Mendengar hal itu mata Sophia pun melebar dengan sempurna. Dia pun menatap Alcand dengan tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu melontarkan kata-kata seperti itu dengan mudah, sedangkan di ruangan ini tidak hanya ada mereka berdua. Tapi juga dengan Shaka yang sudah menunjukkan wajah tidak sukanya dengan ucapan Alcand.Bukannya takut, Alcand malah tertawa kecil dan masuk ke dalam ruang inap Sophia tanpa dosa. Tentu saja hal itu langsung membuat Sophia canggung setengah mati. Tadi pagi, Sophia sudah meminta Alcand untuk pulang lebih dulu. Setidaknya dia harus mandi dan mengganti pakaiannya bukan? Tapi yang ada Alcand malah menolak dan meminta orang suruhannya untuk mengantarkan baju dan juga peralatan mandi untuk Sophia. Dia bertanggung jawab pada hidup Sophia yang sedang sakit. Alcand menganggap jika Sophia sakit itu karena ulahnya bukan yang lain. Alcand selalu menyalahkan dirinya dan mengatakan hal yangs ama. Andai saja malam itu mereka tidak keluar menggunakan motor, mungkin hal ini
Shaka berdehem, lalu menguap dan merentangkan kedua tangannya ke udara. “Ini jam berapa?” tanyanya dengan santai.“Jam tiga sore. Mau pulang?” jawab Sophia. Alis Shaka terangkat sebelah, dia pun menggeleng. “Papi belum datang?” Disini Sophia langsung menggeleng, sejak pagi Petra memang belum datang sama sekali. Petra bilang jika dia datang sore hari, karena harus menggantikan pekerjaan Shaka yang terbengkalai. Ada banyak sekali file yang tidak dikerjakan oleh Shaka, itu sebabnya Petra bertahan di kantor sampai jam kantor pulang. Mendengar hal itu Shaka hanya mengangguk kecil, dia pun menatap Alcand yang sejak tadi diam saja di samping Sophia.“Itu patung kalau nggak berguna suruh pergi aja!!” cetus Shaka menatap Alcand. “Apa sih!!” decak Alcand. Dia pikir Shaka tidak tahu apa yang terjadi, dan apa yang membuat Alcand diam seribu bahasa? Bagaimana bisa seorang Alcand yang disentuh begitu saja langsung salah tingkah. Apa mungkin Alcand benar-benar tertarik dengan Sophia si cacat itu
Pintu ruang inap dibuka begitu lebar oleh seseorang. Sophia sampai memiringkan kepalanya dengan harapan jika itu bukan Shaka. Tapi sialnya, yang barusan masuk adalah Shaka dan juga satu pria paruh baya yang datang bersama dengan Shaka.“Pah … .” Tentu saja hal itu langsung membuat mata Sophia hampir saja lepas dari tempatnya. Orang yang barusan di panggil Pah itu tadi ayah Alcand? Seketika itu juga Sophia langsung menatap Alcand dengan kening yang berkerut. Lebih tepatnya menyamakan antara ayah dan anak ini yang terlihat hampir mirip. Dari hidung dan juga bentuk alisnya sama, belum lagi meskipun ayah Alcand sudah tua tapi masih terlihat tampan dan maskulin. Jangan-jangan bapak dan anak lagi adu fashion atau gimana sih, stylenya pun juga hampir sama. Bedanya ayah Alcand lebih dominan ke formal, sedangkan Alcand lebih ke santai tapi terlihat rapi dan cocok. “Ini Papa aku.” kata Alcand memperkenalkan ayahnya pada Sophia. “Papa kok bisa masuk sama dia?” katanya kembali menunjukkan ke
“Kalian lagi bahas apa kok tegang banget?” ucap Alcand yang baru saja datang. Pria itu tadi pamit pulang sebentar untuk mengantarkan baju kotor ke rumah dan membawa baju bersih. Tidak hanya itu Alcand juga membawa alat tempur kerjanya di rumah inap Sophia. Meskipun wanita itu sudah memaksa Alcand untuk pulang dan istirahat, tapi nyatanya Alcand menolak dan kembali lagi. Padahal jika dipikir masih ada hari esok untuk dia datang.Ah ya, masalah pertanyaan Shaka tentu saja Sophia belum memberikan jawaban apapun pada pria itu. Dia masih ingat betul tentang kontrak yang Shaka buat untuk dirinya. Tidak ada yang namanya mengenal satu sama lain, tidak ikut campur satu sama lain. Dan kali ini Shaka malah mengingatkan ucapan Petra? Apa iya Sophia harus mengingatkan isi kontrak yang Shaka tulis sendiri? “Tidak ada. Aku cuma mengupas apel sama jeruk aja.” Shaka terlihat santai, tapi tidak dengan Sophia yang masih saja bingung dengan ucapkan Shaka. Reaksi Sophia membuat Alcand tidak percaya. Di
