Share

Pesan Ayah Alea

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2023-05-28 00:48:58

Tuk! Tuk! Tuk!

Itu bunyi sepatu yang beradu dengan lantai. Sepertinya terdengar semakin mendekat ke kamar.

‘Apakah pria itu akan datang? Kenapa juga harus sesore ini?’ jantung Alea berdegup kencang.

Ciiit!

Pintu terbuka sedikit. Tubuh tinggi dan tegap yang tampak samar karena cahaya dari belakang tubuhnya membuat wajah pria itu jadi tidak terlihat, hingga pintu ditutup lagi.

Kamar menjadi gelap. Hanya sedikit cahaya yang menerobos tirai putih. Namun Alea masih bisa melihat pria itu mendekat.

“Jangan!” gumam Alea sambil reflek bangkit dan berdiri di sudut tembok.

Sesaat keadaan yang gelap itu menjadi terang setelah Ardhan menekan saklar lampu kamarnya.

Ardhan menatap gadis yang masih berkebaya itu. Terakhir kali dia bertemu dengan Alea secara langsung saat melayat ibunya yang meninggal setahun yang lalu. Waktu itu dia juga hanya melihatnya sekilas karena Alea dalam keadaan berduka dan tidak sempat menemuinya. Sebelum itu Ardhan terakhir bertemu dengan Alea saat gadis itu masih duduk di bangku SMP.

Sekarang Ardhan baru melihat wajah Alea dengan jelas. Dia memang cantik, meski dengan dandanan rambut yang amburadul itu.  Walau begitu hati Ardhan tidak bisa tergetar karena sudah memiliki tambatan hati.

“Kenapa kau berdiri di sana?” tanya Ardhan cuek sambil mengambil sesuatu langsung pergi ke kamar mandi.

Alea menatapnya bengong, pria yang sudah menjadi suaminya itu masuk begitu saja ke kamar mandi. Lalu ketegangan di wajahnya mulai terurai.

“Jangan takut Alea. Kau masih ingat kan, Ardhan pria yang baik. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan buruk”

Alea komat kamit sendiri karena merasa Ardhan sangat tidak menyukainya lantaran sikapnya sejak selesai akad itu. Dia jadi insecure karena yakin Hera memang memaksakan perjodohan ini pada putranya itu. Dalam pikiran polosnya dia sudah membayangkan bahwa hari-harinya pastilah tidak mudah.

disiksa, dihina, dilecehkan... Ugh! Alea sudah menyiapkan mental untuk itu.

“Keluarga kita banyak berhutang budi pada Pak Hamid!” begitu ucapan ayahnya terlintas lagi di kepala.  

Ardhan keluar dan sudah mengganti bajunya dengan kaos dan celana santai. Dia masih mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Alea hanya membeku melihat pria itu. Dia menelan salivanya karena baru kali ini melihat pria selesai mandi dan mengusap rambutnya yang basah. Gerakannya begitu menawan di pandangan Alea.  

‘Ck! Kak Ardhan ternyata ganteng juga!’

Eh sadar! Alea langsung menundukan wajahnya dan menghindari menatap pria itu lagi.

“Kau kenapa?” tanya Ardhan melihat heran Alea yang masih berdiri di pojok kamar.

“Eng, tidak apa-apa, kok, Kak!”

Ardhan duduk di tempat tidur dan menatap Alea yang masih tidak bergeming di sudut kamar dengan heran.

“Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? Atau memang kamu suka bergelantung di pojok kamar dengan rambut acak-acakan seperti itu?”

Mata Alea terbelalak. ‘Sialan! Dia kira aku Mbak Kunti apa?’

Alea kemudian baru sadar, rambut panjangnya memang acak-acakan karena dia tidak tahan dengan jepit-jepit rambut yang ditusukan para penata rambut tadi hingga kulit kepalanya terasa sakit karena tertarik jepit. Pasti dia sangat berantakan. Pantesan Ardhan sampai membandingkannya dengan Mbak Kunti.

“Sudah, mandi sana!” ujar Ardhan pada Alea.

“I-Iya, Kak!” Alea kemudian berjalan ke kamar mandi.

Saat itu Ardhan menghela napas dan duduk termenung di tempat tidur. Tadinya dia sudah ingin pergi saja dan tidak memperdulikan status pernikahannya ini. Namun saat hendak mencari mobilnya dan pergi, dia bertemu dengan Nadhim. Ayah Alea.

