Share

Bab 72

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa yang sedang kalian bicarakan, ha ...?" Aku dan Hikmah terlonjak ketika tiba-tiba Bu Nurul sudah berada di depan pintu.

Ya Tuhan. Apakah Bu Nurul mendengar apa yang aku bicarakan tadi?

"M-maaf, Bu. Ada hubungan apa Bu Nurul dengan Reinhard? Tadi aku lihat dia keluar dari panti ini," Entah keberanian dari mana aku nekat menanyakan ini pada Bu Nurul.

Wajah wanita itu mendadak pias. Sepertinya dia tidak menyangka aku mengetahui hal ini.

Sesaat kami terdiam.

"Shinta ..., sebenarnya aku sudah muak hidup penuh tekanan dari orang-orang kaya itu. Sejak kamu datang ke panti ini. Tak henti-hentinya mereka menyuruhku ini dan itu. Ini semua karena kamu. Selalu menyusahkan saja!" cerocos Bu Nurul yang mulai nampak emosi.

Aku terhenyak mendengar perkataan Bu Nurul. Apakah benar aku selalu menyusahkan mereka?

"Bu, Sebaiknya kita duduk di ruang tamu saja yuk!" ajak Hikmah seraya menuntun Bu Nurul melangkah keluar kamar.

Aku mengikuti mereka. Saat tiba di ruang tamu, aku terkejut melihat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Bernadetta Ade
gregetan sama si shinta kepala batu
goodnovel comment avatar
Umar Hery
cerita selanjutnya...harus bayar duluuu...
goodnovel comment avatar
Sinta Restami Padma
aku ikutan deg degan ya hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 73

    "Shin, Kamu jadi pergi malam-malam begini?" tanya Hikmah cemas ketika melihatku bersiap-siap melangkah dan menarik koper keluar kamar. "Iya, Mah." "Tapi kamu mau ke mana malam-malam begini? Sebaiknya kamu hubungi Raka agar menjemputmu di sini!" "Tidak! Aku bisa sendiri!" sahutku kembali menahan sesak mengingat perkataan suamiku tadi pagi. Setelah kembali menyalakan ponsel, kemudian aku pun memesan taksi online. Biarlah malam ini aku menginap di salah satu hotel di wilayah sini. Besok akan aku pikirkan kembali langkah selanjutnya. "Bu Nurul, Aku pergi ...,"teriakku dari luar kamarnya yang masih tertutup rapat. Namun tidak ada sahutan dan pintupun masih tertutup rapat. "A-aku minta maaf, Bu ...!"lanjutku lagi, kemudian melanjutkan langkahku menuju keluar panti. Hikmah dengan setia mengantarku ke pintu pagar. "Hati-hati, ya, Shin!" Hikmah memelukku ketika taksi yang aku pesan tiba. Aku melambaikan tangan pada sahabatku itu ketika taksi sudah mulai melaju. Ya Tuhan, Lindungi di

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 74

    Perlahan aku membuka mata. Udara terasa sangat dingin. Samar-samar terlihat dinding berwarna biru muda. Ruangan ini begitu asing bagiku. Ya Allah, di mana aku? Aku tersentak ketika mengingat kejadian yang baru saja aku alami. Siapa orang-orang yang menculikku tadi? Tersadar bahwa diriku sedang terbaring di atas tempat tidur kayu sederhana. Ruangan sempit ini terasa pengap. Sepertinya ini sudah tengah malam. Perutku terasa lapar. Tenggorokanpun terasa sangat kering. Ya Allah, lindungilah anakku. Perlahan aku bangkit dan mencoba untuk turun. Kemudian melangkah untuk membuka pintu, namun terkunci. Berlanjut ke jendela dan mencoba untuk membukanya. Namun juga terkunci dan terhalang teralis besi. Mataku berbinar melihat sebotol air minum kemasan yang masih bersegel. Gegas kubuka dan menenggaknya. Tiba-tiba aku teringat sesuatu Astaga! Ponselku! Mataku menyisir seisi ruangan mencari ponsel, koper dan tasku. Namun tak kutemukan. Mereka pasti sudah menyitanya. Memutar otak untu

