Share

Anak-anaknya

Penulis: Mita Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kak, sudah bangun rupanya, ya?"

Sebuah suara feminin tiba-tiba membangunkan Amala. Wanita itu sedikit terkejut ketika melihat seorang gadis masuk ke kamar membawakan segelas air putih. Dia mendekat dengan senyum hangat di sudut bibirnya itu.

Amala tidak tahu siapa gadis itu, namun dia hanya berkata bahwa gadis itu begitu baik membawakan dirinya minum.

"Kakak pasti haus. Pingsannya lama sekali. Minum dulu, Kak." ucapnya sembari menyodorkan segelas air putih di atas nampan.

"Terima kasih." Amala berkata pelan. Meskipun wanita itu ragu dan bingung, Amala tetap berusaha untuk tenang.

"Aku Kanaya."

Ucapan gadis itu membuat Amala menautkan alisnya. Belum sempat berkata apa-apa, gadis itu tiba-tiba mengulurkan tangannya.

"Amala." Dengan senyum, Amala pun menyambut jabatan tangan sang gadis dengan perlahan.

"Ibu."

"Ibu?" Amala tersentak. Berbanding terbalik dengannya, gadis itu malah tersenyum semakin lebar.

"Iya, Ibu. Kak Amala sudah menjadi istri dari Ayah, kan? Jadi, Kak Amala adalah Ibuku sekarang."

Amala kian tersentak. Ada getaran panas yang kini mendadak menguasai tubuhnya. Namun dua netranya itu malah menatap Kanaya gadis kecil itu dengan begitu lekat.

Jadi, ini adalah anak Pak Rido?

"Kakak pasti kaget. Ehem, sebaiknya Kanaya enggak panggil Kakak sebagai Ibu secepat ini, ya, tapi Ayah suruh lakukan itu sekarang agar terbiasa," ujarnya dengan nada begitu lembut seraya meletakkan gelas tadi dengan hati-hati di atas nakas.

Amala sendiri masih merasa seperti mimpi. Gadis kecil ini menjadi anak tirinya sekarang? Namun kenapa dia begitu baik pada Amala?

"Kanaya. Kamu di sini?"

Kompak. Kanaya dan Amala menoleh ke arah pintu. Kini terlihat seorang lelaki berdiri di sana. Amala menelan saliva yang terasa berat. Dia menebak siapa itu sekarang.

"Abang, Ibu sudah bangun!" Kanaya berteriak senang detik di mana segera bangkit berlari menarik lengan lelaki itu, dibawanya mendekat ke arah Amala yang sudah begitu syok. Lelaki itu bahkan sepertinya seumuran dengan Amala sendiri.

"Abang harus sapa Ibu. Gimana, sih?" sunggut Kanaya segera melepaskan tangan abangnya itu. Lelaki itu kini malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Rasa sungkan dan malu sudah bersatu dan menyerang. Belum lagi dengan melihat Amala yang kini begitu bingung menatap mereka.

"Naya, sebaiknya kita enggak secepat ini memperkenalkan diri. Ini terlalu cepat untuk kondisi seperti sekarang," ujar lelaki itu dengan lembut pada adiknya.

Kanaya menggeleng cepat. "Abang bilang seperti itu karena Abang udah rasain gimana punya Ibu. Beda sama aku. Pokoknya aku mau di sini."

Kanaya mendadak naik ke atas kasur segera duduk di samping Amala yang kian terkejut. Amala bahkan tidak berkutik namun dia merasa begitu terharu dengan sikap Kanaya padanya sekarang.

"Kanaya. Kamu kenapa ...."

"Su-sudah, enggak apa-apa." Amala berkata cepat.

"Ibu, ini Bang Reza. Bang Reza yang seumuran dengan Ibu," ujar Kanaya sukses membuat Reza terbelalak kaget. Reza kemudian hanya mampu terkekeh saja hingga bergegas pergi. Benar. Rasa malu sudah menguasai dirinya.

Kanaya malah tertawa. Amala sendiri melamun. Berbagai hal bermain dalam benak. Dia tidak bisa berpikir lagi jika setiap hari akan berhadapan dengan lelaki yang seumuran dengannya dalam rumah. Belum lagi lelaki itu adalah anak tirinya sekarang.

