Sesuai dengan apa yang Sophia inginkan, Shaka mencabut laporannya pada Valery. Dan membebaskan wanita itu dari penjara dikarenakan hamil muda. Valery membutuhkan tempat yang layak, makanan yang layak layak dan bergizi tinggi. Sophia tidak ingin calon bayi Shaka terkena gizi buruk. Itu sebabnya Sophia meminta Shaka untuk membebaskan Valery. “Jangan menyesal setelah ini.” ucap Shaka memperingati. Jika menyesal itu sudah pasti Sophia akan merasakannya. Dia akan terasa hampa kembali setelah Valery pulang. Apalagi Valery tengah hamil, sudah pasti Shaka akan jauh lebih sibuk bersama dengan Valery dan calon bayinya. Seiring berjalannya waktu Shaka pasti akan melupakan Sophia dan hubungan baru mereka. Setidaknya hubungan mereka masih sebatas nyaman dan belum jatuh cinta satu sama lain, dan Sophia pikir itu masih aman. Setelah mengantarkan Valery pulang ke rumahnya, Shaka dan Sophia memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam mobil dan sepanjang jalan pulang tidak ada yang membuka suatu satu
Shaka menatap bangunan di depannya dengan alis yang saling bertautan satu sama lain. Dia pun memperhatikan rumah dengan nuansa hitam itu bimbang, antara mau masuk atau tidak. Ya, yang menelponnya barusan adalah Alcand. Pria itu meminta Shaka untuk datang ke alamat rumah yang dia kirim beberapa menit yang lalu. Rumah ini sengaja Alcand beli untuk hadiah pernikahan. Sayangnya pernikahan yang diinginkan Alcand hancur berantakan. Calon istri Alcand melarikan diri dengan pria lain dan meninggalkan Alcand yang pernikahannya saja tinggal menghitung hari, itu sebabnya sampai saat ini tidak ada satu wanita pun yang berhasil membuat Alcand tersenyum dan jatuh cinta untuk kedua kalinya. Kecuali, Sophia istri dari teman dan juga sepupunya itu. Wanita dengan kemurahan hatinya mampu meluluhkan hati Alcand. Dan dia meminta Shaka datang untuk menepati janjinya. “Janji apa Al, aku bahkan tidak berjanji apapun padaku.” ungkap Shaka bingung. “Katamu, jika aku menyukai Sophia aku bisa mengambilnya dari
Menikmati satu bungkus ice cream, Valery pun mengusap perutnya dengan lembut. Dia harus berterima kasih dengan calon bayinya, karena adanya dua Valery bisa keluar dari jeruji besi. Jika saja Valery tidak hamil mungkin sampai tua pun dia akan berada di penjara.“Kamu benar-benar hamil?” tanya lawan bicaranya dengan nada mengejek.“Aku pikir tidak. Aku hanya berpura-pura hamil agar bisa bebas dari penjara tapi nyatanya Tuhan malah membuatku hamil sungguhan.” “Itu anak siapa?” Valery menunjukkan tatapan sinis nya, lebih tepatnya tatapan tidak suka setelah mendengar ucapan lawan bicaranya. “Tante Mia selama ini aku hanya berhubungan dengan Shaka. Aku sangat mencintai Shaka, tidak mungkin aku mengandung bayi dari laki-laki lain selain Shaka.” Siang ini, untuk mengusir rasa bosan. Valery memilih untuk menikmati udara segar dan juga minuman apapun yang berbau dingin. Valery menghabiskan satu bungkus ice cream susu kesukaannya. Selama hamil Valery tidak bisa jauh-jauh dari minuman yang ber
Sudah pukul sepuluh malam tapi Shaka tak kunjung pulang. Dia mencoba mengirim pesan pada pria itu tapi tak ada jawaban sama sekali. Ingin rasanya Sophia menelpon Shaka, tapi dia juga sadar diri dan takut mengganggu pria itu. Menutup pintu rumahnya, Sophia akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Mungkin saja dia sedang sibuk, sedang mengerjakan proyek besar dan mengharuskan dia lembur, makanya sampai sekarang tak kunjung pulang juga. Memposisikan diri untuk segera tidur, Sophia malah terkejut dengan ketukan pintu yang cukup keras. Seingat Sophia dia tidak mengunci pintu depan, dia hanya menutupnya saja. Takut jika Shaka lupa membawa kunci rumah, tapi kenapa juga dia harus mengetuk pintu dengan begitu kencang? “Sophia buka pintunya.” teriak Shaka. Mengerutkan keningnya Sophia akhirnya bangkit dari rebahannya. Dia pun membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat keadaan Shaka yang berantakan. Baju yang dia kenakan sudah tidak rapi seperti dia pergi meninggalkan rumah, dasi hita
