Share

Mandi di Kali

Author: LuCIE
last update Last Updated: 2022-10-22 10:39:42

Durasi akting yang cukup lama ternyata membuat Anjani sedikit gerah. Ia beranjak, mencari cari teko milik sang paman dan segera menuangkan air di dalam gelas lalu meminumnya. Lidahnya terasa pahit lantaran  mengunyah kembang tujuh rupa yang entah termasuk jenis kembang apa itu. Rio yang memperhatikan sang Ibu lantas mendekat, menggoyang goyang tangan Ibunya lalu menatap lekat. 

"Ibu udah sehat?" tanya anak itu dengan begitu polosnya. 

Anjani mengangguk dan mengajak anak semata wayangnya  duduk di kursi rotan milik sang paman sembari memencet remote   Tv. Tak lama terdengar riuh tawa ibu dan anak itu di saat menyaksikan kelucuan dari drama yang sedang mereka tonton. 

"Bu, Apa masih  ada sisa martabak tadi?" tanya Rio kemudian. Anjani menatap datar bocah itu dan mengangguk. Seketika raut wajah Rio menjadi cerah, ia sudah membayangkan pulang ke rumah lalu mengunyah martabak spesial dengan segelas susu hangat. 

"Bu, Apa orang kesurupan suka makan martabak?" tanya Rio lagi. 

Anjani terhenyak kemudian bertingkah seolah tak peduli dengan kecurigaan putranya. 

Rio yang belum menyerah mengintrogasi Ibunya kembali menatap lekat wajah sang ibu  kemudian menggoyang goyangkan lengan sang Ibu dengan lembut. 

"Bu .... Apa sebenarnya Ibu cuma pura-pura kesurupan?" 

Rio semakin menuding Ibunya dengan berbagai pertanyaan yang seketika membuat wanita bertubuh ramping itu tak mampu berkata. 

"Bu ...." pinta Rio kemudian. 

"Ok, ok, Rio. Tahukah kamu semua orang yang sedang kesurupan bisa makan apa saja, termasuk martabak!" tegas Anjani menyakinkan putra tunggalnya itu. 

"Apa Ibu juga bisa makan beling?" tanya Rio dengan polosnya. 

"Ah, tentu saja bisa!" sahut sang ibu yakin. Padahal dalam hati ini mengumpat sejadi jadinya jika ternyata harus berakting makan beling juga. Ada ada saja. 

Puas mencerca sang Ibu dengan berbagai pertanyaan laksana seorang detektif, bocah bermata bulat itu kembali fokus menonton acara sulap yang baru saja ditemukannya pada salah satu chenel favoritnya 

Anjani  celingak celinguk, memperhatikan pintu dapur sesering mungkin, takut kalau kalau sang paman dan suaminya tiba tiba muncul dan melihat mereka yang sedang asyik menonton tv. 

Di sisi lain, Aldo dan Mbah dukun yang baru saja tiba di kali, menyorot senter ke arah rerimbunan semak dan pohon yang memenuhi pinggiran kali. 

Pria berkemeja navy itu menatap sang dukun sebentar, tampaknya ada keraguan di hatinya kalau kalau di kali kecil itu ada beberapa binatang melata yang berbahaya. 

"Lintah ada?" tanya Aldo yang ingin menuntaskan rasa penasarannya. 

Sang dukun menoleh dengan cepat, ia langsung teringat akan kejadian seminggu yang lalu. 

"Mbah ...." Panggil Aldo lagi. Sang dukun tersadar dan kembali menyorot senter ke arah sungai yang mengalir. 

"Ada," sahut sang dukun pendek. 

"Waduh, saya takut, Mbah!" jawab Aldo pendek. 

"Ada yang pernah kena gigit?" tanya Aldo lagi. 

"Tidak ada. Tapi kalau di mangsa buaya ada!" Terang saang Dukun sembari menyorot senter tepat di wajah pria yang terkenal pelit itu. Aldo memicingkan mata dan terlihat mulai gugup. 

"Cepat buka pakaian mu dan mandi," perintah sang dukun kemudian. 

Aldo yang masih ragu ragu kini terlihat semakin gugup, deru nafasnya yang berhembus cepat menandakan bahwa pria yang bernama lengkap Aldo Suganda itu tengah dilanda ketakutan. 

