Home / Pernikahan / Istri Delapan Puluh Kilo / IDPK - Part 2. Kesepakatan

Share

IDPK - Part 2. Kesepakatan

Author: Ummu Nadin
last update Last Updated: 2023-03-20 15:35:03

"Apa ini?" Satrio mengernyitkan dahi ketika Lilian mengulurkan lembaran kertas bermaterai kepadanya.

"Mas Satrio kan ndak buta huruf to? Apa perlu aku ajarin membaca kayak anak TK?" sahut Lilian cuek sembari menghempaskan bokongnya di kursi makan tepat di depan Satrio.

Satrio memutar bola mata malas mendengar ucapan Lilian.

"Itu surat perjanjian kontrak, Mas. Aku sudah tanda tangan. Jadi, Mas Satrio juga harap menandatangani surat itu."

Tanpa menggubris ucapan Lilian, Satrio mulai menekuri huruf demi huruf yang tertulis di sana. Ketika sampai di kalimat....

'Dengan ini, pihak pertama atas nama Hendro Satrio Haryo Sasongko menyatakan bahwa bersedia memberikan semua kewajiban materiil dan fasilitasnya kepada pihak kedua Lilian Sudirgo. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang harus diberikan akan disebutkan di halaman berikutnya.'

Sepasang netra Satrio membelalak. Gadis gendut yang telah dinikahinya ini ternyata tidak selugu apa yang dipikirkannya. Dia membuat surat kontrak yang menguntungkan dirinya.

"Kamu ternyata Wewe gombel, Li!" dengusnya kesal.

Lilian yang disebut Wewe gombel tampak tidak peduli. Dia tetap melanjutkan mengunyah apel dan anggur di piringnya.

Satrio masih melanjutkan membaca surat kontrak yang telah dibuat oleh Lilian.

'Fasilitas yang harus diberikan tersebut di bawah ini :

1. Uang belanja bulanan sebesar 30.000.000

2. Mobil sedan.

3. Rumah sebagai kompensasi jika pihak pertama menceraikan pihak kedua.'

Satrio mendengus setelah membaca apa saja kompensasi yang harus diberikan kepada Lilian.

"Kamu merampok aku, Li?" semburnya sambil melempar kertas perjanjian itu pada Lilian.

"Mas Satrio digaji sama Papi seratus lima puluh juta, kan? Jangan mengelak, Papi udah bilang sama aku." Lilian membalas tatapan Satrio tajam.

"Aku cuma minta dua puluh persen saja, Mas. Masak Mas Satrio menolak?" lanjutnya.

"Mbelgedes!"

"Ya, kalau Mas Satrio menolak. Aku juga ndak apa-apa, kok. Aku juga sudah siap jadi janda hari ini." Lilian berkata cuek.

Lilian juga tidak rugi jika harus meninggalkan rumah ini segera. Selama ini dia sudah cukup nyaman tinggal di rumahnya yang sederhana. Dia juga sudah cukup hidup dari gajinya sebagai guru taman kanak-kanak sambil jualan online.

Bukankah yang membutuhkan dirinya tinggal di rumah ini adalah Satrio?

"Heh, kamu mulai mengancam aku, Li?" dengus Satrio.

"Loh, siapa juga yang mengancam. Aku cuma minta bayaran, Mas. Kita kan hanya pura-pura jadi suami istri to? Kalau kamu ndak setuju dengan bayaranku, di luar sana Mas Satrio bisa cari perempuan lain untuk dibayar yang lebih murah, Mas." Lilian berkata dengan berapi-api.

Dia sedang memperjuangkan haknya. Di rumah ini, dia dianggap sebagai pekerja oleh Satrio. Bukankah sudah selayaknya dia mendapatkan bayaran?

"Kampret kamu, Li. Tahu gitu kemarin aku nolak menikahi kamu!" geram Satrio kesal seraya bangkit dari duduknya.

Sarapan nasi goreng yang disiapkan oleh Lilian masih tersisa separuh di piringnya. Satrio sudah tidak punya selera untuk menghabiskan.

"Kan kemarin juga sudah Lilian kasih solusi, Mas. Kita bercerai saja, mudah, kan? Daripada kamu harus bayar aku segitu banyaknya." Lilian berkata dengan santai.