“Kita bisa bicara sebentar, Mas?” tukas Nadhim pada Ardhan.

Ardhan bukan pria yang tidak berpendidikan dan tidak punya etika. Dia besar di keluarga baik-baik dan masih sangat kental dengan norma sopan santun. Meskipun status Nadhim adalah supir papanya, namun pria itu juga sudah lama dianggap Ardhan keluarganya sendiri. Dia sering menggantikan papanya melakukan tugasnya sebagai seorang ayah. Mengambilkan rapotnya saat sekolah dulu, menasehati Ardhan saat salah, juga sering membelanya dari banyak hal. Kedekatannya dengan Nadhim melebihi kedekatannya dengan papanya yang super sibuk itu.

Karena itu, saat orang tua itu meminta waktunya untuk bicara, Ardhan tidak menolak.

“Alea tidak bersalah dalam hal ini. Jadi mohon jangan perlakukan Alea dengan buruk, Mas!”  Nadhim berkaca-kaca menyampaikannya.

“Kenapa Pak Nadhim berpikir seperti itu? Saya tidak mungkin menyiksa Alea, Pak!” Ardhan heran Nadhim sampai berpikiran begitu. Dia jadi lebih yakin, ini pasti karena desakan mamanya.

“Niat ibu baik, kok, Mas. Saya berani mengambil keputusan ini karena melihat ibu sangat menyayangi Alea. Dua tahun terakhir ini Alea sangat sedih ditinggal ibunya. Berharap dia juga merasakan kasih sayang seorang ibu lagi yang selama ini sudah diambil yang kuasa.” Nadhim menangis, membuat hati Ardhan terenyuh. Begitu cinta pria ini pada putrinya.

“Saya bisa memahami itu, Pak. Tapi … “

“Mas Ardhan tidak menyukai Alea?”

“Bukan begitu, Pak! Masalahnya ini terlalu mendadak, semua butuh waktu dan proses.”

“Iya, Mas. Saya berharap Mas mencoba berproses dalam beberapa waktu ini bersama Alea. Jika memang Mas Ardhan masih tidak bisa menerimnya dengan baik, tolong jangan sakiti Alea, pulangkan saja Alea dengan baik-baik, Mas!” tukas Nadhim lagi beruraian air matanya. Setelah kepergian istrinya, hidup dan bahagianya tercurah hanya untuk putrinya itu.

“Jangan kuatir Pak, Alea akan baik-baik saja. Masalah apakah jodoh kami akan terus atau terhenti di jalan, hanya Allah yang tahu. Doakan yang terbaik untuk kami ya, Pak!” Ardhan menenangkan pria yang sudah menjadi mertuanya itu.

Nadhim mengusap air matanya dan mulai bisa tersenyum pada Ardhan. anak muda yang tumbuh bersamanya itu memang anak muda yang baik. Nadhim tentu sudah mengenalnya dengan baik. karena itu, meski sedikit terpaksa, Nadhim ikhlas Alea menikah dengan Ardhan.

“Alea dua tahun terakhir ini hanya sibuk mengurusi ibunya yang sakit, dia masih sedikit polos dan kekanak-kanakan, mohon Mas Ardhan membimbingnya dengan baik.” Nadhim masih mencoba membuat Ardhan mengerti bagaimana putrinya.

Lamunan Ardhan buyar saat pintu kamar mandi terbuka. Alea tampakn keluar dan masih memakai kebayanya. Ardhan menatapnya dengan heran.

“Kau sampai kapan mau pakai kebaya? Suka banget ya sama kebaya itu?” komentar Ardhan pada Alea yang berdiri dengan raut bingung itu.

“Aku boleh keluar bentar, ya, Kak?”

“Kamu mau keluar dengan memakai kebaya dan rambut yang … “

Gimana sih nih anak? Gak lihat apa penampilannya sudah sama dengan kuntil anak begini, malah mau keluar.

“Aku, aku gak bisa tarik resleting kebayanya, Kak! Jadi mau minta tolong Mama Hera buat bukain dulu!” ucap Alea malu.

“Ya udah, sini, aku bantu!” tukas Ardhan bangkit, dari pada nanti mamanya ngomel-ngomel padanya kalau Alea justru keluar minta tolong bukain resleting.