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 75

    Salah satu preman menyodorkan selembar kertas bermaterai yang berisi surat pernyataan. "Apa ini?" "Sudah jangan banyak tanya! Cepat tanda tangani! Atau kamu mau saya siksa?" Sekilas aku baca surat itu berisi pemindahan kekuasaan secara mutlak. Aku menggeleng. Tubuhku bergetar hebat karena takut. Kedua mataku mulai mengembun. "Jangan coba-coba melawan kalau tidak mau mati di sini!" Sebuah meja di gebrak kencang oleh salah satu preman, hingga membuatku terlonjak. "Cepat tandatangani! Atau saya pu ...." "Berhenti!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu "Sekali lagi kalian sentuh wanita itu, kalian mati dihadapanku!" lanjut laki-laki gondrong yang ternyata adalah Reinhard. "Dasar anak bodoh! Hajar dia!" Dengan wajah memerah, Pak Robert memerintah para preman untuk menghajar Rein. Orang tua Aneh. Demi mengejar ambisinya, dia tega menghajar anaknya sendiri. Rein di hajar oleh empat preman berbadan besar. Namun sepertinya Rein yang kali ini rambutnya dibiarkan

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 76

    Tiba-tiba .... Dor ! Dor ! "Awas Shintaaa ...!' "Aaaa ...!" "Mataku membelalak mencari suara seseorang yang sangat aku kenal menyebut namaku." Hafiz ... Aku yakin itu adalah suara Hafiz. Dengan napas yang memburu, sontak aku menoleh ke belakang. Aku terpekik melihat Pak Robert tersungkur tak berdaya tepat di belakangku. Gegas aku melepaskan ikatan tali yang sudah hampir terlepas. Sementara Hafiz dengan gesit meraih pistol Pak Robert yang terpental tak jauh darinya. Sepertinya Hafiz berhasil menggagalkan penembakan yang diarahkan padaku. Sedangkan Rein justru berhasil membunuh Ayahnya sendiri. Tapi ..., bagaimana Hafiz bisa masuk ke dalam rumah ini ? Apa ada pintu lain? "Ayo, Shinta. Kamu harus ikut aku!" "Tidak, Rein ...! Jangan ..! Hafiz tolong ...!" Aku berteriak sekencang mungkin ketika laki-laki gondrong itu meraih paksa tubuhku dan mengangkatku keluar. Sementara para preman suruhan Rein mengepung Hafiz dengan senjata. "Hei, laki - laki pengecut! Ayo satu lawan satu k

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 77

    Aku yang masih tercengang dengan apa yang baru saja aku hadapi, dikejutkan oleh seseorang yang memelukku dari belakang. "Sayaang, maafkan aku ...!" Hatiku berdesir mendengar suara itu. Napasnya begitu hangat ditelingaku. Aku sangat merindukan pelukan ini. Namun tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing. Mataku berkunang-kunang. Tubuhku terasa sangat lemas. Raka mengangkat tubuhku yang sudah lemas dan membawaku ke mobil. Tanganku mellingkar pada lehernya. Sepertinya Suamiku ini sudah tidak marah. Raka merebahkan tubuhku di dalam mobil. Kepalaku berada di pangkuannya. "Jalan, Pak!" "Siap, Tuan!" sahut Pak Pardi. Sepanjang jalan laki-laki itu terus membelai kepalaku. Kami saling menatap dalam diam. "Sayang, maafkan papa telah mengabaikanmu!" Tiba-tiba Raka membelai perutku. "Papa janji akan terus menjagamu juga mamamu!" lanjutnya lagi. Betapa bahagia hati ini. Air mataku berjatuhan karena terharu. Kedua mata suamiku pun nampak berkaca-kaca. Cup! Hatiku meghangat ketika Raka m

