“Meeting dibatalkan!! Kita bertemu kembali minggu depan.” ucap Shaka.Semua orang yang ada di ruangan meeting pun menatap Shaka dengan alis yang mengerut. Dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa meetingnya dibatalkan secara mendadak? Sedangkan Shaka tahu jika meeting ini sangat penting untuk proyeknya yang ada di luar negeri. Ya, setelah menikah Petra meminta Shaka untuk mengurus perusahaan yang ada di luar negeri. Ada beberapa cabang dan juga kerja sama di negara maju, yang memang sejak dulu harus ditangani oleh Shaka. Hanya saja karena kejadian itu semuanya berubah, Petra baru melepas perusahaan itu setelah Shaka menikah. Pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi yang ada Shaka tidak menemukan siapapun di rumah, kecuali lampu rumah yang masih menyala. Ini bukan pagi hari, tapi lampu rumahnya masih juga menyala. Lagian apa sih kerjaan Sophia di rumah? Dari sudut ke sudut rumah ini, Shaka tidak menemukan Sophia sama sekali. Rumah ini benar-benar kosong, jika Sophia pulang ke r
Tau apa soal cinta dan memanfaatkan? Bahkan setelah kecelakaan itu Sion memberitahu Shaka jika tidak ada satu pria pun yang mendekati Sophia lebih dari teman. Hubungan mereka akan putus dan berakhir dengan di pria yang memilih wanita lain yang lebih sempurna dari Sophia. Itu pun terjadi ketika Sophia masih memakai seragam abu-abu, dia tidak memiliki banyak teman. Beberapa saja, ada yang kerja kelompok sampai ke rumah Sophia. Sion pikir salah satu di antara mereka menyukai Sophia karena cara bicara dan sifatnya yang memerlukan Sophia dengan lembut. Tapi yang ada ketika Sion mempertanyakan hal itu, Sophia memilih untuk diam. Meskipun Sion tahu kenapa alasannya tapi dia ingin mendengar langsung dari mulut Sophia. Tapi yang ada sampai dewasa pun Sion tidak pernah mendengar Sophia menceritakan satu pria yang dia sukai atau sedang dekat dengannya. Tentu saja karena fisiknya yang kurang beruntung, sehingga membuat para pria memilih untuk pergi ketimbang menetap di sisi Sophia. Secantik apapu
Mendengar hal itu mata Sophia pun melebar dengan sempurna. Dia pun menatap Alcand dengan tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu melontarkan kata-kata seperti itu dengan mudah, sedangkan di ruangan ini tidak hanya ada mereka berdua. Tapi juga dengan Shaka yang sudah menunjukkan wajah tidak sukanya dengan ucapan Alcand.Bukannya takut, Alcand malah tertawa kecil dan masuk ke dalam ruang inap Sophia tanpa dosa. Tentu saja hal itu langsung membuat Sophia canggung setengah mati. Tadi pagi, Sophia sudah meminta Alcand untuk pulang lebih dulu. Setidaknya dia harus mandi dan mengganti pakaiannya bukan? Tapi yang ada Alcand malah menolak dan meminta orang suruhannya untuk mengantarkan baju dan juga peralatan mandi untuk Sophia. Dia bertanggung jawab pada hidup Sophia yang sedang sakit. Alcand menganggap jika Sophia sakit itu karena ulahnya bukan yang lain. Alcand selalu menyalahkan dirinya dan mengatakan hal yangs ama. Andai saja malam itu mereka tidak keluar menggunakan motor, mungkin hal ini
Shaka berdehem, lalu menguap dan merentangkan kedua tangannya ke udara. “Ini jam berapa?” tanyanya dengan santai.“Jam tiga sore. Mau pulang?” jawab Sophia. Alis Shaka terangkat sebelah, dia pun menggeleng. “Papi belum datang?” Disini Sophia langsung menggeleng, sejak pagi Petra memang belum datang sama sekali. Petra bilang jika dia datang sore hari, karena harus menggantikan pekerjaan Shaka yang terbengkalai. Ada banyak sekali file yang tidak dikerjakan oleh Shaka, itu sebabnya Petra bertahan di kantor sampai jam kantor pulang. Mendengar hal itu Shaka hanya mengangguk kecil, dia pun menatap Alcand yang sejak tadi diam saja di samping Sophia.“Itu patung kalau nggak berguna suruh pergi aja!!” cetus Shaka menatap Alcand. “Apa sih!!” decak Alcand. Dia pikir Shaka tidak tahu apa yang terjadi, dan apa yang membuat Alcand diam seribu bahasa? Bagaimana bisa seorang Alcand yang disentuh begitu saja langsung salah tingkah. Apa mungkin Alcand benar-benar tertarik dengan Sophia si cacat itu