Satrio yang baru saja akan melangkah pergi, seketika melirik Lilian. Dia mulai paham dengan apa yang diinginkan oleh gadis itu.

Aah, rupanya gadis gendut itu ingin bercerai darinya.

Satrio menyeringai. Jika dia terjebak dengan rencana Lilian untuk menceraikannya, dia yang akan dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya.

"Aah, ternyata kamu ingin aku terlihat buruk di mata mami dan papi?" tuduhnya penuh penekanan.

"Loh, kok Mas Satrio berkata begitu? Aku ndak mikir sejauh itu, Mas. Aku mikirnya lebih simpel, aku pergi dan ndak perlu lagi berurusan dengan keluarga Mas Satrio." Lilian masih melanjutkan mengunyah apelnya dengan santuy.

Berbeda dengan Satrio yang mulai kesal. Mana mungkin dia membiarkan gadis gendut itu berbuat seenaknya. Jika dia menceraikan Lilian, bisa-bisa dia dicoret dari kartu keluarga Haryo Sasongko.

"Simpal simpel, simpal simpel.... Semua nggak akan sesimpel itu, Sebloh!" berangnya.

Bagi Lilian memang simpel, tapi bagi Satrio ini perkara rumit. Bagaimana jika dia tidak mendapatkan warisan kalau papinya marah?

Selama beberapa saat, Satrio berpikir. Jika dia tidak memenuhi keinginan Lilian, gadis gendut itu akan pergi dari sini. Itu artinya, masalah besar akan datang pada Satrio. Papanya adalah orang yang konsisten memgang janji. Jika tidak, tentu saja sekarang Satrio tidak akan menikah dengan Lilian.

Apalagi maminya jatuh kasihan pada Lilian yang hidup sebatang kara di usianya yang masih belia. Mana mungkin mereka akan membiarkan Lilian pergi begitu saja dari hidupnya.

Yang ada, Satrio yang akan disalahkan habis-habisan oleh mami dan papinya.

Hah, Satrio tidak punya pilihan lain kecuali setuju dengan permintaan Lilian. Dia harus memberi nafkah tiga puluh juta tiap bulan. Itu tidak terlalu besar untuk Satrio, karena yang diucapkan papinya tentang jumlah nominal gaji itu bukan jumlah total yang didapatkannya.

Satrio mendapatkan jumlah yang lebih besar lagi.

"Yowes, deal. Aku setuju!" Satrio akhirnya memilih untuk membubuhkan tanda tangan di surat kontrak yang dibuat oleh Lilian.

Bukannya senang, Lilian malah keselek anggur sampai terbatuk-batuk parah. Melihat Lilian terbatuk-batuk bukannya menolong, Satrio malah tertawa terbahak-bahak.

"Bisa-bisanya si Sebloh keselek anggur, ha-ha-ha."

Suara tawa bergema di seluruh penjuru ruangan. Satrio sampai harus memegangi perutnya.

"Jahat kamu, Mas. Lihat orang kena musibah bukannya ambilin minum, malah diketawain," dengus Lilian sambil mengerucutkan bibirnya beberapa senti.

"Itu namanya karma. Kamu pagi-pagi bikin kesel orang, dibalas kontan sama Gusti Allah!" sahut Satrio masih tertawa terbahak.

Ekspresi lucu Lilian saat keselek, mirip orang yang sedang sakarotul maut masih mengundang tawa.

"Heleh, Mas Satrio paling pintar kalau nyalahin orang." Lilian tidak mau disalahkan.

Asap tidak akan ada kalau tidak ada api. Lilian tidak mungkin berbuat demikian jika bukan karena Satrio yang membuat ulah lebih dahulu.

"Lhawong memang begitu loh, Sebloh. Kamu itu lagi kena azab. Ha-ha-ha." Ternyata ada untungnya Satrio mempunyai istri Lilian. Dia bisa bebas tertawa seperti nonton Love Van Java sedang live di rumahnya. Lilian sebagai mbak nunungnya.

"Mas!" pekik Lilian mulai kesal karena ditertawakan sebegitu rupa oleh suaminya sendiri.

"Ada apa, Sebloh?"

"Mbok ya jangan manggil aku Sebloh to, Mas!" protes Lilian.

"Namaku bagus loh, Lilian Sudirgo masak diganti seenaknya sendiri jadi Sebloh," lanjut Lilian.

