Turun dari taksi online, Sophia pun segera berlari ke arah toko bunganya. Lala memberitahu jika toko bunga milik Sophia kebakaran, setengah dari bangunan toko bunga ini hangus begitu juga dengan tanaman yang seharusnya dipanen beberapa hari lagi. Bahkan Sophia masih bisa melihat kobaran api yang siang melahap bangunan kecil yang dimana semua bunga rangkaian tersimpan disana.“Mbak ini gimana.” kata Lala sambil menangis.Sophia hanya diam saja, dia tidak tahu harus berbuat apa. Kaki pincang nya membuat dia kesulitan untuk menyelamatkan aset berharga yang dia miliki. Dia hanya memiliki toko bunga ini untuk bertahan hidup sampai saat ini, jika toko bunganya hangus dan menyisakan abu lalu bagaimana nasib Sophia dan juga karyawan lainnya? Mengusap air matanya, Sophia hanya bisa berteriak meminta tolong pada orang sekitar untuk segera memadamkan apinya. Api semakin besar, Sophia benar-benar takut akan hal ini.“Kemarin waktu kamu pulang, tidak lupa untuk memastikan semua saluran listrik ka
Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu datang ke toko bunga Sophia sambil membawa enam orang perawakan tinggi besar dan berkulit gelap. Salah satu diantara mereka berdiri tepat di samping Shaka dan menerima gulungan dari Shaka. Belum lagi Shaka yang menunjuk ke arah bekas kebakaran yang sudah menjadi abu.“Satu minggu, apa kamu bisa menyelesaikannya?” kata Shaka yang masih bisa didengar oleh Sophia.Meskipun setengah tokonya terbakar, dia masih bisa membuka toko bunga nya dan menerima pesanan. Meskipun mereka hanya menjual sisa-sisa bunga yang ada. Mungkin setelah ini Sophia akan jauh lebih giat lagi untuk menanam bunga dan juga membeli bunga dengan uang pas-pas.an. Dia tidak mungkin menggunakan uang Shaka terus menerus untuk keperluan pribadi. Dia juga akan mengambil tanaman yang sudah jadi di rumah Sophia. Untuk sementara waktu mungkin hanya itu yang bisa Sophia jual. “Bagaimana?” Sophia menatap Shaka penuh harap.“Mereka bisa menyelesaikan bangunn ini dalam waktu satu minggu, kamu
Seharusnya tidak seperti itu!! Pikir Sophia. Tapi nyatanya memang itu yang terjadi. Sophia banyak sekali melamun setelah Alcand pergi, dia seolah merasa setengah jiwanya telah pergi, padahal Alcand pergi hanya untuk satu atau dua minggu saja karena pekerjaan. Dia bukan pergi meninggalkan Sophia untuk selamanya, tapi yang ada Sophia merasa jika hidupnya sangat hampa.Wanita itu melakukan aktivitasnya seperti biasa, tapi isi kepalanya benar-benar kosong. Entah apa yang menyebabkan Sophia seperti ini, meskipun dia tahu ini salah. Tapi mau bagaimana lagi … Raut wajah Sophia tidak bisa ditutupi.“Kamu kenapa?” tanya Shaka memastikan.Sophia menoleh, “Hmm, aku tidak apa-apa.” “Lalu kenapa wajahmu cemberut begitu. Apa aku ada salah?” Sophia menggeleng, “Tidak. Aku hanya malas saja hari ini.” Shaka tertawa tipis, dia bukan pria bodoh yang gampang sekali di bohongi. Dia tahu betul apa yang dirasakan oleh Sophia, dua hanya merasa kehilangan sesaat ketika Alcand pergi. Ketika pria itu kembal
Sejujurnya Sophia melarikan diri setelah meminta Ayu menaruh kotak gelap di kamar Shaka. Dia sengaja pergi dari rumah karena tidak ingin mendapatkan pertanyaan aneh dari Shaka. Dia sudah tahu pasti akan bertanya tentang hadiah yang dia berikan ini dalam rangka apa? Sedangkan tidak ada hari spesial yang harus diberikan hadiah, hanya saja Sophia iki tidak pandai berucap itu sebabnya dia memilih pergi untuk menghindari pertanyaan Shaka. Hanya saja dirinya mendadak tidak tenang, sampai saat ini Alcand tidak bisa dihubungi.Ah ya, masalah jas itu. Toko yang ingin sekali Sophia masuki adalah milik Asriel. Dia tidak menyangka jika ada salah satu karyawannya yang dengan tidak sopannya berkata seperti itu pada pelanggan, apalagi itu Sophia yang jelas Asriel tidak akan tinggal diam. Karyawannya keterlaluan menghina fisik pelanggan yang datang, pantas saja dalam dua minggu ini toko miliknya sepi karena salah mempekerjakan orang. Itu sebabnya Asriel langsung memecat orang yang merugikan bisnisnya