"Cepat, buka bajumu dan mandi!" perintah sang dukun kemudian. 

Aldo lantas membuka kancing kemejanya satu persatu dan menanggalkan pakaiannya, disusul pula dengan celana yang tengah ia pakai. Pria itu tampak kedinginan hanya dalam balutan pakaian dalam saja. 

"Mbah, kalau saya dimangsa buaya, bagaimana?" tanya Aldo sembari melangkah mengikuti sang dukun yang hendak menuju pinggiran sungai. 

"Buaya kok takut sama buaya!" ketus si dukun pelan. 

"Jangan gitu donk, Mbah," balas Aldo kemudian. 

"Aman, percayalah dengan kesaktianku!" sahut sang dukun pendek. Padahal dalam hati ia juga sangat berhati hati. Bukan tanpa sebab, seminggu yang lalu ada dua warga yang tengah mencari ikan menghilang, warga mencarinya hingga subuh namun tidak menemukan kedua orang itu. Setelah tiga hari kemudian barulah ditemukan jasad kedua pencari ikan itu dalam keadaan tak bernyawa serta sudah tak utuh. Dimangsa buaya konon katanya. 

Mbah Rejo, nama sang dukun. Memang sudah biasa mandi di kali itu. Ia lebih nyaman mandi di tempat terbuka dengan jernihnya air yang mengalir. Sudah lama sekali ia tak terlibat dengan mewahnya kehidupan layaknya orang orang kota. 

Setelah mengguyur tubuh beberapa kali, Aldo beranjak meraih handuk dan kain lalu segera menyelimuti tubuhnya yang polos dan menggigil. 

Mbah dukun yang terlihat puas telah mengerjai Aldo terkekeh geli dan meledek pria itu habis habisan. 

Aldo yang merasa ini adalah bagian dari ritual agar bisa menyelamatkan nyawa sang Istri yang sebenarnya sudah tak lagi dicintainya, tanpa sadar mulai memikirkan nasib wanita yang telah menemaninya hampir sepuluh tahun lamanya. 

Rencana Anjani dan sang paman justru membuat Aldo mengingat banyak kenangan manis yang dahulu pernah Ia dan sang Istri habiskan berdua. 

"Mikirin Apa?" tanya Sang Dukun saat memperhatikan sosok pria di sampingnya yang berjalan lurus dengan tatapan jauh. 

"Ingat kenangan dengan istri saya, Mbah," jawab Aldo pendek. 

Sang dukun terhenyak. Ia berfikir bahwa pria yang sebenarnya suami dari keponakannya ini ternyata masih mempunyai perasaan terhadap istrinya. Meskipun pelit, perhitungan dan juga suka selingkuh tapi Sang dukun akan mengusahakan yang terbaik untuk rumah tangga Anjani dan juga kepada suaminya agar lebih menghargai istri dan janji suci sebuah pernikahan. 

"Punya banyak kenangan manis,toh!" ujar Sang dukun lagi. Aldo mengangguk dengan senyuman manis di sela sela bibirnya yang membiru akibat kedinginan. 

Memang tak bisa dipungkiri, memasuki usia pernikahan yang semakin lama, rasa bosan dan jenuh akan ikatan pernikahan akan selalu ada. Bagian dari ujian dari Sang Kuasa untuk lebih mempererat hubungan dalam rumah tangga, baik itu suami ke istri, orang tua ke anak atau menantu ke mertua. Untuk itulah berumah tangga adalah ibadah terlama yang akan dijalani oleh setiap orang yang akan menikah. Sampai akhir hayat. Kedati demikian, untuk alasan apapun, perselingkuhan tidak bisa dibenarkan walau dalam kondisi apapun. 

Meminta maaf dan memaafkan adalah bekal utama yang harus selalu dimiliki oleh setiap pasangan karena di dunia ini tak ada insan yang 100% hidup dengan benar. Semuanya pendosa dan berdosa. 

Kedua pria itu melangkah pelan melewati jalan setapak yang di penuhi semak liar dan beberapa tumbuhan putri malu yang sesekali menggores kaki dan hampir saja membuat keduanya terjerembab. 

Malam semakin larut, suara jangkrik mulai terdengar  semakin bersahutan, suara burung hantu di atas pohon beringin tua di sisi kali terdengar semakin jelas dan menambah suasana menjadi semakin mencekam dan menakutan. 