Namun, Amala heran, kenapa Reza membiarkan ayahnya menikah lagi dan dengan gadis muda seperti dirinya ini?

"Ayah!"

Suara Amala itu, sukses membuyarkan lamunan Amala dan ikut melihat. Amala baru sadar ketika kini melihat siapa di sana.

Pak Rido. Beliau menatap Amala dengan senyum lembut. Amala malah rasanya ingin menangis.

Tak kuasa menahan emosi di hatinya, air mata akhirnya mulai menetes dari matanya. Rasanya, baru beberapa hari yang lalu Amala bersenang-senang dengan teman sebayanya di kampus. Namun, tiba-tiba hari ini statusnya sudah berubah menjadi istri orang, bahkan ibu dari anak-anak.

Melihat bahu Amala yang bergetar, Rido pun menuntun anak-anaknya keluar. Tak ingin membiarkan anaknya itu menganggu Amala yang sedang menangis.

Begitu sadar hanya tersisa dirinya dan sang suami, Amala menghapus air matanya, dan menanyakan tantenya. "Tante Nisya di mana, Pak?"

"Beliau sudah pulang, Amala."

"Saya juga mau pulang!" Amala akhirnya berteriak, maniknya yang masih merah karena menangis, menatap Rido dengan nanar.

"Amala!"

Amala terhentak, begitu tangannya kini dipegang oleh Pak Rido. Sorot mata Amala yang begitu tajam itu, menjadikan tanda bahwa Pak Rido harus segera melepaskan dengan cepat.

"Maaf, Dik. Saya tidak bermaksud untuk  ..."

"Saya mau pulang! Kenapa Bapak biarin Tante pulang dan tinggalin saya di sini! Bapak sengaja, hah!" Tangis Amala kini kembali menghujam setelah sedari tadi menahan dan terbendung lebat.

Segala hal yang membuat dirinya terkejut dan terdiam telah mampu membuat pikiran Amala begitu berbicara dengan keras.

Dia sudah tidak mampu lagi untuk diam tidak berkutik. Amala benar-benar takut sekarang harus tinggal di rumah orang lain secepat ini.

"Dik Amala, tenang dulu. Saya tidak akan melakukan apapun terhadap Dik Amala, saya tahu bagaimana Dik Amala takut sekarang." Pak Rido menjelaskan dengan perlahan namun Amala bahkan tidak peduli.

Amala kian tersentak mendengar hal itu. Pak Rido berani mengatakan hal seperti itu pada dirinya sekarang seolah pernikahan ini atas keinginan Amala sendiri.

"Saya enggak peduli apa yang Bapak bicarakan! Saya mau pulang!" Amala kini terisak hebat. Berlari ke arah pintu. Nihil. Rasa takut kian menjalar begitu sadar pintu sudah terkunci rapat.

"Bapak mau sekap saya di sini? Hah!" Dia menatap Pak Rido tajam.

"Nisya meminta saya untuk menjaga Dik Amala di sini. Nisya malam ini akan berangkat ke luar kota. Tidak ada orang di rumah, Dik.”

"Bohong! Tante enggak mungkin pergi ninggalin aku sendiri! Tante udah janji mau jagain aku! Tante Nisya enggak mungkin ninggalin aku sendiri! Tante!" Tangis Amala sudah benar-benar pecah.

Dia kini terduduk lemas. Rasa takut yang semakin menjadi-jadi seolah membuat tubuhnya kehilangan beban. Amala bahkan takut sekedar untuk melihat wajah Pak Rido di sana. Dia benar-benar tidak akan berpikir hal lebih di pernikahan ini.

"Dik Amala, saya tidak bohong. Nisya memang sudah pergi. Sementara ini, Dik Amala tinggal di sini, ya. Saya ini suami Adik Amala sekarang. Saya janji saya akan menjadi suami yang baik untuk Dik Amala."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mita Author
satu komentar aja uda berharga bangett
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Tidak Sanggup