"Lha diganti apa? Kalau gitu diganti jadi Mbak Nunung apa Ratmi B29 aja, ya." Satrio masih terkekeh.

Ternyata adegan keselek itu membawa berkah. Perbincangan receh antara Satrio dan Lilian itu adalah berkah dari adegan keselek yang mirip sakarotul maut itu tadi.

"Emoh, Mas."

"Yowes, Sebloh wae. Fix no debat." Selepas mengatakan itu, Satrio melenggang pergi dengan cuek.

"Jangan lupa, surat kontrak itu disimpan baik-baik. Jangan sampai mami dan papi lihat. Ngerti!" ujar Satrio galak.

"Padahal habis tertawa, eh sudah balik jadi galak lagi," gerutu Lilian kesal.

Ketika Satrio sudah berada di mobil siap untuk berangkat ke kantor, Lilian berlari tergopoh-gopoh menghampiri.

"Mas!" panggilnya.

Satrio mendengus mendapati Lilian yang mengatur napas.

"Ada apa?"

"Aku minta izin, hari ini aku ngajar, ya, Mas." Bagaimanapun, Lilian tetap saja menganggap Satrio sebagai suaminya. Jadi, dia harus meminta izin Satrio jika mau keluar rumah.

Satrio memutar bola mata malas.

"Dengar, ya, Sebloh. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau! Begitu juga aku, aku bebas berbuat apapun yang aku mau." Satrio berkata datar.

Suasana akrab yang terjalin beberapa menit lalu sudah menguap hilang entah kemana. Sekarang, Satrio sudah cosplay menjadi seorang Satrio yang menyebalkan seperti semalam.

Lilian menghela napas kasar. Tiba-tiba dia menyesal telah meminta izin.

"Tahu gitu, aku nggak usah bilang," dengusnya seraya menggeloyor pergi tanpa pamit. Lilian urung melanjutkan langkahnya.

"Kamu harus siap mental jadi istriku, Li. Aku rasa itu akan setimpal dengan bayaran yang telah kamu minta. Kamu jangan protes kalau aku menghabiskan waktu bersama kekasihku. Anggap saja kamu nggak tahu. Kamu hanya harus berpura-pura di depan papi dan mami. Itu saja."

Lilian hanya berdiri membelakangi Satrio yang mengoceh menyebalkan. Gadis itu hanya diam tidak menyahut.

Dia tahu, berpura-pura baik-baik saja di depan mami dan papi tidak akan semudah itu. Satrio pasti sudah memperhitungkan semuanya. Kebusukan apa yang harus disembunyikan oleh Lilian tentang Satrio.

Apakah benar Satrio sudah memiliki kekasih tanpa sepengetahuan mami dan papi?

Aah, pasti akan membutuhkan banyak energi untuk melakukan ini.

Namun, ketika Lilian teringat nominal tiga puluh juta yang akan didapatkannya setiap bulan, dia mencoba mengabaikan semua itu.

"Semangat, Li. Kamu akan mendapatkan tiga ratus juta jika sanggup bertahan selama sepuluh bulan saja." Otak Lilian sudah mulai menghitung berapa jumlah uang yang akan mengalir dalam rekeningnya.

Belum lagi mobil dan rumah juga akan diberikan oleh Satrio.

"Baiklah, itu cukup setimpal." Lilian menguatkan hati.

Tidak peduli apapun yang akan terjadi di depan nanti, tugasnya hanya satu. Dia hanya harus berpura-pura saja seperti yang diucapkan Satrio. Yang penting, dia masih bisa mengajar di taman kanak-kanak. Itu akan mengurangi beban pikirannya tentang suami yang menyebalkan itu.

Bisa berjumpa dengan anak-anak akan membuat semangatnya terus tumbuh. Sepahit apapun kenyataan rumah tangga yang akan dialaminya nanti, dia harus menyiapkan diri.

