Shaka benar-benar mengantar Sophia ke cafe baru Alcand. Disana wanita itu bisa melihat Alcand yang sudah menunggunya di depan cafe, sesekali menatap jam tangan mahalnya yang lingkaran indah di pergelangan tangan kirinya.Sophia berdehem. “Udah nunggu lama ya?” katanya dengan suara pelan.Alcand tersenyum, tapi senyum itu luntur setelah melihat Shaka yang tiba-tiba saja turun dari mobil dengan wajah arogan nya. “Kenapa tikus curut diajak? Katanya kesini sendiri, kenapa sama dia?” “Aku juga tidak tahu. Kemarin aku sudah berdebat dengan dia masalah ini, tapi Shaka tetap ngeyel nganter aku kesini.” “Maklum saja sih terancam miskin kalau nyia-nyiain kamu lagi.” kekeh Alcand.Sophia tertawa mendengar hal itu, dia pun meminta Alcand untuk menunjukkan tempat mana yang harus dihias. “Mau bunga apa?” Untuk masalah itu Alcand menyerahkan semuanya pada Sophia. Mau dikasih bunga apapun itu terserah Sophia yang penting bunganya bagus dan wangi. Alcand hanya minta pada Sophia untuk mengganti bunga
“Valery sakit, jadi aku harus menginap di rumahnya. Dia juga marah, karena menganggap kamu berhak atas diriku dan juga hidupku.” ucap Shaka.Sophia menoleh cepat menatap Shaka yang duduk di sampingnya sambil menyiapkan obat untuk Sophia. “Valery sakit apa?” “Demam. Dia kelelahan karena banyak job.” Sampai disini Sophia lupa jika kekasih Shaka adalah seorang model. “Begitu ya. Kamu akan lebih sering ke tempat Valery?” “Ya. Aku ingin merawat dia.” “Baiklah, pergilah. Aku akan menghubungimu jika ayahmu datang berkunjung ke rumah ini.” Mendadak Shaka pun langsung menghentikan aktivitasnya, dia menatap Sophia dengan dalam dan menilai raut wajah wanita itu dengan serius. Shaka mengajak Sophia untuk memulai hubungan baru, tapi kenapa hal seperti ini langsung membuat Sophia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Shaka? Kenapa wanita itu tidak menahan Shaka untuk tidak pergi? Meskipun Shaka tidak ingin, tapi kan tidak ada salahnya jika Sophia lebih dulu menahan Shaka untuk tidak pergi ke ruma
Sophia pikir Shaka tidak akan mengantarkan Sophia pergi ke rumah sakit hanya untuk sekedar periksa. Dan ternyata pagi tadi Shaka sudah siap menunggu Sophia di meja makan untuk sarapan bersama. Sophia pikir Shaka ingin pergi ke kantor karena membawa tas hitam yang sering dia bawa pergi ketika bekerja. Taunya malah Shaka benar-benar mengantar Sophia pergi ke rumah sakit bertemu dengan dokter Dany.Kondisi Sophia sudah membaik, hanya saja ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh Sophia. Dari makanan pedas, asam hingga makanan yang mengandung santan dan juga kopi. Bahkan dokter Dany juga meminta Sophia untuk tidak terlalu banyak makan buah yang asem, itu bisa memicu kembali penyakit lambungnya naik. Tidak hanya itu, Dokter Dany juga menyarankan Sophia selalu bersedia obat maag, karena penyakit itu bisa kambuh kapan saja tanpa disadari.“Ada lagi?” ucap Shaka penasaran. “Sudah cukup itu saja. Jaga pola makan yang baik ya jangan sampai telat makan. Dipastikan jika satu hari makan ti
Sampai dirumah Shaka dikejutkan oleh kedatangan Petra dan juga Mia ke rumahnya. Kedua orang tuanya ibu sering sekali berkunjung setelah Sophia sakit, lebih tepatnya Petra karena Shaka tahu ibunya itu hanya mengekor di balik punggung ayahnya yang begitu menyayangi Sophia. "Papi … Mami." panggil Shaka gugup.Petra mengerutkan keningnya, "Kenapa wajah kamu panik melihat kedatangan kami? Apa yang kamu lakukan, Shaka?" "Tidak ada!!" jawab Shaka cepat.Tentu hal itu membuat Petra curiga, dia hanya tidak mau hal yang lalu terulang kembali. Dimana Shaka sama sekali tidak peduli dengan Sophia. Dan malah orang lain yang begitu peduli dengan Sophia. Petra hanya tidak ingin Sophia berpaling ke orang lain hanya karena kurang diperhatikan oleh Shaka. Itu sebabnya Petra meminta Shaka untuk lebih banyak menghabiskan waktu berdua dengan Sophia ketimbang di luar sana. Apalagi orang yang dekat dengan Sophia adalah Alcand teman Shaka sendiri. Masa iya nanti akan ada berita jika seorang teman telah meni