    "Cukup, cukup! Jangan panggil saya Adik! Saya enggak mau Bapakperlakukan saya seperti itu! Sekarang Bapak tinggalin aku sendiri di sini!Keluar!" Amala kini perlahan bangkit. Dia melangkah menjauh berharap PakRido mengambil inisiatif untuk pergi meninggalkan dirinya.Pak Rido bernapas lega kemudian karena Amala sudah tidak berontakingin pergi. Dia memang sebaiknya meninggalkan Amala seorang diri hingga diabisa lebih tenang."Baiklah. Saya akan keluar. Dik Amala istirahat, ya." Amala tidak peduli apa yang Pak Rido katakan. Dia hanya berpikiraman untuk sementara waktu dan bersiap untuk memikirkan cara melarikan diri.Pintu kamar tertutup rapat. Pak Rido menyapu wajah dengan telapaktangannya dengan berat. Dia rasa, pernikahan ini akan berjalan dengan begituburuk. Namun mengingat amanah dari papanya Amala itu seolah membuat dirinyaberpikir dua kali."Amala, saya harap kamu bisa lebih tenang sekarang,"ujarnya dengan lembut.***Kini jam menunjukkan angka dua belas malam. Amala me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Penjelasan Reza

    "Sudah bangun?"Amala menoleh mendengar suara. Dia sejenak terkejut ketika melihatPak Rido yang sudah rapi dengan pakaian dinasnya. Dia sendiri yang baru saja bangun semakin kaget ketika melihat jamyang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih."Saya mau sekolah. Dik Amala tidak pergi ke kampus?" PakRido bertanya seraya memakai jam tangannya itu. Amala hanya menggeleng. Tidakada janji antara dia dengan dosennya, sehingga dia juga malas untuk pergi."Kalau begitu, kita sarapan dulu, yuk. Saya sudah buatkan nasigoreng untuk kita semua."Amala mengangguk saja. Pak Rido melenggang pergi. Dia baru bangkitkemudian. Berlalu sebentar ke kamar mandi hingga segera menyusul ke ruangmakan.Reza dan Kanaya sudah menunggu di sana dan terlihat tidak sabaruntuk segera menikmati nasi goreng buatan ayahnya itu. Amala sendiri tidak bisaberkutik ketika tatapan Reza seolah mengintai hebat. Dia tidak nyaman denganposisinya seperti itu."Ibu." panggil Kanaya, menatap Amala dengan nanar. Gadiskecil it

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Penerimaan

    "Jika saya boleh tanya, ke—kemana Ibu kalian?" Dengan hati-hati, Amala menanyakan hal sensitif itu kepada Reza. Pasalnya, Amala benar-benar penasaran. Reza seolah sudah sangat ahli dalam mengurus anak kecil, bahkan, mengalahkan Amala yang notabenenya seorang Perempuan. "Ibu kami sudah meninggal ketika melahirkan Habil," tukas Reza cepat sukses membuat Amala terkejut."Jadi ....""Iya. Selama ini Ayah emang enggak mau menikah lagi. Namun, Ayah mendadak cerita kalau Ayah mendapat amanah yang begitu besar. Ayah diberi amanah untuk menjaga seorang perempuan dengan cara menikahi perempuan itu. Saya awalnya memang kaget dan enggak bisa terima hal itu, tapi saya tahu kalau Ibu Amala ini orang baik," ujar Reza menjelaskan tanpa diminta oleh Amala sendiri. Amala kehilangan hal apa yang ingin dia ceritakan. Namun menatap dua mata Reza yang berbicara begitu tulus itu sudah membuatnya yakin jika anak-anak Pak Rido begitu baik dan mau menerima kedatangan dirinya dalam hidup mereka."Lalu, bagai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Menghindari Adlan

    Kamar indah yang tersusun rapi kini di depan mata. Ada hal yang membuatnya cukup berbinar seperti rasanya kembali kepada hal yang membuat terbang."Ah! Aku pulang!"Bruk! Amala menjatuhkan dirinya ke atas kasur. Tidur dengan nyaman merasakan ketenangan yang teramat sangat. Ada beberapa hal yang bermain dalam benaknyaa. Dia tahu, bahwa kenyamanan seperti ini tidak akan dirasakan olehnya dengan cukup lama. Pasalnya ini hanyalah salah satu syarat yang dia ajukan dengan sahabat papanya itu."Pokoknya aku harus cari cara supaya Pak Guru itu enggak lagi maksa aku pulang ke rumah dia. Aku harus tetap di sini!" Amala memuaskan diri dengan tidur beberapa saat di kamar. Dia kemudian terbangun ketika melihat jam yang telah menunjukkan pukul dua siang.Hari ini, dia baru sadar jika ada janji dengan dosen. Meskipun sudah tidak berniat lagi untuk menyelesaikan skripsinya itu, Amala mau tidak mau harus tetap menemui dosennya. Dia hanya tidak ingin pendidikannya itu terbengkalai tidak jelas.Rasa l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Ancaman