"Mbah sering mandi di kali itu?" tanya Aldo memecah sunyi diantara mereka. 

Sang dukun menoleh sejenak,"Bukan hanya mandi, BAB pun saya di kali itu juga" sahutnya santai. 

Related chapters

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Sepenggal kenangan

    Sepanjang perjalanan kembali ke rumah sang dukun, Aldo lebih banyak membahas mengenai masa masa indah bersama sang Istri dulu. Aldo akui, dahulu Anjani tak lain hanyalah wanita asing dalam kehidupannya, wanita pilihan sang Ibu yang sama sekali tak diinginkannya. Tapi apalah daya, ia adalah seorang putra tunggal, harapan sang ibu satu satunya yang tentunya harus mengabdikan seluruh hidupnya demi kebahagian sang ibu yang sudah lama sakit sakitan. Dahulu, wanita yang telah melahirkannya itu begitu tergila gila akan kebaikan Anjani. Dari pagi hingga menjelang petang yang dibicarakan ibunya hanyalah sosok Anjani yang tak lain adalah wanita kampung penjual jamu gendong langganan sang ibu. Sampai pada suatu hari, saat kesehatan sang ibu menurun. Wanita itu mengutarakan sesuatu yang seketika menghancurkan masa mudanya. Sang ibu menginginkan sebuah pernikahan dengan Anjani sebagai mempelai wanitanya. Aldo pernah marah. Pernah berupaya menjelaskan hingga berkali kali bahwa ia tak bisa menikah

    Last Updated : 2022-10-29
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Nasehat

    Bab 10Pernikahan adalah sebuah ikatan sakral yang mengikat kedua anak manusia yang telah memutuskan untuk menghabiskan hidup bersama sehidup semati. Tapi pada kenyataannya, beratnya ujian yang dialami sepasang insan dalam menjalani bahtera rumah tangga membuat keduanya mengambil keputusan untuk berpisah dan hidup dengan keegoisan sendiri tanpa memikirkan berapa banyak hati yang terluka akibat trauma akan perpisahan itu sendiri. Anak anak adalah korbannya. Namun bertahan hidup dalam linangan air mata tentu bukan keputusan yang benar. Setiap orang berhak bahagia, bukan? Mbah Rejo masih betah menggosok batu akik kesukaannya dihadapan cermin tua kesayangannya. Suara derit kursi rotan yang ia duduki seolah tak mampu membuyarkan lamunannya yang telah kemana mana. Sesekali ia merapikan blangko usang yang tengah ia kenakan, mengelus jenggot putih nan panjang kebanggaannya kemudian tersenyum manis. Dahulu, pria tua yang tengah menyandang gelar sebagai dukun palsu itu juga mempunyai keluarg

    Last Updated : 2022-10-29
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Rio

    Terkadang manusia terlalu sibuk mengejar cinta hingga lupa akan cinta penciftanya. Anjani kembali menyimpan dompetnya setelah selesai membayar ongkos taksi yang telah mengantarnya menuju sekolah putranya, Rio. Ia merapikan rambut sejenak, menepuk nepuk wajahnya yang terasa beku akibat dinginnya ac taksi yang baru saja mengantarnya. Dari koridor kelas, Rio terlihat melambaikan tangan pada sang ibu. Anak laki laki berperawakan kurus tinggi itu segara berlari menemui sang ibu yang telah terlambat 20 menit dari bel pulang sekolah. "Ibu masak apa hari ini?" Rio menatap wajah sendu yang ibu. "Ibu gak masak. Hari ini kita makan di luar saja," jawab Anjani seraya menggandeng putranya menuju halte bus di seberang jalan. Seperti biasanya, ada banyak taksi di sekitar situ dan tentu tidak akan menyulitkan Anjani menuju restoran terdekat. "Apa Ayah gak ikut makan dengan kita, Bu?" tanya Rio lagi. Anak itu benar benar merindukan sosok sang ayah yang sudah lama sekali tak menghabiskan waktu be

    Last Updated : 2022-10-29
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Terluka lagi