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
wkwkww Sebloooh q datang lagiii
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 3. Seksi Konsumsi

    Hari minggu pagi, suara musik dangdut koplo terdengar memekakkan telinga di tempat tinggal Hendro Satrio Haryo Sasongko.Lilian begitu asyik menikmati irama lagu sambil menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, ke depan ke belakang dengan begitu lincah. Seakan daging dan lemak yang ada di tubuhnya ikut menari-nari seiring dengan irama musik dangdut koplo Kartonyono Medhot Janji yang dinyanyikan oleh Mas Deny Cak Nan.Tak peduli jika Satrio akan mengomel karena suara berisik yang sengaja diputar begitu keras. Lilian sengaja ingin membuat Satrio tidak nyaman dengan keberadaannya."Aku akan berbuat semauku, Mas. Begitu, kan?" Bibir gadis gendut itu menyeringai.Dia akan membuktikan perkataan Satrio, bahwa pria itu benar-benar membiarkan Lilian berbuat semaunya. Termasuk membuat rumah ini berisik seperti pagi ini.Sepertinya Satrio memenuhi janjinya.Jam antik yang ada di sudut ruang keluarga telah berdentang delapan kali. Itu artinya Lilian sudah dua jam menyalakan irama musik da

    Last Updated : 2023-03-20
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 4. Jemuran Belum Kering

    Seorang gadis dengan postur tubuh 155cm dan berat badan delapan puluh kilo menuruni tangga. Kali ini ada yang berbeda dengan penampakan Lilian. Satu stel seragam pencak silat warna hitam dengan ukuran triple XL membalut tubuhnya yang gemoy.Ikat kepala warna putih melingkar di kepalanya yang terbalut kerudung senada dengan sabuk putih yang melingkar pinggangnya yang sama sekali tidak langsing.Langkahnya terhenti di ruang tengah. Di sana, sosok Satrio sedang duduk bersandar di sofa dengan malas sembari menonton salah satu channel televisi.Malam ini pria sombong itu tidak keluar. Setelah seharian penuh bercengkrama dengan mami dan papinya juga istrinya yang super super gemoy itu, Satrio tidak ingin pergi kemanapun."Mas!" panggilnya lantang.Satrio melirik dengan ekor mata penampakan yang ada di hadapannya itu. Bibirnya menganga demi melihat sosok pendekar gemoy tersebut."Jadi ndak? Aku udah siap, Mas!" ucapnya.Lilian bersedekap di depan suaminya dengan memasang wajah dingin dan dat

    Last Updated : 2023-03-20
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 5. Pelakor Tidak Ada Akhlak

    Mobil sedan mewah milik Hendro Satrio Haryo Sasongko meluncur memasuki halaman luas di rumah mewahnya. Wajah pria tampan itu terus menyunggingkan senyuman, karena sore ini ada yang tidak biasa.Ya, sore ini Satrio mengajak Sherly pulang. Dia sengaja melakukan hal ini untuk membalas semua rasa kesal pada Lilian semalam.Istri gendutnya itu semakin tidak tahu diri. Selain meminta kompensasi yang besar, Lilian bahkan tanpa sungkan menyindirnya melakukan selingkuh. Tentu saja Satrio tidak terima.Selama ini dia setia dengan Sherly. Bahkan bisa dibilang, Sherly adalah satu-satunya wanita yang dicintainya. Adapun jika Satrio sampai menikah dengan Lilian, itu adalah sebuah musibah yang sama sekali tak diinginkannya."Masuk, Dek Sherly! Anggap aja rumah sendiri," ajak Satrio pada seorang gadis cantik berpakaian seksi yang diajaknya pulang sore ini.Keduanya melangkah memasuki rumah sambil bergenggaman tangan, mesra. Satrio tidak melepaskan pandangan pada wajah cantik Sherly sedikit pun. Mema

    Last Updated : 2023-04-06
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 6. Berburu Tikus

    Suara Satrio yang menggelagar kembali memecah keheningan. Dari nada suaranya yang terdengar penuh kebencian, Lilian sudah bisa membayangkan wajah Satrio yang sombong itu semakin terlihat menyeramkan. "Kok kayak rahwana ae to, Mas. Suaranya serem." Lilian mendengus mendengar suara suaminya. Padahal dia bicara dengan pelakor dengan suara yang begitu lembut. Giliran bicara dengan istrinya kasar.Lilian bersiap untuk keluar kamar. Sembari menunggu mertuanya datang, dia harus menghadapi mereka sendiri terlebih dahulu. Selebihnya, biar mertuanya yang menyelesaikan."Untuk menjadi istrimu memang harus bermental baja, Mas. Harusnya kemarin aku minta bayaran lima puluh juta sebulan, biar setimpal," sesal Lilian. Apa boleh buat, surat kontrak sudah ditandatangani dengan nominal tiga puluh juta. "Ya, udah lah. Aku cukup bakoh kalau hanya untuk menghadapi kamu dan pelakor tidak ada akhlak itu, Mas." Lilian mengepalkan tangannya, menyemangati dirinya sendiri.Akan berhadapan dengan sosok pelak

