Seharusnya tidak seperti itu!! Pikir Sophia. Tapi nyatanya memang itu yang terjadi. Sophia banyak sekali melamun setelah Alcand pergi, dia seolah merasa setengah jiwanya telah pergi, padahal Alcand pergi hanya untuk satu atau dua minggu saja karena pekerjaan. Dia bukan pergi meninggalkan Sophia untuk selamanya, tapi yang ada Sophia merasa jika hidupnya sangat hampa.Wanita itu melakukan aktivitasnya seperti biasa, tapi isi kepalanya benar-benar kosong. Entah apa yang menyebabkan Sophia seperti ini, meskipun dia tahu ini salah. Tapi mau bagaimana lagi … Raut wajah Sophia tidak bisa ditutupi.“Kamu kenapa?” tanya Shaka memastikan.Sophia menoleh, “Hmm, aku tidak apa-apa.” “Lalu kenapa wajahmu cemberut begitu. Apa aku ada salah?” Sophia menggeleng, “Tidak. Aku hanya malas saja hari ini.” Shaka tertawa tipis, dia bukan pria bodoh yang gampang sekali di bohongi. Dia tahu betul apa yang dirasakan oleh Sophia, dua hanya merasa kehilangan sesaat ketika Alcand pergi. Ketika pria itu kembal
Sejujurnya Sophia melarikan diri setelah meminta Ayu menaruh kotak gelap di kamar Shaka. Dia sengaja pergi dari rumah karena tidak ingin mendapatkan pertanyaan aneh dari Shaka. Dia sudah tahu pasti akan bertanya tentang hadiah yang dia berikan ini dalam rangka apa? Sedangkan tidak ada hari spesial yang harus diberikan hadiah, hanya saja Sophia iki tidak pandai berucap itu sebabnya dia memilih pergi untuk menghindari pertanyaan Shaka. Hanya saja dirinya mendadak tidak tenang, sampai saat ini Alcand tidak bisa dihubungi.Ah ya, masalah jas itu. Toko yang ingin sekali Sophia masuki adalah milik Asriel. Dia tidak menyangka jika ada salah satu karyawannya yang dengan tidak sopannya berkata seperti itu pada pelanggan, apalagi itu Sophia yang jelas Asriel tidak akan tinggal diam. Karyawannya keterlaluan menghina fisik pelanggan yang datang, pantas saja dalam dua minggu ini toko miliknya sepi karena salah mempekerjakan orang. Itu sebabnya Asriel langsung memecat orang yang merugikan bisnisnya
Sesuai dengan apa yang Sophia inginkan, Shaka mencabut laporannya pada Valery. Dan membebaskan wanita itu dari penjara dikarenakan hamil muda. Valery membutuhkan tempat yang layak, makanan yang layak layak dan bergizi tinggi. Sophia tidak ingin calon bayi Shaka terkena gizi buruk. Itu sebabnya Sophia meminta Shaka untuk membebaskan Valery. “Jangan menyesal setelah ini.” ucap Shaka memperingati. Jika menyesal itu sudah pasti Sophia akan merasakannya. Dia akan terasa hampa kembali setelah Valery pulang. Apalagi Valery tengah hamil, sudah pasti Shaka akan jauh lebih sibuk bersama dengan Valery dan calon bayinya. Seiring berjalannya waktu Shaka pasti akan melupakan Sophia dan hubungan baru mereka. Setidaknya hubungan mereka masih sebatas nyaman dan belum jatuh cinta satu sama lain, dan Sophia pikir itu masih aman. Setelah mengantarkan Valery pulang ke rumahnya, Shaka dan Sophia memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam mobil dan sepanjang jalan pulang tidak ada yang membuka suatu satu
Shaka menatap bangunan di depannya dengan alis yang saling bertautan satu sama lain. Dia pun memperhatikan rumah dengan nuansa hitam itu bimbang, antara mau masuk atau tidak. Ya, yang menelponnya barusan adalah Alcand. Pria itu meminta Shaka untuk datang ke alamat rumah yang dia kirim beberapa menit yang lalu. Rumah ini sengaja Alcand beli untuk hadiah pernikahan. Sayangnya pernikahan yang diinginkan Alcand hancur berantakan. Calon istri Alcand melarikan diri dengan pria lain dan meninggalkan Alcand yang pernikahannya saja tinggal menghitung hari, itu sebabnya sampai saat ini tidak ada satu wanita pun yang berhasil membuat Alcand tersenyum dan jatuh cinta untuk kedua kalinya. Kecuali, Sophia istri dari teman dan juga sepupunya itu. Wanita dengan kemurahan hatinya mampu meluluhkan hati Alcand. Dan dia meminta Shaka datang untuk menepati janjinya. “Janji apa Al, aku bahkan tidak berjanji apapun padaku.” ungkap Shaka bingung. “Katamu, jika aku menyukai Sophia aku bisa mengambilnya dari