    Meja makan sudah dipenuhi oleh beberapa macam makanan. Tersusun rapi dan Pak Rido, lelaki paruh baya itu masih terlihat sibuk menata dengan baik.Amala sendiri kini membeku. Diam tidak berkutik namun heran mengapa Pak Rido memperlakukannya seperti papanya memperlakukan dia dulu. Kenapa mirip sekali sikap keduanya? Amala sendiri kini membiarkan anak bungsunya Pak Rido itu yang terus memegang tangannya dengan kuat."Sudah. Ayo makan, Dek." Pak Rido menarik kursi mempersilakan Amala. Tidak ada penolakan selain Amala segera menghampiri cepat."Terima kasih." Amala berujar pelan sukses membuat Pak Rido tersenyum dengan haru. Ada rasa bangga yang terhinggap dalam jiwanya itu kala Amala menghargai apa yang sudah dia perbuat.Amala sendiri bahkan sudah tidak sabar untuk segera makan. Dia berniat untuk mengambil ikan bakar yang ditemani dengan kuah kecap yang terlihat cukup nikmat. Makan mi instan bukan pilihan yang tepat untuknya berhenti merasa lapar.Amala kemudian larut dalam menikmati mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Diidamkan banyak Wanita

    Amala hampir saja tersedak mendengar hal itu. Dia segera minum susunya dengan cepat. Pak Rido hanya bisa mendesah pelan melihat itu. Reaksi Amala saja sudah menjadi jawaban baginya."Apa itu penting?" tanya Amala kemudian."Tentu saja. Saya hanya berpikir Dik Amala akan mau menemani saya. Namun jika tidak, tidak apa saya ....""Oke. Nanti siang Bapak jemput saya." Amala tidak tahu, mengapa dia langsung setuju saja. Namun, kebaikan Pak Rido dari kemarin menjadikan dia tidak tega untuk menolak."Alhamdulillah. Iya, Dik. Nanti pulang sekolah saya kemari. Saya mandi dulu, yaa." Penuh senyuman yang cerah, beliau beranjak cepat. Amala terkekeh saja melihat hal itu. Lucu saja. Teman papanya itu berubah cukup senang. Amala kadang heran, Pak Rido sebenarnya suka atau memang kasihan padanya? Tidak mungkin beliau jatuh cinta bukan? Amala menggeleng tidak mengerti.*Tidak ada baju. Namun ada satu gaun berwarna putih yang kini menjuntai di depan Amala. Biasanya dia kerap memakai itu jika sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Perdebatan kecil

    "Rahmi. Kamu datang juga?" Pak Rido yang mendadak datang membuat wanita yang ternyata bernama Rahmi itu segera menarik diri menjauh dari Amala. Raut wajahnya seketika berganti dengan senyuman awal di mana membuat Amala tidak habis pikir."Eh, Mas. Iya dong. Aku baru saja bicara dengan istrimu. Dia cantik sekali, ya?" Rahmi. Wanita itu berkata dengan suara yang terkesan dibuat-buat seraya menatap Amala yang kini terpaku tidak percaya.Amala kian heran. Siapa sebenarnya wanita ini? Apa mau dia sehingga berani mengancamnya? Apa dia menyukai Pak Rido seperti wanita lainnya juga? "Terima kasih, Rahmi. Oh iya, sepertinya kami sudah harus pamit. Ada urusan penting yang harus saya selesaikan cepat," ucap Pak Rido seraya menoleh pada Amala. Amala bersyukur mendengarkan hal itu."Baiklah, Mas. Kamu hati-hati, ya. Aku berdoa supaya kalian bisa segera memiliki momongan.""Amin." Pak Rido tersenyum lebar. "Ayo, Dik. Kita pulang." Amala mengangguk mengerti hingga segera beranjak. Namun ada hal ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Kebaikan Adlan

