Petra pulang ke rumah bersama dengan Shaka. Mereka menunjukkan raut wajah sedihnya di hadapan Mia yang sibuk memilih baju mana yang bagus dipakai dihari pernikahan Shaka dan juga Valery. “Kalian ini kenapa pulang-pulang wajahnya kok begitu.” tanya Mia heran.“Aku baru saja bertemu dengan Sophia. Dia memberikan amplop coklat ini padaku.” ungkap Petra. Mia yang penasaran pun mengambil amplop coklat dan membukanya. Isinya hanya surat pengadilan yang dimana Shaka dan juga Sophia sudah resmi bercerai. Bukannya sedih atau kecewa dengan keputusan Sophia, Mia malah tersenyum dan nampak bahagia. “Bagus dong kalau Shaka sudah berpisah dari perempuan cacat itu. Dia memang tidak layak menjadi pendamping Shaka.” cetus Mia. “Kenapa ya Mami itu tidak tahu malu mengatakan hal itu. Padahal sudah jelas perceraian ini terjadi karena Mami. Kalau saja Mami tidak mendorong Sophia hingga terjatuh, mungkin anakku saat ini masih ada.” Mia memutar bola matanya malas. “Secara tidak langsung kamu sudah menu
Merentangkan kedua tangannya, Sophia pun tersenyum penuh dengan arti. Pagi ini Alcand mau datang ke rumah untuk ikut sarapan bersama, Sophia sudah memberitahu ibu dan ayahnya untuk menyiapkan lebih banyak makanan pagi ini. Menyiapkan diri lebih dulu, Sophia pun sudah siap dengan dress coklat tua polos yang dia kenakan. Wanita itu mempoles wajahnya dengan bedak tipis lalu lipstik berwarna nude kesukaan Sophia.“Cantik banget anak Ibu.” goda Lita. Kedua pipi Sophia pun bersemu merah, jantungnya berdegup kencang seolah ingin lompat dari tempatnya. Ini hanya sarapan pagi seperti biasanya, mereka juga sering bertemu, lalu kenapa juga jantungnya bereaksi berbeda? Seharusnya tidak seperti ini, lagian ini tidak berlebihan. “Ibu jangan menggodaku.” Lita tertawa kecil, dia pun langsung menatap ulang makanan yang sudah jadi di meja makan kecilnya dengan rapi. Menu sederhana yang jauh dari kata mewah, Lita hanya berharap jika Alcand tidak akan kecewa dengan masakan Lita. Suara ketukan pintu m
Tepat jam tujuh malam, Sophia sudah siap dengan penampilan nya yang elegan. Dia pun duduk di teras rumahnya sambil meremas kedua tangannya, tiba-tiba saja tangannya berkeringat, jantungnya juga bereaksi berlebihan. Entah apa yang terjadi, tapi Sophia tidak suka dengan hal ini. Dia baru saja di sakiti oleh Shaka masa iya dia harus jatuh cinta dengan Alcand. Tidak!! Itu tidak mungkin!Ucapkan Alcand waktu itu tidak benar. Itu hanya gurau saja, mana mungkin Alcand meminta cinta pada Sophia yang jelas-jelas seorang janda yang sudah tidak suci lagi. Sedangkan di kontrak yang tertulis mereka tidak dibolehkan saling menyentuh satu sama lain.“Bu, nunggu bapak Alcand ya.” kekeh Ayu. Sophia hanya menggeleng, “Tidak. Aku cuma ingin duduk di teras saja.” “Loh, tidak papa Bu kalau iya. Saya setuju Ibu dengan pak Alcand.” “Jangan banyak berharap, kita tidak sedekat itu.” Ayu ingin menyela, membuka mulutnya dan menjawab ucapan Sophia. Tapi dia urungkan ketika ada sebuah mobil yang berhenti di d
“Dia itu kekasih Valery yang baru.” ucap Alcand tiba-tiba.Sophia menatap Alcand dengan penuh tanda tanya. “Maksudnya? Bukannya Valery kembali dengan Shaka dan sebentar lagi mau menikah?” “Memang.!! Shaka itu terlalu bodoh, aku sudah mengingatkan tapi dia tidak peduli sama sekali.” Sophia masih tidak mengerti dengan apa yang Alcand katakan. Hanya saja dia cuma tahu kalau Shaka sangat mencintai Valery dan ingin kembali.Disini Alcand menjelaskan dengan detail, jika selama ini Valery itu tidak mencintai Shaka. Dia hanya memanfaatkan Shaka saja untuk hidupnya. Awalnya Valery juga seorang model terkenal, tapi karirnya hancur karena ulah dia sendiri yang suka keluar masuk apartemen dengan suami orang. Kasus itu sempat viral dan semua orang tahu akan hal itu, Alcand tidak tahu Shaka tau masalah itu atau tidak. Tapi dengan cepat Valery langsung meminta para wartawan untuk menutup kasus itu, apalagi waktu itu Valery dan Shaka sedang pendekatan. Mungkin untuk terlihat menjadi orang yang baik
