Bab 17Laila menatap ke arah Aldi yang masih menyesali perbuatannya. Harusnya malam itu ia menahan diri agar tak tergoda dengan Mbak Yaya. "Nasi udah jadi bubur, Di," Laila menepuk bahu Aldi."Iya udah lembek apalagi kalau udah basi, jadi kaya muntahan bayi, iya kan?" sahut Aldi."Kok jadi ngomongin muntahan bayi, sih?" Laila merasa jijik."Iya juga. Habisnya lagian kamu ngomongin bubur." Aldi menoleh ke arah Laila."Tunggu, kata kamu tadi si Mbak Yaya bakal mengincar perjaka? Lah, terus si Dika kan masih perjaka. Mana aku tinggal di gubuk sana," ucap Laila cemas. "Yang bener? buruan kalau begitu, kamu harus cepat menolong kawan kamu sebelum Mbak Yaya menangkapnya." “Duh, bisa gawat nih!”Laila segera bergegas menemui Dika di gubuk tadi.***Di gubuk tempat Dika berada, sosok Yaya telah menyerupai Laila. Ia membangunkan Dika kala itu."Dika! Ayo, bangun yuk!" sosok Laila itu menepuk paha Dika yang tertidur di gubuk. "Eh kamu, Lai. Aku lapar nih mau cari makan, tapi nungguin kamu d
Bab 18Kemudian wanita yang bernama Yaya itu berdiri menunjukkan lekuk tubuhnya yang sensual. Ia tanggalkan satu persatu pakaian penutup tubuhnya di hadapan Dika. Wanita itu berharap Dika akan tergoda oleh kemolekan tubuhnya.Dika sempat terbelalak melihat tubuh milik Mbak Yaya, tetapi pikiran jernihnya membantunya untuk bertahan dan mencari pintu keluar dari rumah itu.Yaya makin mendekat ke arah Dika."Apa kau tak tergoda dengan bentuk tubuhku?" tanyanya.Dika hanya bisa memejamkan kedua matanya, ia tak mau menatap wanita di hadapannya itu."Kalau aku yang seperti ini, apa kau tidak tertarik juga?" tanya Mbak Yaya yang sudah mengubah tubuhnya dan wajahnya seperti milik Laila."Gak, gak mungkin Laila kayak gitu," ucap Dika masih mencoba bertahan.Tiba-tiba, terdengar suara Laila memanggil namanya dari luar rumah. “Dika, di mana kamu?” Laila terus saja memanggil Dika."Laila, Laila aku di sini!" teriak Dika sekuat tenaganya.Laila yang mendengar jeritan Dika, langsung saja masuk ke
Bab 19Wajah kesal tampak menghiasi Laila."Nanti aku jelasin kenapa aku bisa nikah, tapi masih perjaka sampai sekarang," sahut Dika."Enggak! Jelasin sekarang!" pinta Laila dengan nada cemburu."Ya nanti aja, kamu gak lihat apa tuh si Mbak Kutu Kupret itu udah ngincer aku," ucap Dika."Bodo amat! Pokoknya aku minta dijelasin sekarang, atau aku gak mau nolong kamu lagi," ucap Laila mengancam Dika."Hoaaammm ngantuk ya saya. Eh, capek lho nungguin kalian berdebat," sahut Yaya."Tunggu dulu Mbak, kalau saya gak suka sama jawaban dia, saya rela kalau Mbak mau hisap dia sampai kempes, sampai peyot banget juga saya rela," sahut Laila menunjukkan telapak tangannya menahan Mbak Yaya agar tidak melangkah maju lagi ke arahnya."Hmmm... baiklah saya tunggu di sini," ucap Yaya. "Mbak, tutup dulu itu badannya, jijik saya melihatnya," pinta Laila memberikan taplak meja yang ia ambil dan memberikannya pada Jin jahat tersebut."Kamu itu ya–" Yaya melotot tajam ke arah Laila. "Tunggu di sini ya, M
Bab 20 - Kuntilanak Wanita bernama Yaya yang berwujud siluman kerbau itu terbakar seraya berteriak kepanasan dan kesakitan. "Bagus, ternyata ini cara untuk memusnahkanmu. Rasakan itu!" seru Laila sambil menertawakan Yaya. Gadis itu bahkan sampai tersedak asap yang muncul dari pembakaran jin tersebut. "Uhuk... uhuk... aduh tolongin, Dika!" Dika langsung menghampiri Laila dan menariknya menjauh, karena rumah yang ada di belakang Laila juga ikut terbakar. Dika menepuk-nepuk punggung Laila. "Ada gitu hantu kuntilanak keselek asap," ejek Dika. "Ya namanya juga hantu baru. Kalau waktunya keselek juga ya keselek aja," sahut Laila asal, seraya menatap ke arah Dika tajam. "Makasih ya, kamu sudah menyelamatkan aku," ucap Dika sambil menggenggam kedua tangan Laila dan menaruhnya di dada pria tersebut. "Jan
