Alea pulang di hari berikutnya dari rumah sakit. Hera dan Hamid masih enggan balik karena tidak tega meninggalkan menantunya itu. Mereka sedang bersantai di ruang tengah. Ardhan tidak pernah jauh dari Alea sejak di rumah sakit. Dia bahkan tidak membiarkan Alea berjingkat mengambil sesuatu sendiri. Membuat Alea justru tidak nyaman.“Aku cuma ambil remot, Kak!” tukas Alea saat Ardhan menahannya karena hendak mengambil sesuatu.“Kamu tinggal bilang kalau mau ambil remot. Aku bisa kok ambilkan!” Ardhan dengan cepat bergerak mengambil remot di samping Alea.Astaga! Berlebihan sekali pria ini.Hamid hanya tersenyum melihat anak dan menantunya itu. Diam-diam memperhatikannya di sela dia memeriksa ponselnya. Keduanya terlihat serasi dengan segala perbedaan itu. Ardhan pria yang keras sementara Alea gadis yang lebih terlihat lemah lembut. Secara dipikir memang tidak akan sejalan. Tapi bagi Hamid perbedaan itulah yang justru membuat mereka saling melengkapi.Hamid jadi sedih jika Alea sampai ti
PLAK!Naysila menampar pria itu dengan begitu murka karena sudah lancang menemui Ardhan. Rencana yang sudah disiapkannya jadi berantakan. Pria ini memang tidak pernah bisa diandalkan. Itu pasti karena Maminya yang selalu memanjakannya sedari kecil.“Kenapa kau malah menamparku?!” Mario melotot dan hendak menampar balik adik perempuannya itu. Dia selalu menyalahkan Naysila karena putus dari Ardhan. Jadinya dia tidak bisa memeras adiknya itu dan memintai uangnya.“Jangan melotot! Kau sudah membuat berantakan apa yang sudah aku rencanakan!”“Memang apa rencanamu? Ardhan sudah tahu banyak hal tentangmu, bahkan kehamilanmu yang berusia lebih lama dari kalian tidur bersama. Kamu sajalah yang bodoh! Pikir pakai otak kalau tidur dengan pria lain? Malah hamil lagi!” Mario masih mengelus pipinya yang panas karena tamparan Naysila.“Kau tahu aku tidur dengan siapa?!” Naysila berteriak, kecewa dengan sikap kakaknya itu.“Siapa lagi kalau bukan Dygta!” jawab Mario yang juga berteriak. “Kau bohong
Alea merasa tidak seharusnya meladeni wanita ini. Dia tidak ingin jadi viral kalau saja sampai tidak bisa menahan diri hingga menjambak rambut wanita yang sudah menjebak suaminya untuk tidur bersamanya. Diletakkannya baju-baju bayi ke raknya lagi lalu dia berlalu dari wanita ular itu. Mulutnya sangat berbisa. “Hah, ada yang mulai ketakutan nih!” ledek Naysila saat Alea berlalu. Bodohnya Alea yang malah balik lagi untuk menyangkal ucapan Naysila bahwa dia takut mendengar sesuatu dari Naysila. “Apa maumu? Tidak cukup menjebak laki orang dan sekarang pura-pura hamil anaknya?” “Pura-pura hamil anaknya? Ini memang anaknya kok!" Dengan wajah datar Naysila semakin ingin memancing emosi Alea. "Sebelum menjadi laki orang, Ardhan adalah laki-lakiku. Karenanya, kau seharusnya bisa sadar mengapa sampai suamimu itu tidur denganku!” Naysila tidak ingin melepaskan kesempatan ini untuk menekan Alea. Dia tidak akan puas sampai wanita itu benar-benar terpengaruh. “Penjebakan itu hanya sebuah keb
Dia datang ke apartemen Pram dan memintanya untuk menyuruh anak buahnya membelikan cilok. Pram hanya terkekeh melihat Ardhan yang menjadi konyol itu hanya perkara cilok.“Perjalanan ke Bandung sekitar 2-3 jam. Pulang pergi bisa menghabiskan 5 jam-an lebih. Jadi harus memperkirakan itu agar istrimu percaya kau benar-benar pergi ke Bandung hanya untuk membeli cilok.” Pram melempar rokok untuk Ardhan.Ardhan tidak banyak bicara dan menghisap rokok itu. Dia kemudian menanyakan perkembangan pekerjaan Pram.“Aku baru dapat info menarik tentang pria itu. Beberapa bulan yang lalu ada seorang pria yang mencarinya untuk memintai pertanggungjawaban karena keponakannya hamil.”Ardhan tercengang. Dia melihat Devano pemuda yang jauh dari hal seperti itu. Di samping usianya masih muda, Devano hanya terobsesi pada istrinya. Bagaimana ada informasi seperti itu?“Aku menemukan pria yang mencoba meminta pertanggungjawaban itu. Dia pengelola salah satu bar di kota ini. Katanya Devano datang dan mabuk ber