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 78

    "Pasien membutuhkan donor darah B. Kebetulan persediaan darah di rumah sakit ini sedang habis. Donor dibutuhkan secepatnya. Diutamakan dari keluarga dekat. Misalnya orang tua atau saudara kandung." "Saya Ayahnya, Sus." "Saya ibunya, Suster." Aku dan Raka ternganga mendengar perkataan Ayah dan Bu Nuri. "Ambil saja darah saya, Suster!" pinta Ayah. "Ambil darah saya, Suster!" ujar Bu Nuri juga bersamaan. Aku dan Raka saling menatap. Ingin langsung kutanyakan pada Ayah mengenai hal ini. Namun kuurungkan ketika Raka memberikan kode dengan gelengan kepala. Biarlah nanti jika Hafiz telah sadar, aku akan minta penjelasan pada Ayah. Ayah dan Bu Nuri gegas mengikuti perawat itu. Sementara aku dan Raka masih duduk di ruang tunggu. "Jika kamu lelah, sebaiknya kita pulang saja." Raka memandangku penuh khawatir. Sebenarnya aku sangat lelah setelah mengalami hal yang sangat menegangkan tadi. Namun aku juga begitu mengkhawatirkan Hafiz. Bagaimanapun juga dia telah menyelamatkan nyawaku. A

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 79

    Aku tersentak ketika baru saja terjaga dari tidur. Mas Raka nampak sedang sibuk dengan laptopnya, seraya bersandar pada sofa panjang di ruang vip ini "Mas ..., Apa sudah ada kabar dari Ayah tentang Hafiz?" "Hei ..., kamu sudah bangun, Sayang?"Raka segera beranjak menghampiriku. "Hafiz sudah melewati masa kritisnya. Bu Nuri berhasil mendonorkan darahnya untuk Hafiz." "Alhamdulilah. Syukurlah ..!" aku merasa sangat lega sekarang. "Assalamualaikum ...!" "Waalaikumsalam ...! Aku semakin lega ketika melihat Ayah dan Bu Nuri datang dengan wajah berseri. "Bagaimana kabar cucu Ayah?" "Iya deh ..., yang dikhawatirkan Ayah sekarang cucunya terus. Anaknya kalah saing." Aku pura-pura merajuk. Ayah terbahak-bahak melihatku memajukan bibirku. "Non Shinta dan Tuan Raka pasti sangat senang sudah bisa berkumpul kembali." Bu Nuri berkata seraya memijit-mijit kakiku. Pijatan Bu Nuri sungguh menenangkan. Aku selalu merasakan nyaman berada di dekat wanita ini. "Bu ...." panggilku lembut ser

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 80

    Wajah Raka tampak semakin panik. Ada apa gerangan? Siapa wanita yang dia maksud? Raka menutup ponselnya, kemudian mendekatiku. "Sayang, Aku harus segera pulang. Aina membuat kekacauan dikantorku." Aku tersentak mendengar kabar dari Raka. Ada apa lagi ini? "Aku ikut pulang." pungkasku. "Kamu masih lemah, Maira. Sebaiknya kamu tetap di sini bersama Ayah dan Bu Nuri," sanggah Raka. Aku menggeleng cepat. "Tidak! Aku sudah tidak apa-apa!" "Kenapa istriku keras kepala sekalii?"Raka mencubit hidungku gemas. Raka memandangku tajam. Sepertinya dia memang keberatan aku ikut dengannya. "Ayah, Jika kondisi Hafiz sudah stabil. Sebaiknya kita pindahkan ke rumah sakit langgananku di kota. Dia bisa mendapat perawatan terbaik di sana. Said akan mengurusnya," ungkap Raka. "Terimakasih, Raka. Betul kamu sudah merasa enakan, Maira? Jangan sampai cucu Ayah kenapa-kenapa!' tanya Ayah. "Aku nggak apa-apa. Tenanglah!" sahutku seraya bangkit dan duduk di tempat tidur. Tak lama kemudian, perawat

Bab terbaru

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bagaimana Kisah Maira Selanjutnya?

