Sophia pikir Shaka tidak akan mengantarkan Sophia pergi ke rumah sakit hanya untuk sekedar periksa. Dan ternyata pagi tadi Shaka sudah siap menunggu Sophia di meja makan untuk sarapan bersama. Sophia pikir Shaka ingin pergi ke kantor karena membawa tas hitam yang sering dia bawa pergi ketika bekerja. Taunya malah Shaka benar-benar mengantar Sophia pergi ke rumah sakit bertemu dengan dokter Dany.Kondisi Sophia sudah membaik, hanya saja ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh Sophia. Dari makanan pedas, asam hingga makanan yang mengandung santan dan juga kopi. Bahkan dokter Dany juga meminta Sophia untuk tidak terlalu banyak makan buah yang asem, itu bisa memicu kembali penyakit lambungnya naik. Tidak hanya itu, Dokter Dany juga menyarankan Sophia selalu bersedia obat maag, karena penyakit itu bisa kambuh kapan saja tanpa disadari.“Ada lagi?” ucap Shaka penasaran. “Sudah cukup itu saja. Jaga pola makan yang baik ya jangan sampai telat makan. Dipastikan jika satu hari makan ti
Sampai dirumah Shaka dikejutkan oleh kedatangan Petra dan juga Mia ke rumahnya. Kedua orang tuanya ibu sering sekali berkunjung setelah Sophia sakit, lebih tepatnya Petra karena Shaka tahu ibunya itu hanya mengekor di balik punggung ayahnya yang begitu menyayangi Sophia. "Papi … Mami." panggil Shaka gugup.Petra mengerutkan keningnya, "Kenapa wajah kamu panik melihat kedatangan kami? Apa yang kamu lakukan, Shaka?" "Tidak ada!!" jawab Shaka cepat.Tentu hal itu membuat Petra curiga, dia hanya tidak mau hal yang lalu terulang kembali. Dimana Shaka sama sekali tidak peduli dengan Sophia. Dan malah orang lain yang begitu peduli dengan Sophia. Petra hanya tidak ingin Sophia berpaling ke orang lain hanya karena kurang diperhatikan oleh Shaka. Itu sebabnya Petra meminta Shaka untuk lebih banyak menghabiskan waktu berdua dengan Sophia ketimbang di luar sana. Apalagi orang yang dekat dengan Sophia adalah Alcand teman Shaka sendiri. Masa iya nanti akan ada berita jika seorang teman telah meni
Suara ketukan pintu yang cukup kencang membuat Sophia mengerutkan keningnya. Wanita itu ingin bangkit dari duduknya dan melihat siapa yang datang ke rumahnya sepagi ini, tapi Shaka melarang dan meminta Ayu yang membuka pintu rumahnya. ini masih cukup pagi untuk bertamu. Shaka meminta Ayu menanyakan keperluan tamu itu apa, jika hal yang tidak begitu penting Shaka meminta Ayu untuk mengusir tamu itu. Tapi jika benar-benar penting dan urgent Shaka meminta Ayu untuk mempersilahkan tamunya masuk menunggu Shaka dan juga Sophia untuk selesai sarapan.“Selamat pagi, maaf ada keperluan apa ya?” tanya Ayu sesopan mungkin.“Dimana Shaka? Aku ingin bertemu dengan Shaka.” “Iya, ada perlu apa ya Mbak. Bapak sedang tidak ingin diganggu.” Valery yang tidak tahan dengan semua ini pun mendorong Ayu untuk pergi dari hadapannya. Dia tidak suka ada banyak sekali pertanyaan tentang dirinya dan ada perlu apa dia datang kemari. Yang jelas Valery tidak Terima jika Shaka lebih sibuk dengan Sophia ketimbang di
“Urus saja, saya harus pulang!!” ucap Shaka. Vindy sekretaris Shaka pun mengangguk, dia melipat berkas yang ada di hadapan Shaka lalu membawanya keluar ruangan. Terlihat sangat jelas jika Shaka begitu lelah dan pusing, Vindy tidak bisa memaksa Shaka sedikitpun untuk menghadiri pertemuan yang bisa saja diwakilkan oleh dirinya. Meraih tasnya Shaka memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu, dia harus menjemput Sophia lebih dulu di rumah Alcand. Lagi tadi, setelah sampai di kantor Shaka memang dengan sengaja mengirim pesan pada Sophia jika dia ingin makan siang bersama di rumah. Sophia setuju, dia akan menyiapkan makan siang untuk mereka. Hanya saja untuk mengusir rasa bosan, Sophia ingin pergi ke toko bunga. Dia sudah lama sekali tidak ke toko bunga hanya sekedar melihat ayah dan ibunya. Tapi yang ada Alcand datang dan langsung membawa Sophia pergi ke rumahnya. Itu pun juga Sophia mengirim pesan pada Shaka jika dirinya di rumah Alcand dan meminta Shaka untuk menjemputnya jika dia belum