“Tapi, Kak…”

Related chapters

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Perkara Koper Baju

    Alea membalikan tubuhnya memaparkan punggungnya di hadapan Ardhan yang katanya mau membantu membukakan resleting kebayanya. Jujur kalau dia bisa buka sendiri tentu Alea akan membukanya sendiri. Tapi sudah dicobanya tadi di kamar mandi tetap tidak bisa. Posisinya yang sulit dan Alea juga takut merusak gaunnya, akhirnya dia memutuskan mencari bantuan. Tidak disangka pria ini justru bersedia membantunya.“Yang mana resletingnya?” Ardhan sudah di belakang Alea dan menatap punggung gadis itu.“Gak tahu juga, Kak! Makanya aku gak bisa buka” ujar Alea jujur.Ardhan meraba-raba punggung Alea. Tangannya menyentuh kulit punggung Alea yang sontak membuat yang punya punggung seperti teraliri listrik. Seumur-umur dia belum pernah disentuh pria. Dia ingin menghindar tapi sepertinya tangan Ardhan sudah menemukan restelingnya.“Kecil sekali sih!” gumamnya sambil menarik resteling itu sampai ke pangkalnya. Dia segera mengalihkan tatapannya agar tidak berpikir macam-macam pada gadis itu.‘Tidak apa ju

    Last Updated : 2023-05-28
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Tidur Di Sofa

    Untuk sesaat Ardhan sedikit blenk tapi dengan cepat dia menguasai dirinya. Ada bayangan seseorang yang membuatnya tidak ingin meneruskan pikiran kotornya. Dia meraih selimut dan bergegas menghampiri Alea dan menangkupkannya di tubuh itu.“Kenapa pakai kemeja putih ini?”“Tadi katanya suruh pakai baju, Kakak?”“Ya jangan yang putih juga!” menerawang tahu, kata yang hanya bisa dilanjutkan di benak Ardhan.“Hanya itu yang sedikit kecil, yang lain besar semua.” Alea memberi alasan.“Ya udah, jangan lepas selimutnya!” Ardhan memberi peringatan.“Kenapa, Kak?”Hufft!Ardhan menghela napas panjang. Apa dia harus menjelaskan secara gamblang setiap ucapannya? Harusnya Alea tahu sendiri kenapa dia tidak bisa melihatnya memakai kemeja putihnya yang sedikit tipis itu sementara dia tidak menggenakan apapun di dalam sana.“Sudah, tidak perlu banyak tanya. Duduklah, aku mau bicara!” ucap Ardhan meminta Alea duduk di sofa.“Bicara apa, Kak?” tanya Alea sambil ribet membenahi selimut tebal yang sangat

    Last Updated : 2023-05-28
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Sarapan Bareng

    Ini sholat pertamanya yang dipimpin seorang pria yang kini menjadi imamnya. Alea menatap punggung tegap itu dan tidak menyangka bahwa sekarang pria itu adalah suaminya. Pikirannya berkecamuk lantaran tidak tahu pasti bagaimana menghadapi hari-hari selepas ini. Apa Ardhan akan bisa mencintainya? Apa dirinya juga begitu? Dan berbagai pikiran berkelebat di kepalanya.Selepas memanjatkan doa, Alea jadi kikuk. Dia menatap Ardhan yang sepertinya masih khusuk menunduk. Entah berdoa atau sedang memikirkan seseorang. Alea jadi bingung, mau langsung berdiri atau masih harus menunggunya.“Kak! Aku pakai cium tangan apa tidak?” tanya Alea dengan polosnya melihat Ardhan yang tidak bergeming. .Ardhan seketika menoleh sedikit ke belakang. Di mana posisi Alea duduk di sana.“Ya cium lah, sama suami masa gak cium tangan?” tukas Ardhan menggeser posisinya lalu mengulurkan tangan kanannya. Jangan karena dia tidak mencintai Alea, lantas kebiasan baik tidak dilakukan.Alea sedikit kaku menyalimi dan menc

    Last Updated : 2023-05-28
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Perdebatan Di Meja Makan