Pintu ruang inap dibuka begitu lebar oleh seseorang. Sophia sampai memiringkan kepalanya dengan harapan jika itu bukan Shaka. Tapi sialnya, yang barusan masuk adalah Shaka dan juga satu pria paruh baya yang datang bersama dengan Shaka.“Pah … .” Tentu saja hal itu langsung membuat mata Sophia hampir saja lepas dari tempatnya. Orang yang barusan di panggil Pah itu tadi ayah Alcand? Seketika itu juga Sophia langsung menatap Alcand dengan kening yang berkerut. Lebih tepatnya menyamakan antara ayah dan anak ini yang terlihat hampir mirip. Dari hidung dan juga bentuk alisnya sama, belum lagi meskipun ayah Alcand sudah tua tapi masih terlihat tampan dan maskulin. Jangan-jangan bapak dan anak lagi adu fashion atau gimana sih, stylenya pun juga hampir sama. Bedanya ayah Alcand lebih dominan ke formal, sedangkan Alcand lebih ke santai tapi terlihat rapi dan cocok. “Ini Papa aku.” kata Alcand memperkenalkan ayahnya pada Sophia. “Papa kok bisa masuk sama dia?” katanya kembali menunjukkan ke
“Kalian lagi bahas apa kok tegang banget?” ucap Alcand yang baru saja datang. Pria itu tadi pamit pulang sebentar untuk mengantarkan baju kotor ke rumah dan membawa baju bersih. Tidak hanya itu Alcand juga membawa alat tempur kerjanya di rumah inap Sophia. Meskipun wanita itu sudah memaksa Alcand untuk pulang dan istirahat, tapi nyatanya Alcand menolak dan kembali lagi. Padahal jika dipikir masih ada hari esok untuk dia datang.Ah ya, masalah pertanyaan Shaka tentu saja Sophia belum memberikan jawaban apapun pada pria itu. Dia masih ingat betul tentang kontrak yang Shaka buat untuk dirinya. Tidak ada yang namanya mengenal satu sama lain, tidak ikut campur satu sama lain. Dan kali ini Shaka malah mengingatkan ucapan Petra? Apa iya Sophia harus mengingatkan isi kontrak yang Shaka tulis sendiri? “Tidak ada. Aku cuma mengupas apel sama jeruk aja.” Shaka terlihat santai, tapi tidak dengan Sophia yang masih saja bingung dengan ucapkan Shaka. Reaksi Sophia membuat Alcand tidak percaya. Di
Mungkin ini hari kelima Sophia menginap di rumah sakit, dia meminta dokter untuk mengizinkan dia pulang. Sungguh, semahal apapun tempat ini nyatanya Sophia tidak betah jika harus berlama-lama di rumah sakit. Dia rindu rumahnya, rindu tempat duduknya dan juga toko bunganya. Hampir setiap hari Sophia kepikiran bunga yang ditanam di depan rumah apakah tanamannya mati atau hidup? Sedangkan tanamannya sudah waktunya di pupuk agar berbunga dengan cepat. “Ayolah Dok, saya sudah merasa baikan. Saya ingin pulang.” rengek Sophia. Dokter Dany pun hanya mampu tersenyum, selama menginap kondisi Sophia memang sudah menunjukkan banyak perubahan. Dia sudah mau makan banyak, obat yang diberikan pun diminum secara rutin, hanya saja Alcand masih menahan Sophia dengan alasan wanita itu masih belum sembuh total. Sedangkan penyakit yang diderita Sophia ini memang tergolong paling lama fase penyembuhan nya, tapi melihat perubahan Sophia membuat dokter yakin. Jika ingin sembuh cepat berawal dari diri sendi
Setelah sarapan, Sophia tidak tahu harus melakukan apa. Semua pekerjaan rumah hingga memasak semuanya ditangani oleh Ayu, meskipun Sophia meminta Ayu untuk mengepel rumahnya setiap dua atau tiga hari sekali saja tidak perlu setiap hari. Lagian lantai rumah ini juga tidak begitu kotor, di sapu pun juga sudah bersih menurut Sophia. “Bu Sophia butuh sesuatu?” tanya Ayu memastikan. Dia tidak tahu harus melakukan apa setelah semua pekerjaan rumah selesai. Dia juga sudah menyirami tanaman Sophia di depan rumah dan samping rumah, meskipun ada banyak yang mati tapi menurut Ayu ada beberapa bunga yang sudah berbunga. “Tidak ada. Kamu istirahat saja jika tidak ada kerjaan, Ayu.” “Tapi Bu, saya ‘kan di bayar untuk kerja bukan untuk tidur. Saya takut Bu Sophia manggil saya, tapi saya tidak dengar.” Untuk saat ini Sophia tidak membutuhkan apapun, karena dia sendiri juga bingung mau minta apa dan melakukan apa. Sophia saja mencari kegiatan agar dia tidak bosan di rumah, malah di tawarin butuh
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a