Sophia sampai di toko bunga dengan nafas yang tersengal. Dia terus meminta maaf pada ayahnya karena sudah menunggunya cukup lama. Shaka memang membangunkannya pagi ini, tapi Sophia harus bersiap-siap lebih dulu dan menyiapkan bekal sarapan dan juga makan siangnya. Dia tidak sempat sarapan di rumah karena ulah Shaka. Kejadian malam itu membuat Sophia sedikit takut jika berada di dekat Shaka. Jantungnya tidak karu-karuan, dan Sophia rasanya mual jika dekat dengan pria itu. Mau marah, menangis pun tidak ada gunanya. Semuanya sudah terjadi, dan Shaka sudah merenggut sesuatu yang berharga, yang selama ini dijaga oleh Sophia. Memang sih, secara tidak langsung Shaka memberikan dirinya hak sebagai istri. Tapi kan masalahnya jika hal itu dilakukan dalam keadaan dipaksa bukanlah itu termasuk pemerkosaan? Meskipun mereka ini suami istri tetap saja hal itu tidak baik. Mau lapor polisi juga rugi, yang ada mereka akan menertawakan kebodohan Sophia. Jika suami istri diperbolehkan melakukan hubungan
“Bayinya sehat. Usianya memasuki bulan ketiga.” kata Dokter Sabrina, dokter kandungan yang terbaik menurut Valery. “Ini dengan Ibu siapa?” “Sophia. Ibu Sophia.” jawab Valery cepat.Dokter Sabrina pun segera menulis nama lengkap Sophia dan juga Shaka untuk data masuk. Dari awal mereka bertemu hingga sampai di dokter kandungan, Valery tidak mengatakan apapun begitu juga dengan Shaka yang hanya diam saja dan fokus pada jalanan ibukota. Dia juga tidak tahu jika periksa kandungan membutuhkan data-data setiap kali periksa. Sophia takut setelah ini keluarga Shaka tahu jika yang hamil itu Valery bukan Sophia.Sesudah itu, Shaka meminta Sophia dan Valery untuk menunggu sejenak. Dia akan menebus obat dan juga vitamin untuk kehamilan Valery, Shaka juga akan membelikan susu ibu hamil yang bagus untuk Valery konsumsi setelah harinya. “Aku pikir rencana kita tidak akan berhasil, tapi ternyata aku malah hamil sungguhan.” celetuk Valery.Sophia menatap Valery sejenak, lalu kembali melihat ibu hamil
“Aku takut mereka tahu kalau yang hamil itu bukan aku tapi Valery.” ucap Sophia. Petra dan Mia baru saja pulang beberapa menit yang lalu, meninggikan Shaka dan Sophia yang mendadak pusing dengan drama yang mereka ciptakan sendiri. “Yang penting kita tutup mulut semuanya aman.” “Shaka tidak semudah itu. Serapat apapun kita menutupinya pasti ada saja yang memberitahu. Mungkin tidak kita, tapi—” “Kamu menuduh Valery!!” pungkas Shaka cepat menatap Sophia. “Dia sudah banyak berubah menjadi perempuan baik, tidak mungkin Valery senekat itu memberitahu mereka jika dia hamil anakku.” ujarnya. “Kamu yakin itu anakmu!!” seru Sophia kesal. “Kamu pikir itu bayi siapa jika bukan bayiku? Dia itu kekasihmu, dan kita sering melakukan hal itu sejak dulu. Tidak mungkin juga Valery hamil dengan orang lain, sedangkan dia tidak dekat dengan laki-laki manapun kecuali aku.” Nada bicara Shaka merendah, ketika Sophia meninggikan suaranya. Pria itu tahu Sophia kesal dengannya, tapi kan tidak harus menudu
Meluangkan waktu sejenak, Sophia memilih pergi ke pusat perbelanjaan. Dia ingin melihat bunga rangkai yang dijual di pusat perbelanjaan ini, apakah harganya setara dengan milik Sophia atau mungkin lebih marah dengan bunga yang begitu bagus dan banyak. Dan ternyata benar, bunga yang mereka jual sangat bagus dan banyak. Rangkaiannya juga berbeda dari yang lain dan tentunya membuat Sophia ingin mempelajarinya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa gambar bunga rangkai yang indah.“Bunganya cantik.” puji Sophia memegang bunga berwarna biru indah. “Forget me not, nama bunga biru cantik ini.” Sophia tersentak, dia pun langsung menunduk malu karena ketahuan mengagumi keindahan bunga biru yang baru saja dia lihat hari ini. Mungkin ini bukan bunga sembarang, atau cara perawatannya juga pasti sulit belum tentu juga bunga itu bisa tumbuh secantik ini di toko Sophia.Setelah puas melihat-lihat bunga cantik itu, Sophia memilih untuk pergi meninggalkan bunga rangkai. Dia sudah men