    “Mama perlu tahu kalau kau sudah benar-benar memperlakukan Alea sebagai istrimu! Ingat, sebagai istrimu!”Ardhan tentu paham apa yang dimaksud Hera. Dia mendegus lemah dan meruntuki kenapa memiliki mama yang membuat hidupnya jadi ribet ini. Tidak bisa begini terus, dia harus menemukan cara agar bisa terlepas dari kungkungan wanita ini. Nyonya Hera Hamid Muradz. Wanita yang begitu menyebalkan namun Ardhan tentu tidak ingin kehilangan syurga di telapak kakinya.“Kami tentu juga butuh privacy, Ma. Alea pasti tidak akan keberatan jika ikut tinggal di rumahku. Atau kalau dia tidak mau, biar dia tinggal di sini saja,” tukas Ardhan yang balik memberikan pilihan untuk mamanya itu.“Maksudmu kau akan tinggalkan istrimu di sini sementara kau di rumahmu itu?” Hera justru tidak terima dengan hal ini.“Ya kalau begitu biarkan dia ikut aku, beres kan!”Alea hanya menjadi pendengar dari perdebatan itu. Dia tentu tidak memiliki kuasa untuk menyahut ataupun memberikan pendapat. Siapa dirinya?Jujur ji

    Last Updated : 2023-05-29
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Berapa IQ-mu?

    Ardhan mengetahui ada orang di sana saat dirinya sedang menelpon kekasihnya. Kemudian dengan cepat diakhirinya obrolan itu. Dia berdehem agar Alea menyadari bahwa dirinya mengetahui kehadirannya. Alea yang sejak tadi berdiri mematung mendengar deheman Ardhan sehingga tergagap dan melangkah menghampiri Ardhan. “Maaf, Kak. Tadi Mama Hera minta saya antar minuman dan cemilan untuk Kak Ardhan.” Alea meletakan nampan itu di meja. “Kenapa minta maaf?” Ardhan menelisik ingin tahu seberapa lama Alea mendengar obrolannya dengan Naysila. “Karena tidak mau dianggap menguping.” “Memangnya apa saja yang kau dengar?” Ardhan menatap Alea yang tertunduk itu. Gadis ini polos dan pasti akan menanyakan tentang obrolan yang terdengar mesra tadi. Kalau dia tanya, Ardhan juga tidak segan ingin menyampaikannya langsung tentang Naysila. “Tidak, kok, Kak! Aku tidak mendengar banyak. Tadi hanya tidak sopan saja kalau harus menguping pembicaraan jadi aku berniat hendak balik” Alea mengira Ardhan tidak suk

    Last Updated : 2023-06-01
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Syarat Pergi

    Pertengkaran itu membuat Ardhan dan Alea saling diam saat keduanya ada di dalam kamar yang sama dan melakukan kegiatan masing-masing. Alea yang membenahi alat make up di meja riasnya, dan Ardhan yang sibuk dengan laptopnya.Sebenarnya Ardhan sudah memiliki inisiatif untuk meminta maaf pada Alea. Bagaimanapun dia tidak bisa sekasar itu pada seorang wanita, apalagi wanita itu istrinya sendiri. Dia teringat ceramah seorang ustad yang mengatakan sebaik-baiknya seorang pria adalah dia yang memperlakukan istrinya dengan baik dan lembut. Tidak mengasarinya dan juga tidak membentaknya.Tapi bagaimanapun juga, Ardhan tidak pernah mengharapkan semua ini. Dan lagi, gadis seperti Alea tentu akan sangat kesulitan mendapatkan kesempatan untuk bisa disukainya. Mengingat Alea yang polos dan terkadang mengesalkan itu.“Okelah, aku akan minta maaf nanti,” batinnya bergumam sambil melirik ke tempat Alea sibuk dalam diamnya.Sedangkan Alea bahkan enggan menoleh ke arah Ardhan yang sibuk dengan laptopnya

    Last Updated : 2023-06-01
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Chef Pujaan