Shaka terbangun dengan keadaan sesak. Dia pun membuka matanya perlahan dan mengerutkan keningnya. Handuk dingin ini masih ada di keningnya dan Shaka mengambilnya dengan pelan. Lalu menatap Sophia yang tidur di dalam pelukannya dengan posisi duduk. Jadi semalam dia merawatku? Batin Shaka. Menghembuskan nafasnya berat, Shaka pun menggoyangkan tubuh Sophia hingga wanita itu terbangun. “Aku merasa sesak.” ucap Shaka..“Maaf, aku ketiduran ya.” jawab Sophia pelan sambil mengucek kedua matanya. Lalu beralih pada handuk dingin di tangan Shaka dan merebutnya. Tak lupa juga Sophia memeriksa kembali suhu tubuh Shaka yang tidak seperti semalam. “Kemarin malam kamu demam tinggi, aku sudah menghubungi Valery untuk menjenguk. Karena kamu terus memanggil namanya, aku tidak tahu harus berbuat apa malam itu aku cuma bisa mengompres saja.” jelas Sophia menunduk. “Hmm, tidak apa. Terimakasih sudah merawatku, istirahatlah aku sudah membaik.” Sophia menggeleng, dia sudah tidur beberapa jam dan itu sud
“Pipimu mengembang, apa kamu makan dengan baik?” kekeh Petra. Petra menghembuskan nafasnya kasar, “Apa sih!! Kalau tidak sakit aku juga tidak mungkin seperti ini.” “Aku tau, makanya aku tertawa.” Itulah yang dikatakan Petra pada Shaka beberapa hari yang lalu ketika dirinya sakit. Setelah merasa membaik, Shaka bahkan langsung pergi kerja demi mengejar beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan sebelumnya. Bertemu dengan beberapa klien dan juga orang kantor membuat pikiran Shaka luas, setidaknya dia tidak terus menghina Shaka yang katanya berat badannya naik terus menerus setelah sakit. Sampai saat ini Shaka tidak berani untuk naik ke timbagan hanya sekedar ingin tau berat badannya. Dia mendadak takut jika berat badannya benar-benar naik hanya karena ulah Sophia.“Aku mau kita putus!!” Ucapan itu membuat lamunan Shaka bubar, dia pun mengerjapkan matanya berkali-kali sambil memastikan di depannya itu Valery bukan Sophia atau Petra yang Shaka mengejeknya.“Apa?” Shaka tidak begitu men
“Aku melihatmu bertengkar dengan putraku. Ada hubungan apa kamu dengan putraku, Nona!!” Valery memutar bola matanya malas. Selama menjalin hubungan dengan Shaka tak sekalipun Shaka mengenalkan keluarganya pada Valery. Sehingga pertanyaan itu mampu membuat Valery malas menanggapinya. Ibunya begitu cetus ketika berbicara dengan Valery, tapi kata Shaka, ayahnya sangat baik dan tegas berbeda dengan ibunya yang selalu saja menentang apa yang diinginkan ayahnya.“Kamu ibunya Shaka?” tanya balik Valery.“Ya. Aku ibunya.” Sejujurnya Mia paling malas dengan semua ini. Tapi dia begitu penasaran dengan wanita yang beberapa hari lalu bertengkar dengan Shaka di sebuah cafe. Mia pikir mereka hanya rekan kerja atau mungkin salah satu karyawan yang kerja di kantor Shaka. Tapi mendengar perbincangan mereka yang ingin mengakhiri hubungan mereka membuat Mia tertarik. Wanita di depannya begitu cantik, tubuhnya yang sempurna dan memiliki kulit putih pucat nan bersih. Ditambah lagi aroma parfum ini perna
Sepulang makan malam bersama dengan keluarga Alcand, Sophia memutuskan untuk berpamitan pulang. Dia mengucapkan banyak sekali terimakasih pada keluarga Alcand yang mampu menerima Sophia dengan baik. Meskipun sesekali Sophia harus menyaksikan perkemahan kecil antara Alcand dan juga Shaka. Ya, karena tidak enak hati dan Akoh ia pun memberitahu Shaka jika Alcand mengundang makan malam bersama. Shaka tiba-tiba saja sudah menunggu Sophia dan juga Alcand di rumah Alcand. Duduk manis di depan teras sambil menunjukkan deretan giginya yang putih bersih itu. Seperti biasanya makan malam di warnai dengan perdebatan yang sama sekali Sophia tidak mengerti.“Lain kali jangan terlalu dekat dengan Alcand, aku tidak suka.” celetuk Shaka.“Tumben sekali. Biasanya kamu tidak peduli.” “Kali ini aku peduli. Aku sudah memutuskan hubungan ku dengan Valery, lebih tepatnya dia yang mengakhiri hubungan kita.” Sophia terkejut tapi sebisa mungkin dia memasang wajah santainya. “Lalu rencana kita bagaimana tenta
Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j
Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s
“Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel
Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat
Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V
Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi
Dua orang pria dewasa tengah duduk santai sambil menikmati segelas wine di tangan mereka. Hampir satu jam lebih mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, bahkan satu kata pun tidak keluar dari bibir mereka. Tentu saja hal itu membuat suasana menjadi bosan. "Mau sampai kapan berdiam diri terus menerus seperti ini?" ucap salah satunya. Pria yang mengenakan baju merah.Pria berbaju hitam pun mendesah, dia pun menggeleng lalu mengangguk. "Aku juga tidak tahu." "Mau aku kasih saran?" "Apa?" "Lebih baik selesaikan dengan cepat sebelum semuanya berakhir dengan saling menyakiti. Kamu terlihat serius tapi sebenarnya kamu hanya ingin tahu saja kan?"Pria berbaju hitam itu langsung diam. Semua itu tidak benar, apa yang dia lakukan itu benar apa adanya. Dia sangat serius hingga ingin meminang wanita itu untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi disisi lain dia sedang menyakinkan dirinya jika apa yang dia rasakan itu adalah rasa cinta, bukan rasa tertarik sesaat yang dimana tidak ada ni
“Bu di depan ada orang yang ingin membeli bunga rangkai.” ucap Ayu.Alis Sophia mengerut secara sempurna. Dia pun menatap Ayu dengan heran, bunga rangkai di depan sudah di pesan oleh seseorang dan satu jam lagi akan diambil oleh orang memesan. Dan sekarang ada orang yang datang untuk membeli bunga rangkai itu? Dengan berjalan tertatih, Sophia pun keluar ruangan nyamannya untuk melihat siapa yang ingin membeli bunga rangkai miliknya. Dan itu adalah Valery yang datang dengan perut buncit nya. Sophia menarik nafasnya, sejujurnya dia paling malas tapi mau bagaimana lagi. Menuruni dua anak tangga untuk bisa berdiri tepat di depan Valery.“Mau apa?” tanya Sophia heran.“Mau apa? Seharusnya tanpa aku jelaskan kamu sudah tau maksud dari kedatanganku, Sophia.” Dan nyatanya sampai saat ini Sophia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Valery. Wanita itu datang ke toko bunganya dengan keadaan marah tidak jelas, jika saja Sophia bisa membaca pikiran orang mungkin tanpa diperjelas pun Sophia akan ta
Saka berlari kencang setelah menerima panggilan masuk dari Petra, yang memberi kabar jika Mia mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Shaka yang panik pun segera menjumpai Petra yang tengah duduk di depan ruang rawat.“Apa yang terjadi, Pi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Shaka bertubi-tubi.Petra menggeleng, “Papi juga tidak tahu apa yang terjadi. Ada seseorang yang menerima panggilan Papi, dan orang itu bilang jika Mami kamu kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Mami kamu tidak sadarkan diri selama dua jam, dokter sedang memeriksa dan semoga saja semuanya baik-baik saja.” Shaka juga berharap seperti itu, semoga tidak terjadi sesuatu dengan ibunya. Jantung Shaka berdebar kencang tidak sepertinya biasanya, sesuatu telah terjadi tapi yang ada dipikiran Shaka malah Sophia. Seolah dia ingin sekali memberitahu Sophia jika ibunya mengalami kecelakaan. Tapi detik berikutnya Shaka pun kembali berpikir, untuk apa juga dia memberitahu Sophia tentang hal ini. Toh, wanita itu tidak a