Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu benar-benar mengajak Sophia ke tempat makan yang katanya memiliki pemandangan alam. Dulu, tempat ini paling ramai karena tempatnya yang sedikit naik dan jauh dari jalan raya. Tempatnya yang luas membuat beberapa bos besar suka sekali makan siang meeting. Tapi sayangnya, karena pindah tangan tempat ini sempat tutup dengan waktu yang lumayan lama. Dan pada akhirnya kembali dengan pemilik yang pertama, akhirnya tempat ini kembali dibuka dengan view yang cukup menarik menurut Shaka. Apalagi Shaka memilih lantai dua untuk mereka berdua. Shaka berdehem, “Suka?” “Tentu. Tempatnya sangat bagus, aku suka. Tapi … .” “Tapi kenapa?” Shaka terlihat cepat menjawab, dia bahkan sampai merubah posisinya hanya untuk melihat Sophia. “Kalau tidak suka kita bisa pindah tempat.” sambungnya kembali.Sophia menggeleng cepat, “Tidak. Maksudku jangan pindah tempat, aku suka tempat ini. Hanya saja anginnya cukup kencang, mungkin pulang nanti aku harus kerokan.” “Kalau
“Valery datang ke rumah dan marah.” cerita Sophia. Raut wajah wanita itu begitu lesu dan tidak bersemangat, dia mendadak mendapat serangan pusing setelah kejadian tadi pagi. Padahal Sophia hanya membantu tapi kenapa masalahnya jadi besar begini? Siang ini dia memutuskan untuk bertemu dengan Alcand, dimana pria itu menunda keberangkatannya ke luar kota karena ada beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan. Sophia sudah mencoba menghubungi Shaka tapi tak ada satu panggilan pun yang direspon oleh pria itu. Apa dia baik-baik saja, atau mungkin dia sedang bersama dengan Valery dan sedang bertengkar? Jika iya, mungkin Sophia bisa mendatangi mereka dan menjelaskan semuanya.“Jelas saja dia marah, Valery bukannya kekasih Shaka?” Sophia mengangguk loyo, “Tapi mereka sudah berpisah.” wanita itu menggunakan tangannya untuk menyangga tangannya. Matanya terus menatap Alcand yang ternyata juga menatapnya, tentu hal itu membuat Sophia sedikit salah tingkah ditatap seperti itu. Tatapan yang teduh
Turun dari taksi online, Sophia pun segera berlari ke arah toko bunganya. Lala memberitahu jika toko bunga milik Sophia kebakaran, setengah dari bangunan toko bunga ini hangus begitu juga dengan tanaman yang seharusnya dipanen beberapa hari lagi. Bahkan Sophia masih bisa melihat kobaran api yang siang melahap bangunan kecil yang dimana semua bunga rangkaian tersimpan disana.“Mbak ini gimana.” kata Lala sambil menangis.Sophia hanya diam saja, dia tidak tahu harus berbuat apa. Kaki pincang nya membuat dia kesulitan untuk menyelamatkan aset berharga yang dia miliki. Dia hanya memiliki toko bunga ini untuk bertahan hidup sampai saat ini, jika toko bunganya hangus dan menyisakan abu lalu bagaimana nasib Sophia dan juga karyawan lainnya? Mengusap air matanya, Sophia hanya bisa berteriak meminta tolong pada orang sekitar untuk segera memadamkan apinya. Api semakin besar, Sophia benar-benar takut akan hal ini.“Kemarin waktu kamu pulang, tidak lupa untuk memastikan semua saluran listrik ka
Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu datang ke toko bunga Sophia sambil membawa enam orang perawakan tinggi besar dan berkulit gelap. Salah satu diantara mereka berdiri tepat di samping Shaka dan menerima gulungan dari Shaka. Belum lagi Shaka yang menunjuk ke arah bekas kebakaran yang sudah menjadi abu.“Satu minggu, apa kamu bisa menyelesaikannya?” kata Shaka yang masih bisa didengar oleh Sophia.Meskipun setengah tokonya terbakar, dia masih bisa membuka toko bunga nya dan menerima pesanan. Meskipun mereka hanya menjual sisa-sisa bunga yang ada. Mungkin setelah ini Sophia akan jauh lebih giat lagi untuk menanam bunga dan juga membeli bunga dengan uang pas-pas.an. Dia tidak mungkin menggunakan uang Shaka terus menerus untuk keperluan pribadi. Dia juga akan mengambil tanaman yang sudah jadi di rumah Sophia. Untuk sementara waktu mungkin hanya itu yang bisa Sophia jual. “Bagaimana?” Sophia menatap Shaka penuh harap.“Mereka bisa menyelesaikan bangunn ini dalam waktu satu minggu, kamu