    Entah ini untuk yang keberapa kalinya Anjani harus menelan kenyataan pahit, kenyataan pahit bahwa sang suami benar-benar telah berselingkuh. Bahkan pria yang telah memberinya seorang putra itu melakukannya di depan umum. Di sebuah restoran dimana ia dan putranya ikut menyaksikan sepasang sejoli itu tengah saling menyuapi. "Dasar tidak tahu diri!" gerutu Anjani sembari meremas sendok yang tengah ia pegang. Rio yang masih menatap sosok sang ayah di sudut ruangan hanya bisa mematung terlebih saat sang ibu memberi isyarat agar bocah itu tidak berteriak teriak memanggil ayahnya. "Bu, Ayah sama cewe cantik, tuh!" tegas Rio. Agaknya bocah itu ingin melihat respon sang ibu yang hanya mamatung dengan wajah memerah persis seperti kepiting rebus. "Bu, Rio samperin Ayah, ya?" pinta Rio kemudian. Bocah itu telah dilanda rasa penasaran tatkala menyaksikan sendiri sang ayah tengah menyuapi wanita lain di tempat terbuka seperti itu. "Jangan, Rio. Biarkan saja Ayahmu disana!" ujar Anjani pelan de

    Last Updated : 2022-11-02
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Rianti

    Bab 13"Mbah, kenalkan ini Rianti. Dia seorang sekretaris di tempat saya bekerja," Aldo yang baru saja datang selepas isya tadi tanpa basa basi langsung memperkenalkan wanita yang tengah bergelayut manja di sisinya. Wanita cantik dengan balutan dress bewarna moka dengan bagian dada terbuka memperlihatkan dengan jelas tato kupu kupu pada bagian dada sebelah kirinya. Wanita itu terlihat semakin cantik dengan riasan natural serta kalung berliontin hati bewarna merah delima yang semakin menyempurnakan penampilannya. Sepersekian menit sang dukun dibuat terpana akan pesona jelita dihadapannya. Sepasang netra tuanya tak mampu berkedip tatkala dihadapkan dengan barang bening yang sudah lama sekali tak ia jumpai. Aldo yang tengah sibuk menjelaskan prihal kedatangannya mulai dibuat kesal oleh sang dukun yang kini fokus memperhatikan sosok seksi di sampingnya. "Mbah ...," panggil Aldo. Bukannya menjawab, sang dukun malah meletakkan telunjuk tepat pada bibirnya. Mengisyaratkan kepada Aldo

    Last Updated : 2022-11-02
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Mahar lagi

    "Boleh saya lihat foto suami kamu?" pinta Mbah Rejo kepada Rianti yang tengah sibuk meremas remas jemarinya yang lentik serta berkuku panjang. Wanita cantik itu lantas mengeluarkan ponsel mahalnya kemudian memencet beberapa angka di layar. Setelah cukup lama menggulir layar, ia menghentikan aktivitasnya kemudian menunjukkan layar ponselnya di hadapan sang dukun. Sang Dukun yang baru saja melihat ponsel modern milik Rianti lantas dibuat takjub akan canggihnya teknologi di jaman sekarang ini. Pria itu mengelus janggut palsunya sembari memperhatikan sebuah foto yang terpampang di layar ponsel. Ia mengamati dengan teliti sosok pria dalam balutan tuxedo hitam itu, terlihat memang bukan sosok pria sembarangan. Usianya memang sudah tidak muda namun postur tubuhnya terlihat gagah meski sebagian rambutnya telah memutih. "Siapa namanya?" tanya Mba Rejo seraya masih terus memperhatikan foto pria yang ada di ponsel Rianti. "Namanya Himawan Aryo Kusumo. Dia adalah pemilik perusahaan tempat d

    Last Updated : 2022-11-02
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Ngintip!

    Anjani menunggu kabar dari sang paman dengan cemas, terlebih hingga malam semakin larut sang suami tak jua pulang ke rumah. Terbesit khawatir di hatinya, rasa takut kalau sang suami mengalami masalah besar di luar sana atau mengalami suatu hal yang tidak mengenakkan. Raut wajah cemas Anjani semakin ketara tatkala jam dinding telah menunjukan pukul 10 malam dan tak ada tanda-tanda bahwa Aldo akan segera pulang. Anjani memang membenci suaminya terlebih dengan semua kejadian yang telah menimpanya tadi siang. Siapa wanita yang tak terluka mendapati sang suami yang telah terang terangan bermesraan dengan wanita yang bukan muhrimnya di depan umum.Anjani kerap kali merasa bagaikan istri yang tak dianggap, tak dihargai dan tak tampak meski selalu ada dalam setiap pandangan suaminya. Mau bagaimana lagi, dahulu Anjani lah yang rela melakukan berbagai cara agar dapat menikah dengan pria pelit itu dan kini Anjani harus menelan pil pahit, kenyataan bahwa pria yang amat dicintainya itu telah men