Menikmati satu bungkus ice cream, Valery pun mengusap perutnya dengan lembut. Dia harus berterima kasih dengan calon bayinya, karena adanya dua Valery bisa keluar dari jeruji besi. Jika saja Valery tidak hamil mungkin sampai tua pun dia akan berada di penjara.“Kamu benar-benar hamil?” tanya lawan bicaranya dengan nada mengejek.“Aku pikir tidak. Aku hanya berpura-pura hamil agar bisa bebas dari penjara tapi nyatanya Tuhan malah membuatku hamil sungguhan.” “Itu anak siapa?” Valery menunjukkan tatapan sinis nya, lebih tepatnya tatapan tidak suka setelah mendengar ucapan lawan bicaranya. “Tante Mia selama ini aku hanya berhubungan dengan Shaka. Aku sangat mencintai Shaka, tidak mungkin aku mengandung bayi dari laki-laki lain selain Shaka.” Siang ini, untuk mengusir rasa bosan. Valery memilih untuk menikmati udara segar dan juga minuman apapun yang berbau dingin. Valery menghabiskan satu bungkus ice cream susu kesukaannya. Selama hamil Valery tidak bisa jauh-jauh dari minuman yang ber
Sudah pukul sepuluh malam tapi Shaka tak kunjung pulang. Dia mencoba mengirim pesan pada pria itu tapi tak ada jawaban sama sekali. Ingin rasanya Sophia menelpon Shaka, tapi dia juga sadar diri dan takut mengganggu pria itu. Menutup pintu rumahnya, Sophia akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Mungkin saja dia sedang sibuk, sedang mengerjakan proyek besar dan mengharuskan dia lembur, makanya sampai sekarang tak kunjung pulang juga. Memposisikan diri untuk segera tidur, Sophia malah terkejut dengan ketukan pintu yang cukup keras. Seingat Sophia dia tidak mengunci pintu depan, dia hanya menutupnya saja. Takut jika Shaka lupa membawa kunci rumah, tapi kenapa juga dia harus mengetuk pintu dengan begitu kencang? “Sophia buka pintunya.” teriak Shaka. Mengerutkan keningnya Sophia akhirnya bangkit dari rebahannya. Dia pun membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat keadaan Shaka yang berantakan. Baju yang dia kenakan sudah tidak rapi seperti dia pergi meninggalkan rumah, dasi hita
Sophia sampai di toko bunga dengan nafas yang tersengal. Dia terus meminta maaf pada ayahnya karena sudah menunggunya cukup lama. Shaka memang membangunkannya pagi ini, tapi Sophia harus bersiap-siap lebih dulu dan menyiapkan bekal sarapan dan juga makan siangnya. Dia tidak sempat sarapan di rumah karena ulah Shaka. Kejadian malam itu membuat Sophia sedikit takut jika berada di dekat Shaka. Jantungnya tidak karu-karuan, dan Sophia rasanya mual jika dekat dengan pria itu. Mau marah, menangis pun tidak ada gunanya. Semuanya sudah terjadi, dan Shaka sudah merenggut sesuatu yang berharga, yang selama ini dijaga oleh Sophia. Memang sih, secara tidak langsung Shaka memberikan dirinya hak sebagai istri. Tapi kan masalahnya jika hal itu dilakukan dalam keadaan dipaksa bukanlah itu termasuk pemerkosaan? Meskipun mereka ini suami istri tetap saja hal itu tidak baik. Mau lapor polisi juga rugi, yang ada mereka akan menertawakan kebodohan Sophia. Jika suami istri diperbolehkan melakukan hubungan
“Bayinya sehat. Usianya memasuki bulan ketiga.” kata Dokter Sabrina, dokter kandungan yang terbaik menurut Valery. “Ini dengan Ibu siapa?” “Sophia. Ibu Sophia.” jawab Valery cepat.Dokter Sabrina pun segera menulis nama lengkap Sophia dan juga Shaka untuk data masuk. Dari awal mereka bertemu hingga sampai di dokter kandungan, Valery tidak mengatakan apapun begitu juga dengan Shaka yang hanya diam saja dan fokus pada jalanan ibukota. Dia juga tidak tahu jika periksa kandungan membutuhkan data-data setiap kali periksa. Sophia takut setelah ini keluarga Shaka tahu jika yang hamil itu Valery bukan Sophia.Sesudah itu, Shaka meminta Sophia dan Valery untuk menunggu sejenak. Dia akan menebus obat dan juga vitamin untuk kehamilan Valery, Shaka juga akan membelikan susu ibu hamil yang bagus untuk Valery konsumsi setelah harinya. “Aku pikir rencana kita tidak akan berhasil, tapi ternyata aku malah hamil sungguhan.” celetuk Valery.Sophia menatap Valery sejenak, lalu kembali melihat ibu hamil