Sesuai dengan apa yang Sophia inginkan, Shaka mencabut laporannya pada Valery. Dan membebaskan wanita itu dari penjara dikarenakan hamil muda. Valery membutuhkan tempat yang layak, makanan yang layak layak dan bergizi tinggi. Sophia tidak ingin calon bayi Shaka terkena gizi buruk. Itu sebabnya Sophia meminta Shaka untuk membebaskan Valery. “Jangan menyesal setelah ini.” ucap Shaka memperingati. Jika menyesal itu sudah pasti Sophia akan merasakannya. Dia akan terasa hampa kembali setelah Valery pulang. Apalagi Valery tengah hamil, sudah pasti Shaka akan jauh lebih sibuk bersama dengan Valery dan calon bayinya. Seiring berjalannya waktu Shaka pasti akan melupakan Sophia dan hubungan baru mereka. Setidaknya hubungan mereka masih sebatas nyaman dan belum jatuh cinta satu sama lain, dan Sophia pikir itu masih aman. Setelah mengantarkan Valery pulang ke rumahnya, Shaka dan Sophia memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam mobil dan sepanjang jalan pulang tidak ada yang membuka suatu satu
Shaka menatap bangunan di depannya dengan alis yang saling bertautan satu sama lain. Dia pun memperhatikan rumah dengan nuansa hitam itu bimbang, antara mau masuk atau tidak. Ya, yang menelponnya barusan adalah Alcand. Pria itu meminta Shaka untuk datang ke alamat rumah yang dia kirim beberapa menit yang lalu. Rumah ini sengaja Alcand beli untuk hadiah pernikahan. Sayangnya pernikahan yang diinginkan Alcand hancur berantakan. Calon istri Alcand melarikan diri dengan pria lain dan meninggalkan Alcand yang pernikahannya saja tinggal menghitung hari, itu sebabnya sampai saat ini tidak ada satu wanita pun yang berhasil membuat Alcand tersenyum dan jatuh cinta untuk kedua kalinya. Kecuali, Sophia istri dari teman dan juga sepupunya itu. Wanita dengan kemurahan hatinya mampu meluluhkan hati Alcand. Dan dia meminta Shaka datang untuk menepati janjinya. “Janji apa Al, aku bahkan tidak berjanji apapun padaku.” ungkap Shaka bingung. “Katamu, jika aku menyukai Sophia aku bisa mengambilnya dari
Menikmati satu bungkus ice cream, Valery pun mengusap perutnya dengan lembut. Dia harus berterima kasih dengan calon bayinya, karena adanya dua Valery bisa keluar dari jeruji besi. Jika saja Valery tidak hamil mungkin sampai tua pun dia akan berada di penjara.“Kamu benar-benar hamil?” tanya lawan bicaranya dengan nada mengejek.“Aku pikir tidak. Aku hanya berpura-pura hamil agar bisa bebas dari penjara tapi nyatanya Tuhan malah membuatku hamil sungguhan.” “Itu anak siapa?” Valery menunjukkan tatapan sinis nya, lebih tepatnya tatapan tidak suka setelah mendengar ucapan lawan bicaranya. “Tante Mia selama ini aku hanya berhubungan dengan Shaka. Aku sangat mencintai Shaka, tidak mungkin aku mengandung bayi dari laki-laki lain selain Shaka.” Siang ini, untuk mengusir rasa bosan. Valery memilih untuk menikmati udara segar dan juga minuman apapun yang berbau dingin. Valery menghabiskan satu bungkus ice cream susu kesukaannya. Selama hamil Valery tidak bisa jauh-jauh dari minuman yang ber
Sudah pukul sepuluh malam tapi Shaka tak kunjung pulang. Dia mencoba mengirim pesan pada pria itu tapi tak ada jawaban sama sekali. Ingin rasanya Sophia menelpon Shaka, tapi dia juga sadar diri dan takut mengganggu pria itu. Menutup pintu rumahnya, Sophia akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Mungkin saja dia sedang sibuk, sedang mengerjakan proyek besar dan mengharuskan dia lembur, makanya sampai sekarang tak kunjung pulang juga. Memposisikan diri untuk segera tidur, Sophia malah terkejut dengan ketukan pintu yang cukup keras. Seingat Sophia dia tidak mengunci pintu depan, dia hanya menutupnya saja. Takut jika Shaka lupa membawa kunci rumah, tapi kenapa juga dia harus mengetuk pintu dengan begitu kencang? “Sophia buka pintunya.” teriak Shaka. Mengerutkan keningnya Sophia akhirnya bangkit dari rebahannya. Dia pun membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat keadaan Shaka yang berantakan. Baju yang dia kenakan sudah tidak rapi seperti dia pergi meninggalkan rumah, dasi hita
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a