Sophia melipat tangannya di dada sambil menatap beberapa bingkisan di atas meja. Alis wanita itu terangkat sebelah, lalu menatap dua pria yang berdiri di hadapannya dengan raut wajah kebingungan.“Ini kalian ada acara apa sampai membawa banyak sekali bingkisan ke rumahku.” tanya Sophia heran.“Tidak ada. Hanya ingin memberi saja. Aku melihat ada gaun bagus jadi aku beli.” jelas Asriel menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.“Aku juga. Aku melihat flatshoes bagus, lalu ingat kamu terus aku beli juga.” sambung Alcand. Sophia mendesah, dia pun duduk di kursi single dan memijat pelipisnya pusing. Tidak seharusnya mereka datang ke rumah ini dengan membawa banyak barang. Baju dan juga flatshoes milik Sophia sudah terlalu banyak, meskipun harganya murah dan tidak semahal seperti yang mereka belikan tapi Sophia nyaman. Mereka tidak perlu membawa bingkisan ke rumah jika ingin bertemu dengan Sophia. Tidak perlu membawa banyak barang atau apapun itu, Sophia tidak membutuhkan hal itu. Mereka
Mengacak rambutnya, Sophia tak henti-hentinya memikirkan malam itu. Dimana dia dan juga Alcand sedang berada di tengah laut hanya untuk makan malam bersama.Malam itu … Pujian Alcand memang sempat membuat jantung Sophia berhenti berdetak. Itu hanya ucapan biasa tapi entah kenapa efeknya luar biasa sekali, mampu membuat seluruh aliran tubuh Sophia berhenti. Ini bukan ucapan pertama, bahkan berkali-kali sejak dulu Alcand selalu memuja Sophia dengan kata cantik. Hanya saja kenapa kemarin membuat Sophia seolah hilang akal? Apa ini yang dinamakan rasa tertarik? Atau mungkin jatuh cinta yang sesungguhnya? Karena tidak hanya dengan Alcand saja Sophia merasakan debaran jantung yang sama ketika dengan Shaka. Tidak! Ini hanya rasa tertarik bukan rasa cinta atau apapun itu. Ya, itu rasa tertarik bukan suka atau selebihnya. Setelah insiden menyelipkan rambut, Alcand meminta Sophia untuk segera duduk. Dan lagi, Sophia harus terkejut dengan sebuah rangkaian bunga not forget me yang sangat cantik
Untuk mengusir rasa bosan, Sophia memilih untuk meneguk coklat hangat cafe di salah satu cafe dekat dengan toko bunga. Matanya terarah pada sebuah toko kue dan juga cemilan lain yang berdiri kokoh di depan cafe ini. Toko mama, yang menyediakan banyak sekali kue dan cemilan. Dan Sophia sering kali mendapatkan bingkisan dari toko mama itu. Tapi akhir-akhir ini Sophia tidak lagi mendapatkan paket misterius dari toko mama. Kalaupun ditanya siapa yang membeli karyawan dan juga pemilik toko kue tersebut tidak memberitahu Sophia siapa yang mengirim cemilan itu. Meskipun Sophia penasaran, tapi tetap saja Sophia tidak menerima informasi apapun.Dan sampai saat ini Sophia tidak tahu pengiriman yang sebenarnya. Sedangkan Sophia ingin tahu apa motif dari paket yang sering diterima dari toko mama. Minimal Sophia tahu alasannya saja sudah lebih dari cukup. “Hai Nona … sedang melamun?” Ucapan itu membuat lamunan Sophia buyar. Dia pun menatap ke arah samping, dimana Asriel yang datang dengan satu c
Kehidupan Sophia benar-benar seperti yang Sophia inginkan. Dia tidak harus mendengar cacian maki dari orang yang tidak suka dengannya. Sekarang ada lebih banyak orang yang menghargai lebih menghargai Sophia. Doa tidak perlu takut lagi tentang siapa yang akan mau menikah dengannya atau tidak. Dan Sophia tidak perlu memikirkan hal itu.Menggaruk tanah dan menabur benih bayam, Sophia ingin menanam banyak sekali sayur di samping lahan kosong rumahnya. Sayang sekali jika tanah kosongnya dianggurin, sedangkan yang sampingnya sudah ada taman bunga yang lumayan banyak dan siap panen. Katanya, siang nanti akan ada orang suruhan Sion untuk mengambil bunga di rumah. Tapi sudah sampai sore begini tidak ada orang yang datang ke rumah. Apa mungkin Sion lupa ya? Maklum saja ayahnya itu sudah tua dan gampang sekali lupa. Sophia sengaja tidak datang ke toko bunga karena ingin bertanam di rumah sendiri.Kembali menabur benih Sophia malah mendengar pertengkaran kecil di sekitar rumahnya. Sophia mengeru