Entah ini untuk yang keberapa kalinya Anjani harus menelan kenyataan pahit, kenyataan pahit bahwa sang suami benar-benar telah berselingkuh. Bahkan pria yang telah memberinya seorang putra itu melakukannya di depan umum. Di sebuah restoran dimana ia dan putranya ikut menyaksikan sepasang sejoli itu tengah saling menyuapi. "Dasar tidak tahu diri!" gerutu Anjani sembari meremas sendok yang tengah ia pegang. Rio yang masih menatap sosok sang ayah di sudut ruangan hanya bisa mematung terlebih saat sang ibu memberi isyarat agar bocah itu tidak berteriak teriak memanggil ayahnya. "Bu, Ayah sama cewe cantik, tuh!" tegas Rio. Agaknya bocah itu ingin melihat respon sang ibu yang hanya mamatung dengan wajah memerah persis seperti kepiting rebus. "Bu, Rio samperin Ayah, ya?" pinta Rio kemudian. Bocah itu telah dilanda rasa penasaran tatkala menyaksikan sendiri sang ayah tengah menyuapi wanita lain di tempat terbuka seperti itu. "Jangan, Rio. Biarkan saja Ayahmu disana!" ujar Anjani pelan de
Bab 13"Mbah, kenalkan ini Rianti. Dia seorang sekretaris di tempat saya bekerja," Aldo yang baru saja datang selepas isya tadi tanpa basa basi langsung memperkenalkan wanita yang tengah bergelayut manja di sisinya. Wanita cantik dengan balutan dress bewarna moka dengan bagian dada terbuka memperlihatkan dengan jelas tato kupu kupu pada bagian dada sebelah kirinya. Wanita itu terlihat semakin cantik dengan riasan natural serta kalung berliontin hati bewarna merah delima yang semakin menyempurnakan penampilannya. Sepersekian menit sang dukun dibuat terpana akan pesona jelita dihadapannya. Sepasang netra tuanya tak mampu berkedip tatkala dihadapkan dengan barang bening yang sudah lama sekali tak ia jumpai. Aldo yang tengah sibuk menjelaskan prihal kedatangannya mulai dibuat kesal oleh sang dukun yang kini fokus memperhatikan sosok seksi di sampingnya. "Mbah ...," panggil Aldo. Bukannya menjawab, sang dukun malah meletakkan telunjuk tepat pada bibirnya. Mengisyaratkan kepada Aldo
"Boleh saya lihat foto suami kamu?" pinta Mbah Rejo kepada Rianti yang tengah sibuk meremas remas jemarinya yang lentik serta berkuku panjang. Wanita cantik itu lantas mengeluarkan ponsel mahalnya kemudian memencet beberapa angka di layar. Setelah cukup lama menggulir layar, ia menghentikan aktivitasnya kemudian menunjukkan layar ponselnya di hadapan sang dukun. Sang Dukun yang baru saja melihat ponsel modern milik Rianti lantas dibuat takjub akan canggihnya teknologi di jaman sekarang ini. Pria itu mengelus janggut palsunya sembari memperhatikan sebuah foto yang terpampang di layar ponsel. Ia mengamati dengan teliti sosok pria dalam balutan tuxedo hitam itu, terlihat memang bukan sosok pria sembarangan. Usianya memang sudah tidak muda namun postur tubuhnya terlihat gagah meski sebagian rambutnya telah memutih. "Siapa namanya?" tanya Mba Rejo seraya masih terus memperhatikan foto pria yang ada di ponsel Rianti. "Namanya Himawan Aryo Kusumo. Dia adalah pemilik perusahaan tempat d
Anjani menunggu kabar dari sang paman dengan cemas, terlebih hingga malam semakin larut sang suami tak jua pulang ke rumah. Terbesit khawatir di hatinya, rasa takut kalau sang suami mengalami masalah besar di luar sana atau mengalami suatu hal yang tidak mengenakkan. Raut wajah cemas Anjani semakin ketara tatkala jam dinding telah menunjukan pukul 10 malam dan tak ada tanda-tanda bahwa Aldo akan segera pulang. Anjani memang membenci suaminya terlebih dengan semua kejadian yang telah menimpanya tadi siang. Siapa wanita yang tak terluka mendapati sang suami yang telah terang terangan bermesraan dengan wanita yang bukan muhrimnya di depan umum.Anjani kerap kali merasa bagaikan istri yang tak dianggap, tak dihargai dan tak tampak meski selalu ada dalam setiap pandangan suaminya. Mau bagaimana lagi, dahulu Anjani lah yang rela melakukan berbagai cara agar dapat menikah dengan pria pelit itu dan kini Anjani harus menelan pil pahit, kenyataan bahwa pria yang amat dicintainya itu telah men