    Last Updated : 2022-11-02
  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Masih Berharap

    "Kamu sarapan di sekolah aja ya, ibu udah siapin kotak sarapan di tas," ujar Anjani dengan sedikit terburu buru. Wanita berkulit kuning langsat itu sudah sejak subuh mematut diri di cermin, bersiap siap hendak mengantar putranya ke sekolah lebih awal. Bukan tanpa sebab, sekitar pukul 05:30 pagi, sang paman telah mengirimkan pesan singkat bahwa suaminya, Aldo, telah meninggalkan rumah dengan serta Rianti bersamanya. Tidak jelas kemana mereka hendak pergi, tapi kelihatan dari gerak gerik keduanya tampaknya mereka tidak akan pergi ke kantor melainkan akan menuju kediaman Rianti, untuk tujuan apa lagi jika tidak untuk melanjutkan urusan ranjang semalam. Jantung Anjani berdegub lebih kencang, berpacu dengan waktu dan kecepatan taksi yang tengah ditumpanginya menuju sekolah Rio. "Bu, Kenapa berangkat sekolahnya pagi sekali?" tanya bocah berseragam merah putih itu seraya menatap lekat wajah sang ibu yang tampak fokus menatap jalanan yang mulai ramai. Wanita dengan dress biru muda itu tida

    Last Updated : 2022-11-02

Latest chapter

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Bertemu calon madu

    " Sudah Ibu bilang kamu cuma salah lihat!" Anjani menarik lengan putranya dengan cepat memasuki pintu. Sekitar 5 menit yang lalu mereka baru saja tiba di rumah besar itu. " Enggak, Bu. Rio yakin itu ayah!" anak itu menolak apa yang coba sang Ibu yakinkan. Anjani lantas melotot. " Masuk kamar dan tidur!" perintah Anjani kemudian. Jono menarik nafas dalam-dalam kemudian melangkah pergi menuju kamar tidurnya mengikuti perintah Sang Ibu. " Haduh, nyaris saja ketahuan!" lirih Anjani sembari melirik Arloji sejenak. Azan isya' telah berkumandang sekitar 10 menit yang lalu sadang belum ada tanda tanda bahwa sang suami akan pulang ke rumah. Sebuah Klakson motor terdengar cukup nyaring hingga membuat Anjani harus kembali membuka pintu depan untuk memeriksa. Seorang Pria dalam balutan baju hitam tampak bermain kode dengannya. Namun Anjani masih mengisyaratkan untuk menunggu hingga pukul 10 malam. Selain karena suasana akan semakin sepi juga untuk memastikan apakah Aldo akan pulang atau tidak

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Nyaris ketahuan!

    " Suara apa itu, Mbah?" Rianti yang baru hendak menyuap nasi seketika menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh ke arah sumber suara. Mbah Rejo menatap arah sumber suara dengan jantung berdebar debar. " Mungkin kucing," sahut Mbah Rejo kemudian.'Apa yang tengah dikerjakan dua orang itu?' batin Mbah Rejo sembari mengunyah sesendok nasi yang terasa amat serat di tenggorokannya. Keseringan berbohong ternyata bisa membuat Pria tua itu kesulitan menelan nasi." Mbah memelihara kucing? Anggora atau Persia, Mbah?" tanya Rianti di sela sela makan malam mereka." Ciliwung, orang nemunya dari kali belakang," sahut Mbah Rejo acuh.Rianti lantas terkekeh, ia menatap Aldo yang sejak tadi hanya diam saja sembari menyantap makan malamnya yang terasa begitu nikmat." Pindangnya enak, sepertinya dulu pernah makan masakan yang seperti ini?" puji Aldo. " Dimana?" tanya Rianti." Hm ... Kalau tidak salah mirip seperti masakan Anjani," balas Aldo. Rianti lantas membuang muka dan enggan membahas lebi