    Ini pertama kali Alea diajak jalan-jalan Ardhan berkeliling kota. Mereka mampir ke sebuah kafe dan memesan beberapa minuman dan makanan ringan saja, karena mereka sudah makan malam. Alea yang memang sejak dulu suka sekali dengan dunia kulinair tampak bersemangat memesan beberapa menu makanan.“Yang ini saja Mbak, tolong jangan di kasih soda ya, saya tidak suka soda” ujar Alea saat menunjuk menu pada waiters yang akan mencatat menu mereka.“Baik, akan segera tersedia. Mohon bersabar!” ucap waiters itu.Ardhan memperhatikan Alea yang sepertinya sudah tidak menampakan kekesalan padanya. Lalu berusaha mengambil hatinya agar bisa membantunya.“Kau tampak terbiasa dengan menu-menu modern?” ucap Ardhan membuka obrolan.Alea tersenyum seraya berkata, “Sebenarnya saat merawat ibuku yang sakit, aku ikut kelas memasak online. Di sana juga diajarin membuat beberapa menu minuman dan banyak lagi. Karena itu aku tidak terpikir kuliah lagi, justru berpikir pengen berbisnis kuliner.”Ardhan menatap Al

    Last Updated : 2023-06-01
  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Obrolan Di Telpon

    Masuk di entrance perumahan, Ardhan menyapa para security dan melajukan mobilnya lagi menuju unit huniannya. Alea memperhatikan perumahan itu dan merasa takjub. Ardhan ternyata tinggal di perumahan yang mewah. Seumur-umur, tempat mewah yang pernah Alea kunjungi adalah rumah Hera. Tapi ini lebih terkesan mewah dan modern.“Rumahnya bagus-bagus, Kak?” Alea berkomentar sambil melihat-lihat dari jendela mobil.Ardhan tidak menyahut. Dia ingat kata Nadhim mertuanya, Alea anak rumahan yang lebih nyaman tinggal di rumah dan jarang pergi ke mana-mana. Melihat perumahan begini saja dia sudah terkesan.“Kakak kok tinggal di sini?” tanya Alea asal.Ardhan tidak paham dengan kalimat pertanyaan Alea. “Kamu bertanya atau heran atau bagaimana sih? gak jelas banget!”“Yeee, kan aku cuma nanya!”“Kalau tanya itu diawali dengan kata tanya. Jadi jawabnya juga enak, gak ambigu begitu.”“Tinggal jawab saja bawel!” gumam Alea lirih.Mobil memasuki halaman sebuah rumah. Setelah memarkirkan mobilnya, Ardhan

    Last Updated : 2023-06-04

Latest chapter

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Bahagia Sudah Kembali

    Dia sedang bermimpi. Mendengar bayi mengoceh di sampingnya. Matanya tidak mau membuka karena masih ingin menikmati ocehan bayi yang terdengar gemas di telinganya. Usia Vier sudah 3 bulan, seharusnya dia saat ini sudah mulai mengoceh. Alea jadi sedih mengingatnya. Suara itu tidak hilang di telinganya meski matanya perlahan terbuka dan termenung sesaat. Dia tidak sedang bermimpi. Suara ocehan itu masih ada. Perlahan dia menoleh ke samping. Deg! Bayi siapa itu? Alea terperanjat dan segera bangkit. Namun dia masih menatap bayi itu seolah mencoba memastikan bahwa apa yang dia lihat bukanlah ilusi semata, yang akan menghilang saat dia menyentuhnya. Tidak, jangan menyentuhnya! Nanti hilang. “Eeeeehhh!” suara bayi itu seperti merasa kurang nyaman dengan posisinya yang mencoba tengkurap tapi terhadang bantal. Bayi itu mulai menangis namun Alea belum juga bergeming. Masih menatapnya saja dan menikmati visual yang bisa dirasakannya. Tangannya mulai bergerak perlahan menyentuh bayi itu. Na

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Anakku Masih Hidup?

    “Mbak Sika dini hari begini ada apa?” Ardhan meminta Sika segera masuk.Sika terlihat menghela napas lega dan begitu saja melewati satpam yang galak itu mengikuti Ardhan. Napasnya tampak memburu karena tidak sabar ingin menyampaikan sesuatu.“Ada apa, Mbak? Mbak ada masalah?”Ardhan mendudukan Sika di teras. Dia melihat sika membuka penutup keranjang yang ditentengnya. Seorang bayi yang sedang terlelap. Ardhan heran Sika menyodorkan keranjang bayi itu padanya.“Bayi siapa, Mbak?” tanya Ardhan masih tidak mengerti.Baru ketika dia memperhatikan dengan jelas bayi yang terlelap dengan anteng itu darahnya berdesir hebat. Jantungnya seolah berhenti berdegup namun setelahnya berdegup dengan kencang. Wajah bayi itu membuatnya terkenang putranya. Sungguh bayi yang menggemaskan.“Mbak?!” Ardhan tidak ingin terlalu berhayal. Dia butuh kebenaran dari Sika.“Ini Javier, Pak!”