    Last Updated : 2023-04-08
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 7. Tidak Dapat Tikus 1

    "Cari terus sampai dapat, Mbak! Kasihan menantu saya ini phobia dengan tikus." Haryo Sasongko terus memberi instruksi. "Baik, Pak." Terlanjur basah, pilihan terbaik bagi Sherly adalah sekalian masuk ke dalam air biar basah kuyup. Dia tidak punya pilihan untuk berbalik arah. Di depannya, sang Papi dari kekasihnya menganggapnya sebagai jasa pengusir tikus. Apa boleh buat, Sherly harus terima. Terlalu beresiko jika hari ini dia mendapat penilaian buruk dari calon mertuanya itu, maka di masa depan dia tidak diterima sebagai menantu. Mengingat hal tersebut, Sherly harus menelan bulat-bulat rasa kesal di hatinya. Dalam hati, dia hanya berharap dua orang tua Satrio itu segera pergi dari rumah ini. Namun, ternyata setelah satu setengah jam berlalu. Papi dan Mami masih duduk dengan begitu santai di ruang makan. Dari sana, mereka berbincang dengan begitu hangat. Sesekali, menoleh ke arah Sherly dan memberi instruksi. "Belum ketemu tikusnya, Mbak? Katanya profesional, tapi kok kayak ngga

    Last Updated : 2023-04-10
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 8. Tidak Dapat Tikus 2

    "Maaf, Pak. Saya tidak menemukan tikus satu pun di sini," lapor Sherly sambil terengah-engah. Dia sudah tidak tahan lagi dengan situasi menyedihkan yang sedang dialaminya.Haryo menoleh. Wajah pria tua itu terlihat tidak suka ketika menatap Sherly. Dia tidak suka mendengar laporan Sherly yang tidak berhasil menemukan tikus satu pun. Jelas-jelas, menantunya ketakutan gara-gara tikus. Masak tenaga ahli pengusir tikus tidak berhasil mengusirnya.Sungguh keterlaluan."Anda sama sekali tidak profesional, Mbak. Kenapa agensi bisa kirimkan orang nggak punya pengalaman seperti Anda, Mbak." Haryo mendegus.Jujur, dia tidak suka mendapatkan pekerja profesional tapi tidak berpengalaman seperti gadis yang datang ke rumah mereka saat ini.Tak urung, Haryo mengomelinya habis-habisan dan menyalahkan dirinya atas ketidakprofesionalan Sherly. Sebagai tenaga ahli pemburu tikus ternyata tidak memberi hasil yang diinginkan."Nama kamu siapa, Mbak?" tanya Haryo mencecar dengan pertanyaan."Sherly, Pak."

    Last Updated : 2023-04-10
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 9. Marah

    Begitu Haryo dan Fatimah pulang, Satrio sudah tidak bisa menahan diri. Dia menarik tangan Lilian kasar setelah mengunci pintu.Sepasang netra elang Satrio menatap Lilian penuh permusuhan. Dia tidak terima melihat kekasihnya yang sangat dicintainya terlihat menyedihkan di depan orang tuanya."Hati kamu benar-benar busuk, Bloh!" raungnya tak terkendali."Apa maksud kamu, Mas?" Lilian bertanya acuh tak acuh, seakan tidak merasa tindakannya tadi adalah sebuah kesalahan fatal di mata Satrio."Kamu sengaja mempermalukan Sherly, hah?" semburnya. Kali ini dia tidak bisa menolerir apa yang dilakukan Lilian.Dia menatap Lilian dengan tatapan membunuh. Andai saja dia bisa membunuh hanya dengan pandangan matanya itu, mungkin Lilian sudah mati berkali-kali. Satrio sudah sejak tadi sore menahan kemarahan. Kali ini dia pasti akan melampiaskan kemarahan itu tanpa menahannya sedikit pun."Aku nggak paham dengan maksud kamu, Mas?" Lilian masih sok polos.Dia mengibaskan tangannya yang dicengkeram erat

