“Pipimu mengembang, apa kamu makan dengan baik?” kekeh Petra. Petra menghembuskan nafasnya kasar, “Apa sih!! Kalau tidak sakit aku juga tidak mungkin seperti ini.” “Aku tau, makanya aku tertawa.” Itulah yang dikatakan Petra pada Shaka beberapa hari yang lalu ketika dirinya sakit. Setelah merasa membaik, Shaka bahkan langsung pergi kerja demi mengejar beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan sebelumnya. Bertemu dengan beberapa klien dan juga orang kantor membuat pikiran Shaka luas, setidaknya dia tidak terus menghina Shaka yang katanya berat badannya naik terus menerus setelah sakit. Sampai saat ini Shaka tidak berani untuk naik ke timbagan hanya sekedar ingin tau berat badannya. Dia mendadak takut jika berat badannya benar-benar naik hanya karena ulah Sophia.“Aku mau kita putus!!” Ucapan itu membuat lamunan Shaka bubar, dia pun mengerjapkan matanya berkali-kali sambil memastikan di depannya itu Valery bukan Sophia atau Petra yang Shaka mengejeknya.“Apa?” Shaka tidak begitu men
“Aku melihatmu bertengkar dengan putraku. Ada hubungan apa kamu dengan putraku, Nona!!” Valery memutar bola matanya malas. Selama menjalin hubungan dengan Shaka tak sekalipun Shaka mengenalkan keluarganya pada Valery. Sehingga pertanyaan itu mampu membuat Valery malas menanggapinya. Ibunya begitu cetus ketika berbicara dengan Valery, tapi kata Shaka, ayahnya sangat baik dan tegas berbeda dengan ibunya yang selalu saja menentang apa yang diinginkan ayahnya.“Kamu ibunya Shaka?” tanya balik Valery.“Ya. Aku ibunya.” Sejujurnya Mia paling malas dengan semua ini. Tapi dia begitu penasaran dengan wanita yang beberapa hari lalu bertengkar dengan Shaka di sebuah cafe. Mia pikir mereka hanya rekan kerja atau mungkin salah satu karyawan yang kerja di kantor Shaka. Tapi mendengar perbincangan mereka yang ingin mengakhiri hubungan mereka membuat Mia tertarik. Wanita di depannya begitu cantik, tubuhnya yang sempurna dan memiliki kulit putih pucat nan bersih. Ditambah lagi aroma parfum ini perna
Sepulang makan malam bersama dengan keluarga Alcand, Sophia memutuskan untuk berpamitan pulang. Dia mengucapkan banyak sekali terimakasih pada keluarga Alcand yang mampu menerima Sophia dengan baik. Meskipun sesekali Sophia harus menyaksikan perkemahan kecil antara Alcand dan juga Shaka. Ya, karena tidak enak hati dan Akoh ia pun memberitahu Shaka jika Alcand mengundang makan malam bersama. Shaka tiba-tiba saja sudah menunggu Sophia dan juga Alcand di rumah Alcand. Duduk manis di depan teras sambil menunjukkan deretan giginya yang putih bersih itu. Seperti biasanya makan malam di warnai dengan perdebatan yang sama sekali Sophia tidak mengerti.“Lain kali jangan terlalu dekat dengan Alcand, aku tidak suka.” celetuk Shaka.“Tumben sekali. Biasanya kamu tidak peduli.” “Kali ini aku peduli. Aku sudah memutuskan hubungan ku dengan Valery, lebih tepatnya dia yang mengakhiri hubungan kita.” Sophia terkejut tapi sebisa mungkin dia memasang wajah santainya. “Lalu rencana kita bagaimana tenta
Akhir-akhir ini sifat Shaka banyak sekali mengalami perubahan, kadang suka membuat Sophia pusing setengah mati. Seperti saat ini, dimana Sophia yang sibuk memasak sup iga keinginan Shaka tapi pria itu selalu saja menjahili Sophia.“Bisa berhenti tidak? Aku membutuhkan talenan itu, Shaka!!” geram Sophia.“Apa? Aku tidak melakukan apapun, kenapa harus berhenti?” Sophia memutar bola matanya malas. Apa dia tidak sadar jika di tangan kirinya ada talenan yang dibutuhkan oleh Sophia. Dia ingin memotong beberapa buah untuk dijadikan salad buah, tapi yang ada Shaka malah terus menerus mengambil talenan itu dari Sophia. sekolah menjauhkan talenan itu agar Sophia kesulitan untuk mengambil talenan itu. Sungguh, tidak hanya itu, bahkan sesekali Shaka suka sekali menyentuh pinggang dan juga tangan Sophiia tanpa permisi. Sedangkan di dalam kontrak yang tertera, tak ada satupun alasan apapun untuk mereka saling menyentuh satu sama lain. “Shaka jangan bercanda, salad buah ku tidak akan jadi kalau ka