    Hai, Pembacaku. Terimakasih sudah membaca Istri Dekilku Anak Sultan hingga tamat.Mau tau kisah Maira selanjutnya? Langsung aja baca cerita baru aku yang berjudul :Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya"Dengan wajah sok polosmu itu kamu berbohong kalau kamu masih suci! Padahal saat menikah denganku, kamu sudah tidak perawan!”Kehidupan rumah tangga Analea terasa dingin karena Hamid, suaminya, salah paham dan menuduh Analea tidak suci lagi, karena Analea tidak "berdarah" di malam pertama mereka. Ditambah lagi asal usul Analea dianggap tidak jelas dan kurang bermartabat karena merupakan anak angkat dari mantan wanita malam.Hingga akhirnya Analea menemukan suaminya tidur bersama wanita lain."Aku ingin bercerai!" Tak lagi bisa percaya pada Hamid, Analea menggugat. "Kalau tidak, aku akan sebarkan berita ini di kantormu.""Memangnya orang akan percaya padamu? Semua juga tahu dari mana asalmu! Mereka pasti lebih percaya padaku." Si suami peselingkuh enggan melepaskan Analea yang

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Ekstra Part 4

    Setahun kemudian. "Ayo turun, Sayang! Kita sudah sampai." Paul membantu Syafa keluar dari mobil. Wanita itu kesulitan keluar karena perutnya yang sudah sangar besar. "Jangan lahir dulu, Nak. Biarkan Ibumu ini merasakan seperti apa wisuda itu." lirih Syafa seraya mengelus perutnya dengan lembut. Paul membimbing istrinya turun dari mobil dengan sangat hati-hati. Penampilan Syafa kini berbeda. Morine merancang kebaya panjang hingga semata kaki yang sangat pas untuk Syafa yang sedang hamil tua. Paul menggandeng Syafa menuju sebuah gedung pertemuan yang cukup berkelas di kota Jakarta. "Pelan-pelan jalannya. Jangan terlalu gagah!" bisik Paul yang terlihat tampan dengan stelan jas hitamnya. Pria bule itu melangkah dengan bangga mendampingi sang istri yang baru saja meraih gelar sarjananya. Beberapa bulan belakangan ini Syafa berjuang dalam keadaan perut besar demi menyelesaikan kuliahnya sebelum bayinya lahir. Dua target dalam hidupnya yang mampu ia capai dalam waktu bersamaan. Yaitu me

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Ekstra part 3

    Berita tentang Syafa ada hubungan dengan pejabat bernama Boy Azka yang dihubungkan dengan artis lawas bernama Kirana memang sempat memanas di masyarakat dan media sosial. Namun hal itu perlahan hilang dari media. Tentu saja ini adalah hasil kerja beberapa anak buah Boy Azka. Ternyata dalam hal ini, dengan uang segalanya akan menjadi mudah. Tak ada lagi media yang mengekspos berita tersebut. Sejak kejadin itu Boy Azka mulai hati-hati. Ia tak lagi berani bertemu Syafa di tempat umum, walaupun secara sembunyi-sembunyi. Sebagai gantinya, setiap sebulan sekali Syafa akan menginap di rumah Boy Azka bersama Paul. Hubungan keluarga mereka sudah sangat harmonis. Lintang yang tadinya memperlihatkan rasa tidak sukanya pada Syafa, justru kini sangat perhatian pada adik tirinya itu. Bahkan kadang membuat Paul cemburu karena Syafa begitu dekat dengan kedua kakak lelakinya. "Kak, hari ini acara syukuran Bapak dan Ibu pulang dari Haji. Kita ke sana, yuk!" Syafa bergelayut manja pada suaminya yang