Seharusnya tidak seperti itu!! Pikir Sophia. Tapi nyatanya memang itu yang terjadi. Sophia banyak sekali melamun setelah Alcand pergi, dia seolah merasa setengah jiwanya telah pergi, padahal Alcand pergi hanya untuk satu atau dua minggu saja karena pekerjaan. Dia bukan pergi meninggalkan Sophia untuk selamanya, tapi yang ada Sophia merasa jika hidupnya sangat hampa.Wanita itu melakukan aktivitasnya seperti biasa, tapi isi kepalanya benar-benar kosong. Entah apa yang menyebabkan Sophia seperti ini, meskipun dia tahu ini salah. Tapi mau bagaimana lagi … Raut wajah Sophia tidak bisa ditutupi.“Kamu kenapa?” tanya Shaka memastikan.Sophia menoleh, “Hmm, aku tidak apa-apa.” “Lalu kenapa wajahmu cemberut begitu. Apa aku ada salah?” Sophia menggeleng, “Tidak. Aku hanya malas saja hari ini.” Shaka tertawa tipis, dia bukan pria bodoh yang gampang sekali di bohongi. Dia tahu betul apa yang dirasakan oleh Sophia, dua hanya merasa kehilangan sesaat ketika Alcand pergi. Ketika pria itu kembal
Sejujurnya Sophia melarikan diri setelah meminta Ayu menaruh kotak gelap di kamar Shaka. Dia sengaja pergi dari rumah karena tidak ingin mendapatkan pertanyaan aneh dari Shaka. Dia sudah tahu pasti akan bertanya tentang hadiah yang dia berikan ini dalam rangka apa? Sedangkan tidak ada hari spesial yang harus diberikan hadiah, hanya saja Sophia iki tidak pandai berucap itu sebabnya dia memilih pergi untuk menghindari pertanyaan Shaka. Hanya saja dirinya mendadak tidak tenang, sampai saat ini Alcand tidak bisa dihubungi.Ah ya, masalah jas itu. Toko yang ingin sekali Sophia masuki adalah milik Asriel. Dia tidak menyangka jika ada salah satu karyawannya yang dengan tidak sopannya berkata seperti itu pada pelanggan, apalagi itu Sophia yang jelas Asriel tidak akan tinggal diam. Karyawannya keterlaluan menghina fisik pelanggan yang datang, pantas saja dalam dua minggu ini toko miliknya sepi karena salah mempekerjakan orang. Itu sebabnya Asriel langsung memecat orang yang merugikan bisnisnya
Sesuai dengan apa yang Sophia inginkan, Shaka mencabut laporannya pada Valery. Dan membebaskan wanita itu dari penjara dikarenakan hamil muda. Valery membutuhkan tempat yang layak, makanan yang layak layak dan bergizi tinggi. Sophia tidak ingin calon bayi Shaka terkena gizi buruk. Itu sebabnya Sophia meminta Shaka untuk membebaskan Valery. “Jangan menyesal setelah ini.” ucap Shaka memperingati. Jika menyesal itu sudah pasti Sophia akan merasakannya. Dia akan terasa hampa kembali setelah Valery pulang. Apalagi Valery tengah hamil, sudah pasti Shaka akan jauh lebih sibuk bersama dengan Valery dan calon bayinya. Seiring berjalannya waktu Shaka pasti akan melupakan Sophia dan hubungan baru mereka. Setidaknya hubungan mereka masih sebatas nyaman dan belum jatuh cinta satu sama lain, dan Sophia pikir itu masih aman. Setelah mengantarkan Valery pulang ke rumahnya, Shaka dan Sophia memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam mobil dan sepanjang jalan pulang tidak ada yang membuka suatu satu
Shaka menatap bangunan di depannya dengan alis yang saling bertautan satu sama lain. Dia pun memperhatikan rumah dengan nuansa hitam itu bimbang, antara mau masuk atau tidak. Ya, yang menelponnya barusan adalah Alcand. Pria itu meminta Shaka untuk datang ke alamat rumah yang dia kirim beberapa menit yang lalu. Rumah ini sengaja Alcand beli untuk hadiah pernikahan. Sayangnya pernikahan yang diinginkan Alcand hancur berantakan. Calon istri Alcand melarikan diri dengan pria lain dan meninggalkan Alcand yang pernikahannya saja tinggal menghitung hari, itu sebabnya sampai saat ini tidak ada satu wanita pun yang berhasil membuat Alcand tersenyum dan jatuh cinta untuk kedua kalinya. Kecuali, Sophia istri dari teman dan juga sepupunya itu. Wanita dengan kemurahan hatinya mampu meluluhkan hati Alcand. Dan dia meminta Shaka datang untuk menepati janjinya. “Janji apa Al, aku bahkan tidak berjanji apapun padaku.” ungkap Shaka bingung. “Katamu, jika aku menyukai Sophia aku bisa mengambilnya dari