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Tamu Dini Hari

    Kondisi Hera mulai membaik setelah Alea menemuinya dan membesarkan hatinya. Perasaannya yang sudah bercampur aduk tidak karuan karena merasa bersalah sudah membuat cucunya hingga berakhir dalam tragedi yang mengenaskan. Hera merasa bertanggung jawab atas rasa tertekan sang menantu, hingga membuat kondisinya sendiri malah memburuk.Kehadiran Alea yang sudah bisa mengikhlaskan semuanya membuat Hera kembali punya semangat hidup lagi. Setelah ini akan ada Vier-Vier baru lagi yang terlahir dari rahim sang menantu.“Ajaklah istrimu berlibur. Sudah, anggap semua yang terjadi hanya mimpi buruk saja. Jangan pikirkan pekerjaan dulu.” Hera bertutur pada Adhan.“Baik, Ma!” ujar Ardhan begitu saja memenuhi keinginan sang mama. Sikapnya mulai berbeda setelah kejadian ini. Lebih banyak diamnya dan terlihat dingin dengan sekitar.Ya Allah, mudah-mudahan suamiku baik-baik saja. Batin Alea yang mulai merasa bahwa bukan hanya dirinya yang terli

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Ikhlas

    Ardhan baru membuka lengannya dari melindungi pandangannya yang silau karena ledakan api di vila. Melihat Alea sudah berlari menuju arah vila yang terbakar, Ardhan begitu terkejut namun segera mengambil langkah panjang untuk mengejar wanita yang sungguh membuat darahnya hampir berhenti mengalir itu.Begitu tubuh itu sudah ada dijangkauannya, Ardhan langsung meraihnya. Ledakan kedua terdengar membuat Ardhan dan Alea terpental di rerumputan beberapa meter dari tempat itu.“Lepas! Aku mau menyelamatkan anakku. LEPASIN!” Alea meronta mencoba mendorong dada Ardhan.“Sudah, Sayang! Sudah ya?” Ardhan mendekap dan mencoba menenangkan istrinya yang kalut itu. Dia sudah frustasi dan tidak berdaya melihat kilatan api itu. Hanya berharap anak buah Pram berhasil menyelamatkannya. Meski dia merasa itu tidak mungkin mengingat kobaran api yang segera membumbung sesaat setelah dia keluar rumah itu. Kemungkinan besar mereka terjebak di dalam.&ldquo

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Nekat

    “Bayimu manis sekali! Seharusnya akulah yang melahirkan anak-anakmu, bukan wanita laknat itu!” Naysila menggendong bayi yang terbungkus selimut itu sambil menimang-nimangnya. Melihat sikapnya yang manis dia tidak percaya bahwa wanita ini adalah iblis yang tega memberikan obat tidur pada bayi 2 bulannya.“Aku sudah mengabulkan permintaanmu yang pertama. Pram akan mengaburkan barang bukti itu dan mengakui itu hanyalah sebuah kesalahan. Kau akan bebas!” tutur Ardhan sambil terus mengawasi pergerakan Naysila. Menunggu kesempatan agar bisa merebut bayinya.“Apa buktinya? Kau bisa saja membohongiku. Kau sudah berkali-kali membohongiku Ardhan!”“Kau mau bukti bagaimana?”Sebentar terdengar sesuatu seperti ada yang datang. Tatapan Naysila menjadi tidak percaya pada Ardhan. Bukankah dia sudah memintanya datang sendiri tadi. Tapi sepertinya dia berbohong lagi.Dengan geram disambarnya botol minuman keras

