Akhir-akhir ini sifat Shaka banyak sekali mengalami perubahan, kadang suka membuat Sophia pusing setengah mati. Seperti saat ini, dimana Sophia yang sibuk memasak sup iga keinginan Shaka tapi pria itu selalu saja menjahili Sophia.“Bisa berhenti tidak? Aku membutuhkan talenan itu, Shaka!!” geram Sophia.“Apa? Aku tidak melakukan apapun, kenapa harus berhenti?” Sophia memutar bola matanya malas. Apa dia tidak sadar jika di tangan kirinya ada talenan yang dibutuhkan oleh Sophia. Dia ingin memotong beberapa buah untuk dijadikan salad buah, tapi yang ada Shaka malah terus menerus mengambil talenan itu dari Sophia. sekolah menjauhkan talenan itu agar Sophia kesulitan untuk mengambil talenan itu. Sungguh, tidak hanya itu, bahkan sesekali Shaka suka sekali menyentuh pinggang dan juga tangan Sophiia tanpa permisi. Sedangkan di dalam kontrak yang tertera, tak ada satupun alasan apapun untuk mereka saling menyentuh satu sama lain. “Shaka jangan bercanda, salad buah ku tidak akan jadi kalau ka
Tidak seperti pagi biasanya, yang dimana Shaka suka sekali mengejek atau menggoda Sophia. Pagi ini terasa tidak nyaman untuk Shaka maupun Sophia. Tidak ada obrolan di pagi hari yang biasa mereka lakukan, tidak ada teriakan Sophia uang berkali-kali memanggil nama Shaka untuk segera turun dan pergi ke kantor. Tidak ada umpatan atau bahkan nada bicara Sophia yang kesal dan menunggu, ketika Shaka menjahilinya terus menerus terus. Yang ada mereka hanya terdiam dan saling fokus dengan makanan mereka. Bahkan pagi ini Ayu yang memasak, yang menyiapkan sarapan pagi meskipun Sophia hanya membuat secangkir teh hangat untuk Shaka saja tidak lebih. Perasaannya benar-benar bimbang dan kesal, ini masalah mereka kenapa juga Shaka selalu mengaitkan dengan adanya Alcand. Bahkan Sophia selalu bilang, jika Alcand dan Sophia tidak memiliki hubungan yang lebih. Tapi entah kenapa Shaka selalu menganggap lebih dari itu. “Aku berangkat.” pamit Shaka. Sophia hanya diam, dia lebih fokus menatap piring sarapa
Helaan nafas keluar dari bibir Acand, dia terus mengamati Sophia yang duduk di hadapannya. Wanita itu sedang menikmati secangkir minuman hangat yang dia pesan setelah menyelesaikan tugasnya untuk mengganti bunga cafenya satu minggu sekali. Cafe ini sudah dibuka Alcand satu bulan yang lalu, tempatnya lumayan ramai, banyak sekali anak muda yang datang untuk sekedar bertemu dengan temannya atau mungkin berkencan dengan kekasihnya. Lagu yang diputar pun menambah kesan galau pada diri Alcand. “Apa yang kamu pikirkan?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Sopha. Meskipun dia tidak melihat tapi Sophia cukup tahu jika sejak tadi Alcand terus memperhatikan dirinya. Alcand gelagapan, dia bahkan langsung memalingkan wajahnya bingung mau menjawab apa. “Tidak ada.” jawab Alcand asal.“Oh ya? Apa kamu yakin?” kekeh Sophia.Dan Alcand hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Sophia. Setelah itu suasana pun kembali hening. Tidak ada lagi pertanyaan atau mungkin candaan yang biasa Alcand dan
“Tadi siapa?” Shaka menatap punggung Sophia yang sibuk memasak di dapur. Setelah pulang dari toko bunga dan tidak ingin dijemput oleh Shaka, Sophia memilih naik taksi online untuk sampai di rumahnya. Wanita itu tak kunjung membersihkan diri, tapi lebih memilih pergi ke dapur untuk membantu Ayu memasak.“Maksudnya?” “Laki-laki yang ada di toko bunga tadi siapa?” Sophia menoleh sejenak lalu berpikir. “Asriel?” “Aku tidak tahu namanya dan aku tidak peduli itu!!” “Lalu kenapa bertanya?” “Ada yang salah kalau aku bertanya dia siapa? Kamu istriku kalau lupa.” Sophia meletakkan pisau yang dia pegang di samping baskom warna hijau. Untuk saat ini Sophia bingung setengah mati, sifat Shaka benar-benar membuat Sophia pusing setengah mati. Rasa ingin memperpanjang masalah ini, tapi dia sadar di tempat ini ada Ayu, tidak mungkin dia berbicara dengan Shaka membahas yang lain di depan Ayu. Takutnya Ayu bicara pada Petra dan memberitahu semuanya pada Petra, bukannya apa Sophia masih memilih wa
Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu benar-benar mengajak Sophia ke tempat makan yang katanya memiliki pemandangan alam. Dulu, tempat ini paling ramai karena tempatnya yang sedikit naik dan jauh dari jalan raya. Tempatnya yang luas membuat beberapa bos besar suka sekali makan siang meeting. Tapi sayangnya, karena pindah tangan tempat ini sempat tutup dengan waktu yang lumayan lama. Dan pada akhirnya kembali dengan pemilik yang pertama, akhirnya tempat ini kembali dibuka dengan view yang cukup menarik menurut Shaka. Apalagi Shaka memilih lantai dua untuk mereka berdua. Shaka berdehem, “Suka?” “Tentu. Tempatnya sangat bagus, aku suka. Tapi … .” “Tapi kenapa?” Shaka terlihat cepat menjawab, dia bahkan sampai merubah posisinya hanya untuk melihat Sophia. “Kalau tidak suka kita bisa pindah tempat.” sambungnya kembali.Sophia menggeleng cepat, “Tidak. Maksudku jangan pindah tempat, aku suka tempat ini. Hanya saja anginnya cukup kencang, mungkin pulang nanti aku harus kerokan.” “Kalau
“Valery datang ke rumah dan marah.” cerita Sophia. Raut wajah wanita itu begitu lesu dan tidak bersemangat, dia mendadak mendapat serangan pusing setelah kejadian tadi pagi. Padahal Sophia hanya membantu tapi kenapa masalahnya jadi besar begini? Siang ini dia memutuskan untuk bertemu dengan Alcand, dimana pria itu menunda keberangkatannya ke luar kota karena ada beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan. Sophia sudah mencoba menghubungi Shaka tapi tak ada satu panggilan pun yang direspon oleh pria itu. Apa dia baik-baik saja, atau mungkin dia sedang bersama dengan Valery dan sedang bertengkar? Jika iya, mungkin Sophia bisa mendatangi mereka dan menjelaskan semuanya.“Jelas saja dia marah, Valery bukannya kekasih Shaka?” Sophia mengangguk loyo, “Tapi mereka sudah berpisah.” wanita itu menggunakan tangannya untuk menyangga tangannya. Matanya terus menatap Alcand yang ternyata juga menatapnya, tentu hal itu membuat Sophia sedikit salah tingkah ditatap seperti itu. Tatapan yang teduh
Turun dari taksi online, Sophia pun segera berlari ke arah toko bunganya. Lala memberitahu jika toko bunga milik Sophia kebakaran, setengah dari bangunan toko bunga ini hangus begitu juga dengan tanaman yang seharusnya dipanen beberapa hari lagi. Bahkan Sophia masih bisa melihat kobaran api yang siang melahap bangunan kecil yang dimana semua bunga rangkaian tersimpan disana.“Mbak ini gimana.” kata Lala sambil menangis.Sophia hanya diam saja, dia tidak tahu harus berbuat apa. Kaki pincang nya membuat dia kesulitan untuk menyelamatkan aset berharga yang dia miliki. Dia hanya memiliki toko bunga ini untuk bertahan hidup sampai saat ini, jika toko bunganya hangus dan menyisakan abu lalu bagaimana nasib Sophia dan juga karyawan lainnya? Mengusap air matanya, Sophia hanya bisa berteriak meminta tolong pada orang sekitar untuk segera memadamkan apinya. Api semakin besar, Sophia benar-benar takut akan hal ini.“Kemarin waktu kamu pulang, tidak lupa untuk memastikan semua saluran listrik ka
Seperti yang dikatakan Shaka, pria itu datang ke toko bunga Sophia sambil membawa enam orang perawakan tinggi besar dan berkulit gelap. Salah satu diantara mereka berdiri tepat di samping Shaka dan menerima gulungan dari Shaka. Belum lagi Shaka yang menunjuk ke arah bekas kebakaran yang sudah menjadi abu.“Satu minggu, apa kamu bisa menyelesaikannya?” kata Shaka yang masih bisa didengar oleh Sophia.Meskipun setengah tokonya terbakar, dia masih bisa membuka toko bunga nya dan menerima pesanan. Meskipun mereka hanya menjual sisa-sisa bunga yang ada. Mungkin setelah ini Sophia akan jauh lebih giat lagi untuk menanam bunga dan juga membeli bunga dengan uang pas-pas.an. Dia tidak mungkin menggunakan uang Shaka terus menerus untuk keperluan pribadi. Dia juga akan mengambil tanaman yang sudah jadi di rumah Sophia. Untuk sementara waktu mungkin hanya itu yang bisa Sophia jual. “Bagaimana?” Sophia menatap Shaka penuh harap.“Mereka bisa menyelesaikan bangunn ini dalam waktu satu minggu, kamu