    "Dik Amala. Maaf, saya sudah mengajakmu untuk bertemu dengan mereka hari ini. Saya tahu ini tidak mudah. Maafkan saya."Amala bergeming.*Pemakaman yang nan luas. Amala melempar pandangan ke segala arah. Dia berharap segera ke makan orang tuanya itu. Rasa rindu yang telah memuncak tidak akan bisa dia utarakan kepada siapapun.Amala akhirnya bersimpuh di makam papanya. Duduk di sana memerhatikan batu nisan dengan pandangan lama. Dia berharap jika seandainya waktu bisa diulang dia akan meminta papanya itu untuk selalu ada dalam dekapannya selamanya.Isak tangis telah datang. Amala tidak kuasa menahan diri lagi hingga memeluk nisan itu dengan erat. Air mata yang menjadi jawaban bahwa betapa dia begitu sangat mencintai orang yang telah pergi ini. "Pa, apa benar ini yang terbaik untuk Amala? Kenapa Papa memilih Pak Rido untuk datang dalam hidup Amala, Pa?" Amala terisak. Dia sesekali menyeka air mata itu namun tetap dengan posisi yang terus menumpahkan segala hal yang terus bermain dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Inisiatif

    Putri mendesah pelan. "Kita hanya mencoba untuk menerka, Mal. Lalu siapa lagi sekarang? Bukankah mertuamu sangat benci dengan kamu? Kamu tahu, kan?""Tapi, tapi aku enggak yakin itu perbuatan Ibunya Mas Rido, Put.""Aku tahu. Ini berat buat kamu, Mal, tapi aku hanya membicarakan hal yang mengarah ke sana. Aku harap, kamu baik-baik saja dan kamu bisa memaklumi semuanya. Oke?"Amala tidak menjawab. Dia akan membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Namun dia tetap akan memikirkan dengan apa yang sudah Putri ujarkan padanya itu."Aku harap kamu bisa percaya, Mal. Aku juga harap, kamu bisa menerima kenyataan jika itu sebenarnya benar. Sini. Biar aku saja yang antarkan ini pada Mbak Mona," ujar Putri seraya mengambil gelas minuman pada tangan Amala dan dia segera berlalu.Amala masih berdiri di tempatnya. Pikirannya bermain dengan cepat. Ada hal yang seolah membuat dirinya kian frustasi. Haruskah kembali mengatakan pada Pak Rido jika dia mencurigai ibu mertuanya sendiri?*"Orangnya tinggi,

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Sidang

    "Tidak. Satu hal lagi. Rahmi akan segera diturunkan dari jabatan kepala sekolah.""Apa?" Amala dan Mona, kompak terkejut.*"Nilaimu sangat bagus, Amala."Bu Lusi, kini melihat lembar penilaian Amala selama masa penelitian dengan senyum senang. Ada hal yang membuat Amala ikut senang.Pak Rido telah berhasil memberikan dia ketenangan dan kini dia berhasil meraih nilai yang sudah dia inginkan itu."Bu, kapan saya akan segera ikut sidang?""Urus saja semua syaratnya, ya. Jadwal akan turun dalam dua Minggu ini."Amala terlonjak senang. "Ibu benarkah?"Bu Lusi mengangguk pasti. "Iya. Selamat, ya. Akhirnya kamu akan sidang juga. Kamu hanya perlu revisi sedikit lagi dan kamu akan mendapatkan yang selama ini kamu lakukan. Oke?"Amala mengangguk pasti. Dia pun segera pamit pada Bu Lusi tidak lupa segera mengabari Putri terkait dirinya itu. Ada hal yang membuat sahabatnya itu ikut bergembira sekarang.Putri memang sedang berada di kampus. Dia mencoba melupakan hatinya yang pernah sakit dan kini