"Kamu sarapan di sekolah aja ya, ibu udah siapin kotak sarapan di tas," ujar Anjani dengan sedikit terburu buru. Wanita berkulit kuning langsat itu sudah sejak subuh mematut diri di cermin, bersiap siap hendak mengantar putranya ke sekolah lebih awal. Bukan tanpa sebab, sekitar pukul 05:30 pagi, sang paman telah mengirimkan pesan singkat bahwa suaminya, Aldo, telah meninggalkan rumah dengan serta Rianti bersamanya. Tidak jelas kemana mereka hendak pergi, tapi kelihatan dari gerak gerik keduanya tampaknya mereka tidak akan pergi ke kantor melainkan akan menuju kediaman Rianti, untuk tujuan apa lagi jika tidak untuk melanjutkan urusan ranjang semalam. Jantung Anjani berdegub lebih kencang, berpacu dengan waktu dan kecepatan taksi yang tengah ditumpanginya menuju sekolah Rio. "Bu, Kenapa berangkat sekolahnya pagi sekali?" tanya bocah berseragam merah putih itu seraya menatap lekat wajah sang ibu yang tampak fokus menatap jalanan yang mulai ramai. Wanita dengan dress biru muda itu tida
"Dari pada kamu ngoceh, mending kamu bantuin paman jemur karpet. Bagaimanapun juga ini karpet kotor karena perbuatan suami kamu!" Pria berjanggut putih itu mendelik, memelototi keponakannya yang hanya berdiri berkacak pinggang seraya mengoceh tiada henti. "Hei, Anjani!" Untuk kedua kalinya, Mbah Rejo meneriaki keponakannya dari ambang pintu. Pria dengan blanko usang bewarna coklat tua itu menghentikan aktivitas menarik karpet miliknya, mengusap peluh pada pelipis sejenak kemudian merapikan kemeja batik lusuhnya. Deru nafasnya naik turun, kedua lengan tuanya tampak gemetar saat menarik karpet coklat itu. Anjani menoleh sejenak kemudian membuang muka. Tak sudi rasanya jika harus mencuci karpet bekas pergumulan sepasang manusia laknat yang telah mengkhianatinya. "Woi bantuin ini!" Lagi lagi teriakan sang paman harus mengagetkan Anjani. Pria tua yang jago bersilat lidah itu tampak ngos ngosan saat harus menarik karpet tebal miliknya. "Dibuang aja kenapa sih, Paman!" sahut Anjani a
BAB 18Aldo menunggu dengan resah di gudang belakang sedang Rianti malah tengah meladeni nafsu sang suami yang baru saja kembali setelah menghilang tanpa kabar nyaris tiga bulan lamanya. Wanita bertubuh sintal dengan bibir seksi laksana artis artis ibu kota itu berkali kali mendesah saat sang suami menghujaninya dengan begitu banyak kecupan sebagai tanda penutup pertemuan mereka. "Aku sudah transfer 500 juta ke rekeningmu sebagai hadiah pertemuan kita. Berbulan bulan aku sibuk di luar negeri dan nyaris lupa memberi kabar, terima kasih sudah menunggu," terang Himawan. Pria itu tampak puas dengan pelayanan yang diberikan sang istri. Ia menatap Rianti yang tengah berada dalam balutan selimut dan mendaratkan sebuah kecupan tepat pada bibir seksi Rianti. "Menginap sajalah malam ini, Mas," pinta Rianti seraya melingkarkan kedua lengan pada leher pria yang begitu dicintainya, terlebih karna uangnya juga. "Maaf, Sayang, aku tidak bisa berlama lama, ada banyak hal yang mesti ku urus. Aku b
Aldo kembali menekan klakson guna memastikan apakah Sania sedang berada di rumah atau justru pesan singkat yang telah diterimanya kemarin malam merupakan tipuan dari remaja ugal ugalan itu.Hampir 15 menit lamanya, Aldo dan Rianti berdiri di depan pagar. Terik mentari mulai menyengat sepasang lengan mulus milik wanita dengan dress kekurangan bahan itu. Sesekali Rianti harus mengusap peluh yang mulai menetes, namun rasa penasarannya akan sosok Sania membuatnya bersikukuh untuk tetap berada di luar mobil meski terik mentari telah menjadikan kedua pipi mulusnya bewarna kemerahan akibat terbakar sinar matahari. "Apa kita langsung masuk saja, Mas?" Rianti mendongak ke atas, mengibaskan rambut serta mengusap leher jenjangnya yang mulai terlihat basah. "Sebaiknya kamu tunggu di dalam mobil saja, Sayang. Nanti kulit kamu terbakar, loh," bujuk Aldo tatkala menyaksikan kulit wajah kekasihnya tampak memerah. "Enggak ih, pokoknya kita harus masuk ke dalam secepatnya dan buru buru mengusir pere