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Gara gara pindang

    Anjani dan Rio yang masih bersembunyi di dapur mulai cemas lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul dan memberi informasi. Suara percakapan ketiganya terdengar samar-samar dari balik dinding dapur, Anjani bahkan harus menempelkan telinga agar bisa mendengar pembicaraan ketiganya." Apa sih yang tengah mereka bicarakan? Kenapa lama sekali?" Anjani menggerutu sembari mondar mandir tidak jelas. Putranya yang tengah memunguti pecahan gelas hanya sesekali menatap dan kembali meneruskan pekerjaannya.Di depan meja praktek Sang Dukun, Aldo dan Rianti masih bercerita panjang lebar mengenai susuk yang akan digunakan Mbah Rejo untuk mempercantik Rianti." Mbah biasanya apa saja pantangan yang tidak boleh dilanggar jika saya nantinya memasang susuk?" Rianti masih mengajukan berbagai macam pertanyaan seputar susuk yang nantinya akan ia pasang." Hm, mengenai pantangan saat memakai susuk biasanya lain jenis susuk maka beda pula jenis pantangannya," sahut Mbah Rejo sembari mencuri curi pandang ke bel

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Susuk

    " Mbah baik banget deh," puji Rianti pada sosok pria tua yang kini tengah duduk di hadapannya. Pria itu tersenyum malu malu persis seperti remaja pria yang tengah mengalami cinta monyet dengan teman sebayanya. Aldo yang menyaksikan kejadian itu hanya mampu menarik nafas berat. Walau katanya sudah tua tapi tetap saja Mbah Rejo juga laki laki normal dan jelas ia menangkap sinyal sinyal ketertarikan dari pria yang sudah berumur tidak muda lagi itu terhadap Rianti. " Oya, Apa sebenarnya tujuan kalian datang ke rumahku sore hari begini?" tanya Mbah Rejo setelah cukup lama menatap belahan dada Rianti yang begitu menggoda. " Ah, syukur akhirnya sadar juga," Gumam Aldo setelah terdiam cukup lama dan hanya menjadi penonton di antara Rianti dan Mbah Rejo. " Begini Mbah, kedatangan kami kemarin sebenarnya ingin membahas mengenai syarat-syarat yang pernah Mbah ajukan dulu serta saya juga ingin mengatakan bahwa suamiku Himawan sudah kembali kepadaku dan memenuhi kewajibannya seperti sedia kala

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Suamiku Genit Pamanku Lebih Genit

    Kedatangan Aldo yang secara tiba tiba sore itu sontak membuat Mbah Rejo, Anjani dan putranya kalang kabut. Terlebih saat pecahan gelas tampak berserakan di lantai. Di luar sana, Aldo dan Rianti terlihat mulai meninggalkan mobil dan memasuki pekarangan rumah Mbah Rejo. " Kenapa Si Mbah malah pergi ya, Mas?" tanya Rianti heran. Aldo menggeleng tak mengerti. Rasanya tak ada yang salah dengan kedatangan mereka tapi mengapa Mbah Rejo langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan mereka. " Rasanya tidak ada yang aneh pada kita, tapi kenapa si mbah malah gak sama sekali peduli pada kita," Aldo menimpali. Lantaran Mbah Rejo tak kunjung muncul, Aldo dan Rianti memutuskan untuk menunggu di teras. Sesekali keduanya memanggil Mbah Rejo namun sang empunya rumah belum juga muncul. " Ada apa sama si Mbah, ya? gak biasanya begitu."ujar Aldo curiga. "Aku juga gak ngerti, Mas. Apa jangan jangan dia menyembunyikan sesuatu dari kita?" Rianti memijat pelipis perlahan, ada rasa cenat cenut

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Rencana Baru

    " Aku sudah letakkan sertifikatnya di atas meja di dalam kamar Mas Aldo, berhati hatilah, buatlah ini seolah olah seperti perampokan sungguhan," ujar Anjani pada sosok dalam balutan jaket kulit hitam serta memakai masker bergambar tengkorak yang hanya menutupi sebagian wajahnya. Pria itu mengangkat jempol seraya tersenyum penuh arti." Serahkan semuanya padaku, akan ku pastikan semua berjalan sesuai rencana," ujar Pria itu kemudian.Mbah Rejo melipat tangan di dada, ada lega di hatinya saat melihat keponakannya itu mendengarkan semua ide ide nya dan melaksanakan semuanya sesuai dengan rencana. Ia tak ingin menunggu lebih lama lagi, lebih cepat maka semua tentu akan lebih baik. Sangat menjijikan jika harus berdiam diri serta menyaksikan kebejatan perbuatan Aldo yang kian hari kian memalukan. Baginya, Anjani sudah lebih banyak bersabar dalam diamnya dan Rio entah mungkin anak itu sudah lupa bagaimana sosok seorang Ayah yang pernah dikenalnya dulu."Jangan sampai ketahuan, ya?" ujar M