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Rahmi Dipecat

    "Masih untung saya menerima kamu di sekolah ini! Kamu masih banyak tanya, hah! Kalau kamu saya tolak, nilai segini saja kamu tidak akan punya! Anak kemarin sore so-soan mau mengajari saya! Tidak tahu malu!"Amala bergeming. Dia tidak sadar kini, mengepal kedua tangannya dengan kuat. Gemetar."Keluar!"Amala tidak bisa lagi mempermalukan dirinya. Dia segera keluar. Ada isak tangis yang akan pecah namun sebisa mungkin berusaha menahan diri.Dia tidak lekas menemui Pak Rido suaminya itu selain kini segera ke toilet. Duduk di sana mencoba melepaskan semua hal yang membuatnya terpikat.Amala terkadang kian heran, apa yang sebenarnya Rahmi itu inginkan padanya. Bukankah seharusnya masalah pribadi tidak dikaitkan dengan hal yang ingin dia capai sekarang? Bagaimana bisa dia menjelaskan pada dosennya terkait nilai yang begitu buruk diberikan oleh pihak sekolah.Amala hanya takut, jika orang kampus juga akan mengira dia melakukan suatu hal yang jahat di sekolah ini, meskipun kenyataan Amala sam

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Rahmi Sengaja

    "Pepes ikannya enak lho, Bu. Ayah emang pintar masak, hehe!" Dia terkekeh lucu di sana yang semakin membuat Amala merasa trenyuh, sedih dan kasian karena Kanaya harus ikut dalam masalah ini.*Amala memandang lekat anak-anak dengan tatapan yang sedih. Hari ini, dia tidak bisa percaya adalah hari terakhir bertemu dan mengajar anak-anak di kelas lima itu.Ada hal puas yang hinggap dalam hatinya. Dia puas dan senang karena bisa mengajar walaupun hanya sebentar. Dia juga merasa puas karena berhasil menjadi seorang pendidik yang mereka inginkan. Meskipun kini amala akan merasa sedih karena harus meninggalkan mereka karena telah selesai masa penelitiannya itu.Dia hanya melepas anak-anak dengan berpelukan hangat. Amala bahkan sengaja tidak mengatakan apapun pada mereka terkait dirinya yang tidak akan pernah masuk lagi ke kelas lima itu, namun begitu kelas telah usai, seperti biasa hanya Andi yang tertinggal, Amala pun berniat untuk mengatakan padanya saja."Andi harus menjadi anak yang puny

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Kasihan Kanaya

    "Mas, ada apa?""Mas hanya ingin memeluk istrinya Mas sekarang. Apa boleh?""Kenapa mendadak seperti ini, Mas? Apa ada yang Mas pikirkan?" Amala sebenarnya sudah tahu apa yang membuat suaminya itu terlihat berbeda kini. Namun dia tidak lekas mengatakannya dengan segera.Pak Rido menyudadi dekapannya kemudian menatap Amala cukup lama. Lama sekali, hingga Amala merasa malu sendiri."Ada apa, Mas?""Dik Amala sudah menerima saya, kan?""Tentu. Kenapa Mas masih bertanya?""Bolehkah jika saya meminta Dik Amala untuk mencintai sepenuh hati Dik Amala? Apakah ada seseorang yang lain dalam hati Dik Amala sekarang?"Amala tidak berkata kini. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh suaminya sekarang? Haruskah dia mengatakan jika itu adalah suatu hal yang sebenarnya besar.Amala tahu, jika sekarang Pak Rido sedang cemburu pada Adlan."Kenapa Mas enggak beritahu saya kalau sudah pernah bertemu dengan Adlan?" Amala mengalihkan pembicaraan kini."Kenapa Dik Amala harus bertanya hal itu?""Mas cemburu pa

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Obat

    "Amal, kamu kenapa mendadak takut begini?" Adlan menukas cepat. Amala terhenyak. Diam seketika.*Mobil kini bergerak perlahan. Masih tidak ada kata yang keluar dari bibir Amala semenjak pergi. Pak Rido sendiri sejenak menoleh dan melihat dengan harap-harap cemas. Ada beberapa hal yang bermain dalam benaknya itu namun tidak segera ingin mengungkapkan cepat.Pak Rido tahu jika kini ada hal yang tidak beres sedang dipikirkan oleh istrinya itu.Amala tidak banyak berkomentar apapun. Dia hanya tidak ingin memperpanjang masalah yang ada."Dik, kamu kenapa diam saja?""Enggak, Mas. Cuma memikirkan masalah Kanaya saja.""Tidak apa. Kanaya sudah membaik, kok. Dik Amala tidak perlu terlalu cemas, ya."Amala mengangguk tersenyum. Dia tidak mengatakan apapun lagi selain kembali diam. Dia hanya berharap suaminya itu tidak terlalu menggubris apa yang sudah Adlan katakan sejak tadi.*"Ibu Amala!" Kanaya, gadis kecil itu kini berlabuh dalam dekapan Kanaya. Tidak ada kata yang keluar darinya setel