Pintu diketuk beberapa kali tapi tetap tidak ada reaksi dari orang yang di dalam sana untuk membuka. Beberapa pria itu hendak memutuskan untuk mendobrak pintu tapi segera dihentikan karena kedatangan seseorang.“Tuan!” semuanya tertunduk memberi hormat pada pria yang datang.“Sudah berapa lama dia seperti itu?” tanya pria itu yang tidak lain adalah Reynal Nugros.“Sejak kemarin, Tuan! Tuan Devan tidak pernah mengunci pintu. Karenanya kami merasa cemas,” ujar salah seorang dari mereka.Reynal tampak berpikir apa yang sudah membuat adiknya itu sampai seperti ini. Sejak kecil dia anak yang manis dan tidak pernah mengeluhkan apapun. Orang tua mereka sudah 5 tahun ini memilih tinggal di Hongkok dan mengurus bisnis mereka di sana. Jadi Devano hanya tinggal bersama para pembantunya sejak SMA. Reynal yang sibuk pun hanya sesekali datang mengunjungi adiknya itu. Dalam kurun 5 tahun terakhir keluarga mereka berkumpul hanya beberapa kali saja.“Beritahu aku apa yang terjadi?” Reynal duduk di
Dering ponsel Alea terdengar dan si empunya yang sedang sibuk membuat sesuatu di dapur keluar menghampiri nakas di dekat layar televisi yang besar itu. Alea tidak tahu nomor siapa itu. Tapi dia mengangkatnya juga.Betapa senangnya dia saat mendengar suara Arya, adiknya yang lucu. Dia heran Arya menelpon menggunakan ponsel siapa?“Ini nomor siapa?” tanya Alea setelah berbasa-basi.“Ini nomor bu guru, Kak. Aku dan teman-teman dari Dufan, sekarang ada di toko roti!” ujar Arya tampak bahagia.“Enak banget rekreasi terus sekolahnya?”“Iya, Kak. Habis ini kita akan belajar membuat kue. Sepertinya ini tidak jauh dari rumah Kakak!” Arya kembali menyampaikna kegiatannya.“Woah, mau buat kue? Di mana itu?” Alea penasaran. Kalau tidak jauh dari rumah Alea akan menemui adiknya itu.“Di Mama Rita Bakery and Cake”Alea tentu tahu toko itu. Mama Rita temannya saat di cooking class musim sebelumnya.“Oh, Kakak tahu tempat itu. Itu toko kue milik teman Kakak. Kau mau Kakak datang menemuimu?”“Iya, Ka
Ardhan mempercepat urusannya agar bisa pulang dan menemani istrinya di rumah. Setelah memarkir mobilnya di halaman rumah, dia baru membuka ponselnya. Barangkali saja ada pesan masuk yang belum dia baca karena harus fokus menyetir.Ada beberapa panggilan dari Alea. Mungkin karena panggilannya tidak terjawab, Alea kemudian mengirim pesan dan menyampaikan bahwa dia keluar untuk menemui Arya yang sedang belajar bersama teman-temannya membuat kue di Mama Rita cake and bakery.“Baru setengah jam yang lalu kok, Pak!” jelas Sika menjawab pertanyaan sang tuan tentang istrinya.Kalau yang dituju adalah Toko roti milik temannya itu, Alea pasti sudah sampai di sana. Dia mencoba menghubungi ponsel Alea. Herannya, ponsel diluar jangkauan. Ardhan mengernyitkan keningnya. Tidak mau banyak berpikir. Dia langsung kembali ke mobil untuk pergi ke tempat Alea pergi.“Pak Ardhan di sini?” tegur Toni yang sedang ngopi di depan toko langsung berdiri
CRAAANG! PYARRRR!Bunyi kaca pecah saat Ardhan dengan penuh kemarahan melempar seorang pengawal hingga mengenai meja kaca. Satu pengawal menarik pelatuk pistol namun Ardhan dengan gesit menghindar hingga tembakan itu mengenai tempat lainnya. Ardhan dengan sigap menodong Reynal dengan pistolnya.“Katakan dimana pria keparat itu?!” teriak Ardhan pada Reynal.“Moli… Jack…” Reynal yang merasa terancam mencoba memanggil beberapa keamanannya. Namun mereka sudah ditangani anak buah Pram.“Untuk urusan istriku, aku bisa saja membunuh orang! Jadi jangan bermain-main denganku!” Ardhan tidak bercanda. Sebagai seorang suami tentu tidak akan membiarkan ada pria lain yang melarikan istrinya. Apalagi dia sedang hamil. Harga dirinya sungguh dipertaruhkan.“Tidak, kau tidak bisa melakukan hal ini di negara hukum!” Reynal sebenarnya takut dengan todongan pis