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Tak Ingin Pulang

    Suara gemericik air mengalir dari gentong besar milik sang dukun palsu. Pria itu memutuskan untuk tidak mandi selain karena sudah malam juga karena hidangan segar yang tengah tersaji di meja makan terasa selalu memanggil manggil perutnya yang sejak tadi sudah keroncongan. Mbah Rejo mengusap sepasang lengan keriputnya disusul dengan membasuh kepalanya yang telah memutih pada sebagian rambutnya."Paman, ayo buruan sih, kita makan," Mbah Rejo tersentak hingga menelan air mentah yang baru saja dipakainya untuk berkumur. Suara teriakan Anjani terasa seperti suara panci yang tengah di pukul oleh gerombolan anak anak menjelang makan sahur saat bulan ramadhan, benar benar nyaring dan memekakkan telinga.Mbah Rejo menghentikan aktivitasnya sejenak, menoleh ke arah sumber suara dan menggeleng lemah." Dulu suaranya memecahkan piring tapi sekarang justru memecahkan kepala," gerutu Mbah Rejo kemudian.Sementara Mbah Rejo masih di dapur Anjani masih terus menyiapkan beberapa keperluan yang akan

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Memilih Rianti

    Dari balik tembok Rianti tengah memperhatikan gerak gerik kedua sosok yang berdiri hanya beberapa meter darinya, ia mengamati dengan seksama serta mulai menerka nerka siapa orang yang kini berada satu pihak dengannya. Ia juga ingin melihat langsung siapa pria dalang dibalik teror yang baru saja terjadi. Sebenarnya ada keinginan untuk menemui kedua sosok itu dan menanyakan hal apa yang membuat kedua orang itu ikut meneror rumah sang calon suami.Langkah Rianti terhenti saat mendengar suara pintu depan terbuka, sesaat kemudian kedua sosok berbaju hitam yang baru saja hendak ia temui justru telah menghilang dari pandangan mata. "Aiss Sial!" umpat Rianti kesal. Ia memutuskan berbalik ke arah pintu rumah yang tengah terbuka. Disana ia melihat Aldo tengah bergegas meninggalkan rumah dengan terburu buru tapi dari belakang Ia juga melihat sosok gadis muda yang tak lain adalah Sania mencoba menghentikan langkah Aldo."Dasar cabe cabean, selalu saja jadi penghalang!" gerutu Rianti seraya mere

  • Istri Dipelet Dukun Bertindak   Teror Misterius

    "Siapa yang berani menebar teror di rumahku?" Puluhan pertanyaan mengganggu pikiran Aldo yang masih mengintip melalui tirai jendela. Ia mulai berjaga jaga kalau saja ada serangan susulan yang akan berujung pada tindak kekerasan terhadap dirinya maupun Sania.Sania menyapu keringat dingin yang mulai membanjiri pelipis. Jono yang merupakan masa lalunya seketika memenuhi seluruh isi kepalanya. Ia paham betul tabiat mantan pacarnya itu, ia bukan tipe pria yang main main dengan segala hal, tapi ada satu hal yang menjadi pertanyaannya, kemana Rianti? Apakah mereka bertemu lalu bekerja sama untuk menyakitinya beserta Aldo?"Apa yang kamu pikirkan?" ujar Aldo penuh selidik. Ia yakin sekali bahwa Sania tahu banyak tentang teror yang tengah baru saja mereka alami. "Gak ada, Mas," balas Sania lirih. Ia menunduk ragu, berusaha menyembunyikan rasa cemas dari raut wajahnya yang terlihat pucat."Tapi siapa yang berani menebar teror di rumahku? Apa orang itu suruhan Rianti? Ah, tapi tidak mungkin

DMCA.com Protection Status