    Last Updated : 2023-04-12
  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 10. Perang Dingin

    Sepasang suami istri duduk berhadap-hadapan di meja makan tanpa suara. Satrio fokus melahap nasi goreng spesial buatan Lilian. Selepas WAR semalam, keduanya saat ini sedang melakukan gencatan senjata. Perang dingin yang akan berlangsung entah berapa lama. Satrio masih sangat kesal dengan istri gendutnya itu. Sherly tidak mau memaafkan Satrio semalam. Padahal suami Lilian itu sudah berusaha menjelaskan, akan tetapi Sherly masih emosional. Hidupnya akan suram jika Sherly ngambeg, makanya dia mendiamkan Lilian. Rasa kesalnya ini harus dilampiaskan, bukan?Beberapa kali, Lilian melirik Satrio yang cuek bebek menghabiskan nasi goreng. Jujur, gadis gendut itu ingin tertawa terbahak-bahak melihat betapa lahapnya Satrio menikmati sarapan pagi ini. Seakan dia lupa bahwa itu adalah nasi goreng buatan Lilian, orang yang saat ini sedang perang dingin dengannya."Nasi gorengnya enak, Mas?" tanya Lilian.Pada dasarnya, Lilian yang mempunyai karakter terbuka dan sangat humble selalu merasa tidak t

    Last Updated : 2023-04-14

Latest chapter

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 018. Jeweran untuk Satrio

    Fatimah masih penasaran karena Bintang dan Lilian bisa pulang bersama. Ketika keduanya turun dari mobil, Fatimah sudah tidak sabar untuk mendengarkan penjelasan dari Lilian dan Bintang."Kalian kok bisa barengan?" Fatimah mengulang pertanyaan."Ndak sengaja ketemu di jalan tadi, Mih. Ban mobil Lilian bocor, Dek Bintang yang bantu ganti ban." "Tadinya aku nggak tahu kalau dia ini istrinya Mas Satrio, Mi."Sosok Bintang yang tinggi dengan bentuk tubuh proporsional beranjak mendekati Fatimah dengan senyuman semringah. "Makanya kok nggak sampai-sampai, ternyata kebanan to, Nduk?" Fatimah menatap simpati."Nggeh, Mi. Pas lagi buru-buru malah ban bocor. Coba tadi Dek Bintang nggak bantu ganti ban," sahutnya."Alhamdulillah, kamu ini memang wong bejo, Nduk. Dimana-mana banyak orang yang welas, karena kamu orang baik." Bintang melirik kakak iparnya yang hanya bisa tersenyum canggung mendengar pujian demi pujian dari mertuanya. "Yowes ayo kita masuk. Papi udah nunggu kita di dalam." Bintan

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 17. Bertemu Bintang

    Satrio masih sibuk di depan laptop saat ponselnya yang tergeletak di meja kerja bergetar. Meski kesal karena merasa terganggu dengan dering ponsel, Satrio tetap meliriknya. Sebuah nama yang cukup akrab menyembul di layar ponsel yang menyala."Bintang? Tumben nelpon? Katanya nggak jadi pulang?" Dahinya mengernyit heran. Rasa kesal yang tadi hadir, seketika menghilang.Gegas, Satrio menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan."Halo, Dek. Gimana?" sapanya."Mas, hari ini aku jadi pulang, ya." Suara di seberang segera terdengar beberapa detik kemudian."Loh, loh. Katanya masih sibuk, nggak jadi pulang. Kok tiba-tiba berubah?" Dahi Satrio mengernyit dalam."Kebetulan agak luang hari ini dan besok, jadi aku pulang, Mas." Bintang yang berprofesi sebagai pilot dengan penerbangan internasional, beberapa bulan ini tidak bisa pulang ke Solo. Alih-alih pulang ke Solo, jadwalnya sangat padat."Cuma dua hari emang kamu nggak pilih rehat di hotel saja? Kalau maksa pulang capek di jalan, Dek?"