Tidak seperti pagi biasanya, yang dimana Shaka suka sekali mengejek atau menggoda Sophia. Pagi ini terasa tidak nyaman untuk Shaka maupun Sophia. Tidak ada obrolan di pagi hari yang biasa mereka lakukan, tidak ada teriakan Sophia uang berkali-kali memanggil nama Shaka untuk segera turun dan pergi ke kantor. Tidak ada umpatan atau bahkan nada bicara Sophia yang kesal dan menunggu, ketika Shaka menjahilinya terus menerus terus. Yang ada mereka hanya terdiam dan saling fokus dengan makanan mereka. Bahkan pagi ini Ayu yang memasak, yang menyiapkan sarapan pagi meskipun Sophia hanya membuat secangkir teh hangat untuk Shaka saja tidak lebih. Perasaannya benar-benar bimbang dan kesal, ini masalah mereka kenapa juga Shaka selalu mengaitkan dengan adanya Alcand. Bahkan Sophia selalu bilang, jika Alcand dan Sophia tidak memiliki hubungan yang lebih. Tapi entah kenapa Shaka selalu menganggap lebih dari itu. “Aku berangkat.” pamit Shaka. Sophia hanya diam, dia lebih fokus menatap piring sarapa
Helaan nafas keluar dari bibir Acand, dia terus mengamati Sophia yang duduk di hadapannya. Wanita itu sedang menikmati secangkir minuman hangat yang dia pesan setelah menyelesaikan tugasnya untuk mengganti bunga cafenya satu minggu sekali. Cafe ini sudah dibuka Alcand satu bulan yang lalu, tempatnya lumayan ramai, banyak sekali anak muda yang datang untuk sekedar bertemu dengan temannya atau mungkin berkencan dengan kekasihnya. Lagu yang diputar pun menambah kesan galau pada diri Alcand. “Apa yang kamu pikirkan?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Sopha. Meskipun dia tidak melihat tapi Sophia cukup tahu jika sejak tadi Alcand terus memperhatikan dirinya. Alcand gelagapan, dia bahkan langsung memalingkan wajahnya bingung mau menjawab apa. “Tidak ada.” jawab Alcand asal.“Oh ya? Apa kamu yakin?” kekeh Sophia.Dan Alcand hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Sophia. Setelah itu suasana pun kembali hening. Tidak ada lagi pertanyaan atau mungkin candaan yang biasa Alcand dan
“Tadi siapa?” Shaka menatap punggung Sophia yang sibuk memasak di dapur. Setelah pulang dari toko bunga dan tidak ingin dijemput oleh Shaka, Sophia memilih naik taksi online untuk sampai di rumahnya. Wanita itu tak kunjung membersihkan diri, tapi lebih memilih pergi ke dapur untuk membantu Ayu memasak.“Maksudnya?” “Laki-laki yang ada di toko bunga tadi siapa?” Sophia menoleh sejenak lalu berpikir. “Asriel?” “Aku tidak tahu namanya dan aku tidak peduli itu!!” “Lalu kenapa bertanya?” “Ada yang salah kalau aku bertanya dia siapa? Kamu istriku kalau lupa.” Sophia meletakkan pisau yang dia pegang di samping baskom warna hijau. Untuk saat ini Sophia bingung setengah mati, sifat Shaka benar-benar membuat Sophia pusing setengah mati. Rasa ingin memperpanjang masalah ini, tapi dia sadar di tempat ini ada Ayu, tidak mungkin dia berbicara dengan Shaka membahas yang lain di depan Ayu. Takutnya Ayu bicara pada Petra dan memberitahu semuanya pada Petra, bukannya apa Sophia masih memilih wa
Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu benar-benar mengajak Sophia ke tempat makan yang katanya memiliki pemandangan alam. Dulu, tempat ini paling ramai karena tempatnya yang sedikit naik dan jauh dari jalan raya. Tempatnya yang luas membuat beberapa bos besar suka sekali makan siang meeting. Tapi sayangnya, karena pindah tangan tempat ini sempat tutup dengan waktu yang lumayan lama. Dan pada akhirnya kembali dengan pemilik yang pertama, akhirnya tempat ini kembali dibuka dengan view yang cukup menarik menurut Shaka. Apalagi Shaka memilih lantai dua untuk mereka berdua. Shaka berdehem, “Suka?” “Tentu. Tempatnya sangat bagus, aku suka. Tapi … .” “Tapi kenapa?” Shaka terlihat cepat menjawab, dia bahkan sampai merubah posisinya hanya untuk melihat Sophia. “Kalau tidak suka kita bisa pindah tempat.” sambungnya kembali.Sophia menggeleng cepat, “Tidak. Maksudku jangan pindah tempat, aku suka tempat ini. Hanya saja anginnya cukup kencang, mungkin pulang nanti aku harus kerokan.” “Kalau
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a