Suara ketukan pintu yang cukup kencang membuat Sophia mengerutkan keningnya. Wanita itu ingin bangkit dari duduknya dan melihat siapa yang datang ke rumahnya sepagi ini, tapi Shaka melarang dan meminta Ayu yang membuka pintu rumahnya. ini masih cukup pagi untuk bertamu. Shaka meminta Ayu menanyakan keperluan tamu itu apa, jika hal yang tidak begitu penting Shaka meminta Ayu untuk mengusir tamu itu. Tapi jika benar-benar penting dan urgent Shaka meminta Ayu untuk mempersilahkan tamunya masuk menunggu Shaka dan juga Sophia untuk selesai sarapan.“Selamat pagi, maaf ada keperluan apa ya?” tanya Ayu sesopan mungkin.“Dimana Shaka? Aku ingin bertemu dengan Shaka.” “Iya, ada perlu apa ya Mbak. Bapak sedang tidak ingin diganggu.” Valery yang tidak tahan dengan semua ini pun mendorong Ayu untuk pergi dari hadapannya. Dia tidak suka ada banyak sekali pertanyaan tentang dirinya dan ada perlu apa dia datang kemari. Yang jelas Valery tidak Terima jika Shaka lebih sibuk dengan Sophia ketimbang di
“Urus saja, saya harus pulang!!” ucap Shaka. Vindy sekretaris Shaka pun mengangguk, dia melipat berkas yang ada di hadapan Shaka lalu membawanya keluar ruangan. Terlihat sangat jelas jika Shaka begitu lelah dan pusing, Vindy tidak bisa memaksa Shaka sedikitpun untuk menghadiri pertemuan yang bisa saja diwakilkan oleh dirinya. Meraih tasnya Shaka memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu, dia harus menjemput Sophia lebih dulu di rumah Alcand. Lagi tadi, setelah sampai di kantor Shaka memang dengan sengaja mengirim pesan pada Sophia jika dia ingin makan siang bersama di rumah. Sophia setuju, dia akan menyiapkan makan siang untuk mereka. Hanya saja untuk mengusir rasa bosan, Sophia ingin pergi ke toko bunga. Dia sudah lama sekali tidak ke toko bunga hanya sekedar melihat ayah dan ibunya. Tapi yang ada Alcand datang dan langsung membawa Sophia pergi ke rumahnya. Itu pun juga Sophia mengirim pesan pada Shaka jika dirinya di rumah Alcand dan meminta Shaka untuk menjemputnya jika dia belum
Shaka terbangun dengan keadaan sesak. Dia pun membuka matanya perlahan dan mengerutkan keningnya. Handuk dingin ini masih ada di keningnya dan Shaka mengambilnya dengan pelan. Lalu menatap Sophia yang tidur di dalam pelukannya dengan posisi duduk. Jadi semalam dia merawatku? Batin Shaka. Menghembuskan nafasnya berat, Shaka pun menggoyangkan tubuh Sophia hingga wanita itu terbangun. “Aku merasa sesak.” ucap Shaka..“Maaf, aku ketiduran ya.” jawab Sophia pelan sambil mengucek kedua matanya. Lalu beralih pada handuk dingin di tangan Shaka dan merebutnya. Tak lupa juga Sophia memeriksa kembali suhu tubuh Shaka yang tidak seperti semalam. “Kemarin malam kamu demam tinggi, aku sudah menghubungi Valery untuk menjenguk. Karena kamu terus memanggil namanya, aku tidak tahu harus berbuat apa malam itu aku cuma bisa mengompres saja.” jelas Sophia menunduk. “Hmm, tidak apa. Terimakasih sudah merawatku, istirahatlah aku sudah membaik.” Sophia menggeleng, dia sudah tidur beberapa jam dan itu sud
“Pipimu mengembang, apa kamu makan dengan baik?” kekeh Petra. Petra menghembuskan nafasnya kasar, “Apa sih!! Kalau tidak sakit aku juga tidak mungkin seperti ini.” “Aku tau, makanya aku tertawa.” Itulah yang dikatakan Petra pada Shaka beberapa hari yang lalu ketika dirinya sakit. Setelah merasa membaik, Shaka bahkan langsung pergi kerja demi mengejar beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan sebelumnya. Bertemu dengan beberapa klien dan juga orang kantor membuat pikiran Shaka luas, setidaknya dia tidak terus menghina Shaka yang katanya berat badannya naik terus menerus setelah sakit. Sampai saat ini Shaka tidak berani untuk naik ke timbagan hanya sekedar ingin tau berat badannya. Dia mendadak takut jika berat badannya benar-benar naik hanya karena ulah Sophia.“Aku mau kita putus!!” Ucapan itu membuat lamunan Shaka bubar, dia pun mengerjapkan matanya berkali-kali sambil memastikan di depannya itu Valery bukan Sophia atau Petra yang Shaka mengejeknya.“Apa?” Shaka tidak begitu men