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 16. Diet

    "Bu Lilian, sampeyan dari kemarin kenapa terlihat tak bersemangat?" tegur Erni saat melihat Lilian berwajah kuyu tak seperti biasanya.Lilian yang menyandarkan kepalanya di meja, seketika menegakkan tubuh mendengar sapaan temannya. "Aah, endak, Bu. Cuma lagi pusing saja saya, Bu." Sejak kemarin, ada hal berat yang menjadi pemikirannya. Masalah rumah tangganya dengan Satrio membuatnya tertekan. Salah satu alasan kenapa Satrio tidak bisa menerima keberadaan Lilian sebagai istri sahnya adalah karena penampilan Lilian yang tidak menarik. Bagaimanapun, fisik juga merupakan salah satu poin penting. Satrio adalah pimpinan perusahaan, selain itu dia mempunyai fisik yang sempurna. Sementara Lilian, berpenampilan seperti karung beras seperti ini, Satrio pasti sangat malu kalau mengakui Lilian sebagai istrinya.Wanita gendut itu ingin merubah penampilan supaya terlihat lebih menarik. Paling utama, Lilian merasa sangat tidak nyaman dengan berat badannya yang melebihi ambang batas ini. Sebelu

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 15. Gagal Total

    "Nduk, bukain gerbangnya!" Terdengar suara Haryo ketika Lilian sedang menyapu halaman pagi ini.Sontak, Lilian menoleh. Di luar sana, sepasang pria dan wanita paruh baya yang mengenakan pakaian olah raga tampak letih. Mereka adalah Fatimah dan Haryo."Loh, Mih, Pih. Tumben pagi-pagi udah nyampai sini," seru Lilian sambil berjalan menuju pintu gerbang dan gudang membukanya."Namanya juga jogging ya pagi-pagi, Li. Masak iya kita jogging siang-siang," sahut Fatimah.“Iya, juga, ya. Kalau siang-siang bukan jogging, ya, Mih,” celetuk Lilian."Emang kalau siang apaan, Li?" tanya Haryo iseng."Kalau siang lari-lari, mungkin dia lagi lari dari kenyataan. Hehe...." "Hehe, kamu ini ada-ada saja, Li." Haryo tertawa kecil mendengar ucapan menantu kesayangannya itu. Fatimah yang ada di samping Haryo juga ikut tertawa. “Alhamdulillah, sudah sampai sini,” ujar Haryo menghela napas lega.Keduanya duduk di kursi teras untuk melepas lelah. Bisa dibilang, jarak antara rumah mertuanya menuju tempat ini

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 14. Pertengkaran

    Lilian sedang menyiapkan makan malam di meja ketika Satrio datang. Hari sudah beranjak malam, Satrio baru pulang. Tanpa harus memberi penjelasan Lilian sudah bisa menebak apa yang terjadi.Pemandangan tadi siang saat di restoran kembali berputar. Dia melihat Satrio begitu lembut memperlakukan Sherly. Sedalam apa hubungan keduanya dia juga sudah bisa melihat. Keduanya saling mencintai satu sama lain. Jika dalam sebuah novel, mungkin saja dia hanyalah menjadi tokoh antagonis yang menjadi pihak ketiga yang menguji ketulusan cinta Satrio dan Sherly. Lilian benci saat memikirkan hal tersebut."Makan malam, Mas," sapanya begitu melihat Satrio melangkah acuh tak acuh menuju kamarnya."Aku sudah makan di apartemen Sherly." Satrio menjawab dingin. Bahkan dia tidak perlu repot-repot untuk menoleh ke arah Lilian. Lilian sama sekali bukan fokus Satrio. Sekedar basa-basi pun Lilian tidak memiliki kualifikasi untuk mendapatkannya."Makan dikit aja, Mas. Aku udah terlanjur masak untuk kita berdua,

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 13. Ternyata Sakit

    Dua orang wanita berpakaian seragam PDH warna khaki keluar dari ruang meeting room restoran. Mereka baru saja selesai rapat gabungan dengan perwakilan guru-guru taman kanak-kanak se-kabupaten di restoran tersebut.Keduanya adalah utusan dari sekolah mereka untuk rapat gabungan Guru TK untuk memperingati hari anak nasional minggu depan."Hanya tersisa waktu seminggu lagi, Bu Lilian. Semua sudah siap, nggeh?" tanya seorang wanita berkacamata yang melangkah beriringan dengannya menuruni tangga."Kalau menurut saya sudah siap semua, Bu Erni. Nanti kita cek lagi saja biar lebih bagus." Sambil tersenyum, Lilian menjawab dengan percaya diri."Baik. Bu Lilian selalu keren menyiapkan semuanya. Saya salut dengan jenengan, Bu," sahut Bu Erni bangga."Ah, biasa aja, Bu. Anak-anak sangat antusias, jadi mereka bisa diajak bekerja sama." Lilian sangat dekat dengan anak-anak didiknya. Dia pandai membuat lelucon untuk memeriahkan suasana.Mereka sibuk membicarakan rencana selanjutnya yang akan disiapk