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Bertemu kembali

    "Amala, kamu tahu kapan waktunya."Rahmi, berujar tajam dan menatap dengan tatapan penuh kebencian.*Makanan cukup menggugah selera, belum lagi dengan rasa lapar yang sudah menghadang, Amala, dan suaminya Pak Rido kini menikmati hidangan makan siang mereka dengan nyaman.Amala tahu, sedari tadi menikmati makanannya itu dia terus merasa jika Pak Rido terus menatap dengan hikmat. Tidak ada yang keluar namun Amala hanya terkekeh sejenak."Apa yang Mas lihat?" Dia bertanya kemudian."Tidak. Hanya ingin memastikan Dik Amala menikmati makan siang ini. Enak, kan?""Iya. Kenapa Mas enggak pernah mengajak saya ke sini, ya?""Hehe. Maaf ya, Dik. Mas tidak bisa pulang dengan begitu cepat.""Haha, kenapa Mas menanggapi serius? Saya hanya bercanda. Saya tahu kok, Mas pasti sangat sibuk sekali, kan?""Tidak. Mas tahu kok Dik Amala juga sekalian curhat."Amala kini tertawa kemudian.Keduanya terus larut dalam pembicaraan mengenai mengajar Amala, hingga kemudian penuturan mereka sejenak terputus ket

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Tatapan benci

    "Ada satu orang lagi yang harus saya temui, Dik."Amala menoleh cepat. "Siapa, Mas?""Dik Amala tidak perlu memikirkan hal itu sekarang. Besok, Dik Amala akan kembali ke sekolah, kan? Lebih baik pikirkan hal apa yang Dik Amala perlukan untuk besok mengajar. Oke?" Pak Rido berkata seraya membelai lembut wajah istrinya itu.Amala bahkan baru teringat jika besok dia sudah harus masuk sekolah kembali. Dia memiliki kesempatan dua Minggu lagi untuk selesai penelitian Hinga harus kembali ke kampus.Ada beberapa hal yang membuatnya berpikir bahwa dia memang tidak pernah mengira akan secepat itu selesai."Dik Amala pasti sudah merindukan anak-anak, kan?""Iya. Aku sangat rindu mereka Mas. Besok, walaupun kaki saya masih belum sempurna sembuh saya akan tetap datang. Saya ingin segera menyelesaikan kuliah ini.""Bagus. Lalu, Dik Amala tidak perlu memikirkan hal yang sama sekali tidak penting itu. Oke?"Amala mengangguk pasti. Siapapun orang yang berpikir buruk terhadapnya itu dia akan berharap j

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Seusia istrinya

    "Saya Rido, suami Amala. Bisa kita bicara sebentar?" Adlan bergeming."Bicara apa? Saya sedang begitu sibuk karena kebetulan hari ini saya yang bertugas untuk berdiri di kasir, jadi ....""Nak. Hanya bicara sebentar saja." Pak Rido menukas cepat. Adlan sukses menegang mendengarkan panggilan nak yang keluar dari mulut suami Amala itu.Adlan kemudian tersenyum ketus. Merasa cukup rendah di hadapan lelaki yang sudah lama ingin dilihat olehnya."Bisa bicarakan di sini saja, Pak Rido?" Adlan bertanya dengan nada menyindir kini."Baiklah." Pak Rido membuang napas gusar. "Apa yang sudah kamu katakan pada Amala kemarin?"Adlan terkejut. "Apa maksud, Pak Rido?""Nak, tolong jangan bertele-tele. Kamu tahu, kamu sudah menganggu kenyamanan rumah tangga saya dengan istri saya."Adlan mendadak tertawa kini. "Pak Rido menyalahkan saya dengan masalah keluarga Bapak sendiri? Seharusnya Bapak yang instrospeksi diri untuk melihat sebenarnya apa yang sedang terjadi. Kenapa datang kemari dan menyalahkan

DMCA.com Protection Status