas saat ini ia harus fokus melanjutkan klarifikasinya.“Memang benar wanita yang melakukan percobaan bunuh diri itu adalah karyawan perusahaan saya … karena itu saya ingin memohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian tersebut,” pungkas Jason seraya menundukkan kepalanya dalam, sebagai isyarat penyesalan dan permintaan maaf.
“Kabarnya pelaku laki-laki itu adalah saudara tiri Anda … apakah itu benar, Tuan Jason?”Hati Jason bersorak. Ia yakin Arka dan Elsa—ibu tirinya pasti panik jika menyaksikan acara jumpa pers tersebut. Jason menghela napas panjang sebelum menjawab, kemudian ia menundukkan pandangannya dan memasang wajah sedih.“Mohon maaf untuk pelakunya tak bisa saya ungkapkan dengan alasan privasi agar tak menjadi konsumsi publik ... yang jelas saya sudah memastikan karyawan tersebut sudah mendapatkan teguran keras berupa pemutusan kerja dan kasusnya telah saya limpahkan ke pihak berwajib sebagai tindakan tegas memberantas perbuatan asusila,” jelas Jason lugas, tetapi ia sengaja memasang ekspresi sedih.“Siapa pelakunya penyebaran video tersebut?” Pertanyaan dari wartawan langsung membuat Jason menaikkan wajahnya.Lelaki tampan itu tetap dengan ekspresi sedihnya. “Kasus tersebut sudah kami serahkan pada pihak berwajib ... kita percayakan pada pihak berwajib agar bisa menuntaskan kasus tersebut. Terim
“Tapi, aku masih berbaik hati padamu jika kamu mau menurut padaku ... akan aku berikan kesempatan padamu agar bisa bernapas dengan baik.”“Jangan harap aku mau tunduk padamu!” seru Arka dengan nada tinggi. Kemudian ia langsung memutuskan sambungan teleponnya.Napas lelaki itu tersengal. Arka lantas memekik kuat sembari membanting ponselnya di atas sofa. Ia meluapkan rasa kesalnya tersingkir oleh Jason. Amarah lelaki itu semakin menjadi saat mendengar suara bel pintu rumahnya berbunyi tanpa jeda.“Siapa lagi yang mainan bel apartemenku,” kesalnya seraya berjalan cepat menuju pintu.Kedua tangannya mengepal kuat menyalurkan tenaganya. Ia bersiap memberikan pelajaran pada orang yang berani mengganggunya. Tangannya menarik kasar handle pintu dengan gerakan cepat.Akan tetapi wajahnya langsung tersentak saat pintu terbuka lebar. Brian—ayah tirinya muncul dengan tatapan penuh amarah, diikuti oleh Elsa, ibunya. Bibirnya yang sedari mengumpat langsung mengatup.“P—papa!” panggil Arka gagap.B
“M—maksud kamu apa, Yuna?” tanya Vina memastikan. Yuna tersenyum sinis. “Aku yakin kamu tahu apa yang aku bicarakan,” sahutnya langsung. Kedua kaki Vina yang terasa kaku mendadak bisa digerakan. Ia langsung berjalan cepat menghampiri Yuna dan duduk di sebelah dokter cantik itu seraya meraih kedua tangannya. Jelas sekali wajahnya panik dan salah tingkah. “Yuna, tidak seperti yang kamu bayangkan … bagaimana mungkin aku mengajakmu bunuh diri bersamaku,” ucap Vina menjelaskan dengan nada terburu. “Aku bisa jelaskan kejadian sebenarnya, Yuna,” tambahnya.