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 12. Rencana

    Satrio menikmati makan siang bersama Sherly di private room restoran. Perbedaan suasana hati tampak mencolok dari wajah keduanya. Satrio berkali-kali mencoba mencairkan suasana yang kaku. Sherly hari ini masih marah karena kejadian beberapa hari yang lalu."Dek, marahnya jangan lama-lama ta!" bujuk Satrio dengan wajah memelas.Sherly hanya menoleh sekilas. Lalu, dia mendengus kasar. Jika ingat kejadian sore itu, serta merta hatinya menjadi kesal setengah mati. Sekeras apapun Sherly mencoba untuk berpikir positif, dia tidak menghilangkan penghinaan yang dilakukan Lilian. Jika bukan karena Satrio berulang kali minta maaf dan membawakan barang-barang mewah untuk membujuknya, mungkin rasa kesal yang bertumpuk di hatinya semakin besar."Nanti sore mau belanja lagi?" bujuknya sekali lagi.Sherly menggeleng. Bukan karena tidak tergoda dengan ajakan Satrio. Hanya saja, dia harus memastikan posisinya terlebih dahulu. Dia ingin menjadi istri Satrio yang sah."Tumben nggak minat belanja?" Sat

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 11. Makan Malam

    Suara ketiplak sendal terdengar menuruni tangga. Suasana sunyi mencekam membuat suara itu bergema ke seluruh penjuru ruangan. Lilian mendengus. Belum ada tanda-tanda kepulangan Satrio. Pintu kamar pria itu tertutup rapat. Entah terkunci atau tidak, Lilian tidak pernah mencoba untuk masuk. Bukan karena dia tidak ingin, melainkan karena Satrio tidak mengizinkannya."Aarrgghh...." Lagi-lagi dia memekik kesal. Entah yang keberapa kali dia turun dari kamarnya untuk memeriksa kepulangan Satrio malam ini. Meski dia tidak bertanya, Lilian tahu pria itu sekarang sedang bersama dengan Sherly.Sekali lagi, terdengar dengusan kesal.Dia benar-benar tidak mengerti dengan kelakuannya sendiri. Kenapa dia harus menungguinya pulang?Haish, sungguh keterlaluan!"Apa kamu bersama Sherly, Mas? Baiklah, selamat bersenang-senang!" Lilian benar-benar merasa kesal.Jelas-jelas pria itu sama sekali tidak menyukainya. Jelas-jelas Satrio tidak pernah menganggap dirinya ada. Lalu, kenapa dia harus peduli deng

  • Istri Delapan Puluh Kilo    IDPK - Part 10. Perang Dingin

    Sepasang suami istri duduk berhadap-hadapan di meja makan tanpa suara. Satrio fokus melahap nasi goreng spesial buatan Lilian. Selepas WAR semalam, keduanya saat ini sedang melakukan gencatan senjata. Perang dingin yang akan berlangsung entah berapa lama. Satrio masih sangat kesal dengan istri gendutnya itu. Sherly tidak mau memaafkan Satrio semalam. Padahal suami Lilian itu sudah berusaha menjelaskan, akan tetapi Sherly masih emosional. Hidupnya akan suram jika Sherly ngambeg, makanya dia mendiamkan Lilian. Rasa kesalnya ini harus dilampiaskan, bukan?Beberapa kali, Lilian melirik Satrio yang cuek bebek menghabiskan nasi goreng. Jujur, gadis gendut itu ingin tertawa terbahak-bahak melihat betapa lahapnya Satrio menikmati sarapan pagi ini. Seakan dia lupa bahwa itu adalah nasi goreng buatan Lilian, orang yang saat ini sedang perang dingin dengannya."Nasi gorengnya enak, Mas?" tanya Lilian.Pada dasarnya, Lilian yang mempunyai karakter terbuka dan sangat humble selalu merasa tidak t

DMCA.com Protection Status