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Ekstra part 2

    "Dia tampan sekali seperti Kamu, Mas." Anita memandang takjub pada bayi laki-laki yang menggeliat di dalam box bayi milik rumah sakit itu. "Ya, dia yang akan menggantikan kita nanti di perusahaan. Dia akan menjadi pebisnis handal," lirih Indra tanpa senyum. Perasaan pria itu masih belum tenang karena ibu dari sang bayi tersebut masih belum.sadar. "Semoga ibumu segera bangun, Nak!" parau suara Indra menahan sedih. Dokter bilang Aina kelihangan banyak darah ketika melahirkan tadi. Saat ini istri mudanya itu sedang ditangani oleh dokter ahli. "Sabar, Mas. Kita doakan saja semoga Aina segera sadar." Anita membelai pelan punggung suaminya. Dadanya sesak melihat Indra memandang bayinya dengan tatapan sedih. "Anita, jika terjadi sesuatu pada Aina, apakah Kamu mau merawat anak ini?" "Astaghfirullah, Mas. Ayo optimis, dong, Mas! Aina pasti akan sembuh. Aku pasti akan membantu Aina merawat dan menyayangi bayi ini sepenuh hati." Anita memandang gemas bayi merah yang berwajah tampan itu. M

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Ekstra part 1

    "Om Indraaa ...! Aduh, sakit, Om ...! Om Indraaa ...!" Aina berteriak sambil memegang perutnya yang sudah semakin besar. Ia terduduk lemas di ranjang kamarnya. Suaranya terdengar hingga keluar karena pintu kamar yang sengaja ia buka sejak tadi. Indra yang sedang berada di ruang kerjanya bersama Anita tergopoh-gopoh menghampiri istri mudanya. Anita pun mengikuti dari belakang dengan panik. "Kenapa Aina? Apa Kamu mau melahirkan?" cecar Indra bingung. Pria paruh baya itu berjalan mondar mandir di depan Aina, entah apa yang harus ia lakukan melihat wajah pucat Aina. Keringat dingin membasahi wajah istrinya itu. "Aduh, Om. Sakit sekalii. Aku nggak tahan ...!"Aina terus merintih. Tubuhnya bergetar hebat menahan sakit. "Maas, cepetan siapin mobil! Kita bawa Aina ke rumah sakit, segera!" teriak Anita yang juga sibuk kesana-kemari di kamar Aina seperti sedang mencari sesuatu "Mbaaak, Mbaaak, ini ART pada kemana, sih?" Anita masih berteriak memanggil para ARTnya. "Ya, Bu. Ada apa?" seora

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 426

    "Tolong cepat, Pak!" Rein menepuk pelan bahu sang supir yang melajukan mobil ke Bandar Udara International Kuala Lumpur. Supir itu mengangguk. Berkali-kali Rein menoleh pada jam tangannya. Ia tak ingin terlambat ikut penerbangan pagi itu. Semalam, setelah menerima panggilan dari Yuda, Rein merenung. Awalnya ia berpikir Yuda tidak serius. Bagaimana mungkin Maira bisa hamil, sementara ia sudah divonis oleh dokter akan sulit untuk memiliki keturunan? Lalu ia ingat kata-kata Maira yang mengatakan, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Sulit untuk punya keturunan, bukan berarti tidak bisa. Sempat terlintas di benaknya hal negatif tentang Maira. Jangan-jangan itu bukan anaknya? Namun dugaan itu segera ia tepis, karena ia sangat percaya Maira adalah seorang istri yang setia. Pria dengan jambang lebat itu ingin membuktikan sendiri ucapan Yuda semalam. Apa ini hanya akal-akalan sahabatnya saja agar dia kembali ke indonesia? Akhirnya malam itu juga Rein yang belum tidur sejak kemarin,