Bab 21"Kalau mau bantuin tuh di bopong gitu, jangan ikut nyeret kayak gini, dong," protes Laila."Berat say, malas ah mending gini. Eh lama-lama cakep juga nih cowok," ucap si Pocong Eyke."Hei awas ya, Anda gak boleh macam-macam sama dia. Dia tuh cuma milik saya," ucap Laila menatap Eyke dengan tajam."Hmmm... maaf deh, baru ini Eyke tau ada kuntilanak bucin banget sama manusia," celetuk Eyke."Biarin aja, wleeekk!" cibir Laila."Eh, nama kamu siapa?" tanya Eyke."Nama aku Laila, dia namanya Dika." "Kok bisa barengan sama manusia?" tanyanya."Aku juga gak tau pokoknya aku terhubung sama dia dan gak bisa jauh dari dia," jawab Laila."Cieee... jangan-jangan jodoh," seru Eyke menggoda Laila."Jodoh dari mana? Kan, aku udah mati sedangkan dia manusia, mana bisa bersatu dan berjodoh?" ucap Laila ada raut sedih yang terpancar di wajahnya."Kata siapa gak bisa jodoh? Kamu belum de
Bab 22 "Sakit tau! kenapa sih dari tadi kepala aku jadi korban terus, nanti aku bisa gegar otak lho," ucap Dika bersungut kesal."Habisnya kamu bener-bener nyebelin deh, masa kamu gak paham sama yang dia maksud?" keluh Laila."Oke, oke aku ngerti, jadi kamu mau aku minta paku buat pakuin hantu kuntilanak ke seorang dukun, gitu? manfaatnya buat aku apa?" tanya Dika."Hadeh, manfaatnya buat kamu ya kamu jadi bisa punya istri kuntilanak, gitu!" seru Eyke."Hidih, wanita yang manusia normal aja banyak, ngapain aku bela-belain nikah sama kuntilanak? Hdih ogah, serem!" jawab Dika."Oh... gitu ya, Ka. Makasih deh kalau ternyata pemikiran kamu seperti itu," lirih Laila menunduk sedih.Gadis itu lalu pergi meninggalkan Dika. Ia berlari seraya menyeka buliran bening yang menetes di pipinya. Hatinya tersinggung."Laila... Laila...!" seru Dika memanggil Laila.Plak!Gantian Pocong Eyke yang memukul kepala
Bab 23Laila menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena rasa takut dan jijik kala melihat hantu wanita tersebut."Jangan ganggu saya, saya mohon jangan ganggu saya," Laila masih berusaha menyembunyikan wajahnya dari kuntilanak penunggu pohon mangga itu."Heh, sesama kunti kenapa takut, sih?" tanyanya."Sa-saya kan, kuntilanak baru, Kak." "Oh... begitu, kamu dari mana asalnya?" "Dari kota, Kak." Laila masih menunduk."Woah kamu dari kota? Kamu ngapain sampai sini? Apa di sana sudah tak ada lagi pohon untuk kau hinggapi?" tanya kuntilanak itu. "Ada sih, Kak. Malahan kalau di kota, kuntilanak dan hantu lainnya tinggal di apartemen, atau malah mereka tinggal di hotel," ucap Laila."Apartemen itu apa? Sama gak dengan rumah zaman Belanda?" tanyanya.Laila mulai memberanikan diri membuka kedua tangannya. ‘Haduh, masih serem juga lagi mukanya. Laila kamu harus bisa,’ batin Laila.
Bab 24 Betapa senangnya Dika mendapati gadisnya di hadapan mata. Pria itu langsung bangkit dan memeluk Laila."Aku tuh dari tadi cariin kamu sampai masuk hutan ini. Aku mohon jangan tinggalkan aku ya,” pinta Dika dengan wajah memelasnya."Eh sembarangan aja! Dia ini milik Ijah! Dia ke sini mau cari kuntilanak cantik yang wajahnya cantik seperti aku, bukan kamu!" hardik hantu Ijah seraya mendorong bahu Laila."Yeee jangan kepedean jadi kunti! Muka kamu aja rata gitu, gak ada mata, hidung, mulut, bisa-bisanya masih ngaku cantik," balas Laila."Eh nanti juga kalau dia tancapkan paku cintanya padaku di sini, aku berubah jadi cantik!" Hantu Ijah menunjuk ke arah ubun-ubun kepalanya. "Gak bisa, gak boleh! Dika itu punya aku, cuma aku yang boleh ditancapkan paku cinta sama dia, ya kan Dika?" Laila menoleh pada Dika."A-a-aku, duh gimana ya?” Dika menggaruk kepalanya meski tak gatal.Belum juga Dik