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Menyelamatkan Javier

    Ardhan melakukan panggilan namun segera merijeknya untuk memastikan dan menunggu reaksi dari nomor tersebut. Pram sudah tidak sabar melacak lokasinya jika benar pemilik nomor itulah yang menculik Javier.Tidak berapa lama muncul notif pesan dari nomor tersebut. Netra Ardhan membulat membaca teks yang dikirimkan dari nomor itu.Pram yang juga membaca notif itu dari laptopnya menatap Ardhan terkejut. Fix, ini adalah penculiknya.[ Akhirnya kau mencariku! ]Begitu pesan yang terbaca di ponsel Ardhan.“Telpon dia!” tukas Pram.Ardhan menormalkan emosinya dan mencoba tenang sebelum menelpon ke nomor itu.Panggilan tidak langsung diangkat. Baru di panggilan ke tiga, seseorang itu mengangkatnya.“Hallo?” sapa Ardhan fokus mendeteksi suara apa saja yang bisa didengarnya dari dalam ponselnya sehingga bisa dijadikan petunjuk.“Hhhg!” suara itu baru terdengar di telinga Ardhan. Sepertinya d

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Siapa Penculiknya?

    “Anakku!? Mana anakku, Paman?” Alea tampak mendesak.Ketika pintu belakang mobil dibuka, keluarlah anak buah Pram membawa bayi yang tertidur lelap. Melihat selimut dan corak baju yang digunakan bayi itu, Alea merasa sedikit lega. Dia pun mengambil bayi itu dari tangan anak buah Pram dengan tidak sabar.“Vier? Kau tidak apa, Nak?” Alea memeluk sang bayi erat seolah takut kehilangannya lagi.Hera merasa sungguh bersalah karena kecerobohannya membiarkan baby sitter itu membawa cucunya hingga membuatnya hampir celaka. Dia baru hendak menghampiri sang menantu, tapi Alea sepertinya merasa ada yang tidak beres.“Tidak!” ujarnya menatap bayi itu. Pegangan tangannya tidak stabil dan Ardhan langsung mengambil alih bayi itu. Dia sama terkejutnya dengan Alea saat menatap bayi yang terlelap itu.“Ada apa?” Nadhim segera menghampiri. Cemas sekali takut sesuatu terjadi pada cucuny

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Javier Diculik

    Hari ini jadwal imunisasi Javier. Alea ditemani Hera dan Mita pergi ke rumah sakit. Tadinya Alea ingin Ardhan yang mengantarnya. Tapi Hera merasa cukuplah dia dan Mita yang mengantar, jadinya membiarkan saja Ardhan pergi ke kantor karena ada alasan meeting penting dengan dewan direksi.Karena sudah menghubungi dokter anak sebelumnya dan dokter keluarga Muradz pun sudah mereservasikan jadwal imunisasi, begitu baby Javier datang, imunisasi langsung berjalan dengan cepat dan lancar.“Cup, cup!” Hera menenangkan Javier yang menangis setelah mendapat imunisasi sambil menimang-nimangnya. Sementara Alea masih berkonsultasi dengan dokter anak.“Mama bawa Vier ke depan dulu ya, Al. Mungkin dia butuh suasana di luar!” ujar Hera membawa Javier keluar ruang spesialis dokter anak, di ikuti Mita yang mendorong strolernya.“Baby Vier masih full ASI kan, Ma?” tanya dokter anak itu.“Alhamdulillah masih, dok!&rd

  • Istri Cantik Pilihan Mamaku   Tidak Suka

    “Maaf Mbak, saya tidak bermaksud seperti itu tadi!” Mita melihat Alea yang sepertinya menilai cara bekerjanya yang kurang bagus. Dia tidak bisa membiarkan wanita itu akan protes pada yayasan tempatnya bekerja. Itu akan membuat gajinya lagi-lagi disunnat. “Saya sudah mengasuh 6 bayi sebelumnya, Mbak. Jadi apa yang saya lakukan tadi tidak bakal menyakiti bayi. Justru akan lebih baik karena dapat membiasakan bayi dan mengurangi reflek moronya.” Mita masih mencoba menjelaskan, tapi dia tahu Alea sepertinya tidak butuh sebuah teori. Atau jangan-jangan dia tidak tahu apa itu reflek moro pada bayi? “Terima kasih, Mita. Tapi untuk selanjutnya tolong berhati-hatilah!” ujar Alea berlalu sambil membawa Javier keluar kamar bayi.Mita menatap mama muda itu dan melenguh karena merasa wanita itu menyepelekannya. Tahu apa dia tentang merawat bayi? Kalau dia bisa merawat bayinya sendiri, untuk apa juga masih mempekerjakan pengasuh bayi? Benar-benar aneh.Tapi ini justru lebih baik. Dia jadi bisa b

DMCA.com Protection Status