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 425

    Maira wanita yang kuat. Walau hatinya menangis. Ia tetap terlihat tegar di depan semua orang. Rein memang pergi dari kehidupannya. Namun pria itu tetap selalu ada di hatinya. Meninggalkan buah cinta mereka yang kini ada di dalam perut Maira. "Bu Shinta, Pak Yudatara dan istrinya ingin mengundang Ibu makan siang di rumahnya." "Yuda? Hmmm ... apa mungkin ada kabar tentang Rein?" gumam Maira yang baru saja selesai rapat dengan para relasi bisnisnya. "Baiklah. Katakan pada Yuda Aku mau. Kamu jadwalkan saja secepatnya!" ujar Maira sebelum meninggalkan ruang meeting. "Maira, bagaimana dengan pertemuan di Samarinda dua hari lagi? Apa Kamu bisa ke sana?" Raka menghampiri Maira ke ruangannya. Sejak Pratama memaksa Maira untuk membiarkan Raka membantunya, wanita itu tak lagi membantah. Apalagi Laura juga mendukung. Ia bersyukur Raka sudah banyak berubah. Mantan suaminya itu kini lebih paham akan batas-batas yang wajar diantara mereka. "Nanti Aku pikirkan, Mas," sahutnya bingung. Biasanya Re

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 424

    "Aku nggak mau sendirian di rumah!" Aina cemberut saat duduk di ruang makan, sejak melihat Indra sudah bersiap hendak ke kantor. "Astaga Aina. Tolong jangan mulai lagi! Banyak rapat penting yang harus Aku hadiri. Apalagi sejak Rein keluar negeri. Aku agak kewalahan." Indra kembali membujuk Aina. "Nggak apa-apa kalau Mas mau temani Aina di rumah. Biar Aku yang handle kerjaan di kantor." Anita muncul dengan pakaian yang sudah rapi. Indra memandang istri pertamanya yang tampak banyak berubah. Sejak Aina tinggal satu atap dengan Anita lima bulan yang lalu, Anita perlahan berubah. Wanita paruh baya itu kini tak pernah lagi berpakaian seksi jika keluar rumah. Ia lebih banyak di rumah saat libur. Wanita itu pun lebih sabar menghadapi Aina yang semakin manja di saat kehamilannya yang sudah masuk sembilan bulan. "Tidak. Aku harus ke kantor hari ini. Banyak janji dengan relasiku." "Kalau tiba-tiba Aku mau melahirkan gimana, Om?" tanya Aina lagi dengan nada manja. Anita dan Indra saling me

  • Istri Dekilku Anak Sultan   Bab 423

    " Terima kasih, Syafa. Pemotretan cukup sampai di sini. Luar biasa, kamu benar-benar luar biasa!" Morine tak henti-hentinya memuji Syafa yang sangat berbakat. "Sama-sama Om. Ini berkat bimbingan Om Morine juga." Morine dan para kru di studio itu kagum pada Syafa yang selalu rendah hati, walaupun kariernya sudah berkembang cukup pesat. Dalam jangka waktu tiga bulan, Syafa sudah mendapat tawaran job di mana-mana. Rekanan Morine yang bergerak di bidang fashion terus meminta Syafa untuk menjadi model produk mereka. "Aku pulang ya, Om. Kak Paul sudah nunggu sejak tadi" Syafa pamit pada Morine. "Baiklah Syafa, sampai rumah langsung istirahat! Ingat, lusa ada acara penting. Akan hadir banyak pejabat dan istrinya dalam pameran fashion itu. Kamu adalah bintangnya. Kamu harus tampil prima dan memukau. Karier kamu baru akan dimulai." Morine yang diminta sekaligus sebagai manager Syafa oleh Boy Azka, tak henti-hentinya mendisiplinkan gadis cantik itu. "Iya, Om. Siap!" Walau kadang merasa b

DMCA.com Protection Status