Mungkin ini hari kelima Sophia menginap di rumah sakit, dia meminta dokter untuk mengizinkan dia pulang. Sungguh, semahal apapun tempat ini nyatanya Sophia tidak betah jika harus berlama-lama di rumah sakit. Dia rindu rumahnya, rindu tempat duduknya dan juga toko bunganya. Hampir setiap hari Sophia kepikiran bunga yang ditanam di depan rumah apakah tanamannya mati atau hidup? Sedangkan tanamannya sudah waktunya di pupuk agar berbunga dengan cepat. “Ayolah Dok, saya sudah merasa baikan. Saya ingin pulang.” rengek Sophia. Dokter Dany pun hanya mampu tersenyum, selama menginap kondisi Sophia memang sudah menunjukkan banyak perubahan. Dia sudah mau makan banyak, obat yang diberikan pun diminum secara rutin, hanya saja Alcand masih menahan Sophia dengan alasan wanita itu masih belum sembuh total. Sedangkan penyakit yang diderita Sophia ini memang tergolong paling lama fase penyembuhan nya, tapi melihat perubahan Sophia membuat dokter yakin. Jika ingin sembuh cepat berawal dari diri sendi
Setelah sarapan, Sophia tidak tahu harus melakukan apa. Semua pekerjaan rumah hingga memasak semuanya ditangani oleh Ayu, meskipun Sophia meminta Ayu untuk mengepel rumahnya setiap dua atau tiga hari sekali saja tidak perlu setiap hari. Lagian lantai rumah ini juga tidak begitu kotor, di sapu pun juga sudah bersih menurut Sophia. “Bu Sophia butuh sesuatu?” tanya Ayu memastikan. Dia tidak tahu harus melakukan apa setelah semua pekerjaan rumah selesai. Dia juga sudah menyirami tanaman Sophia di depan rumah dan samping rumah, meskipun ada banyak yang mati tapi menurut Ayu ada beberapa bunga yang sudah berbunga. “Tidak ada. Kamu istirahat saja jika tidak ada kerjaan, Ayu.” “Tapi Bu, saya ‘kan di bayar untuk kerja bukan untuk tidur. Saya takut Bu Sophia manggil saya, tapi saya tidak dengar.” Untuk saat ini Sophia tidak membutuhkan apapun, karena dia sendiri juga bingung mau minta apa dan melakukan apa. Sophia saja mencari kegiatan agar dia tidak bosan di rumah, malah di tawarin butuh
Shaka benar-benar mengantar Sophia ke cafe baru Alcand. Disana wanita itu bisa melihat Alcand yang sudah menunggunya di depan cafe, sesekali menatap jam tangan mahalnya yang lingkaran indah di pergelangan tangan kirinya.Sophia berdehem. “Udah nunggu lama ya?” katanya dengan suara pelan.Alcand tersenyum, tapi senyum itu luntur setelah melihat Shaka yang tiba-tiba saja turun dari mobil dengan wajah arogan nya. “Kenapa tikus curut diajak? Katanya kesini sendiri, kenapa sama dia?” “Aku juga tidak tahu. Kemarin aku sudah berdebat dengan dia masalah ini, tapi Shaka tetap ngeyel nganter aku kesini.” “Maklum saja sih terancam miskin kalau nyia-nyiain kamu lagi.” kekeh Alcand.Sophia tertawa mendengar hal itu, dia pun meminta Alcand untuk menunjukkan tempat mana yang harus dihias. “Mau bunga apa?” Untuk masalah itu Alcand menyerahkan semuanya pada Sophia. Mau dikasih bunga apapun itu terserah Sophia yang penting bunganya bagus dan wangi. Alcand hanya minta pada Sophia untuk mengganti bunga
“Valery sakit, jadi aku harus menginap di rumahnya. Dia juga marah, karena menganggap kamu berhak atas diriku dan juga hidupku.” ucap Shaka.Sophia menoleh cepat menatap Shaka yang duduk di sampingnya sambil menyiapkan obat untuk Sophia. “Valery sakit apa?” “Demam. Dia kelelahan karena banyak job.” Sampai disini Sophia lupa jika kekasih Shaka adalah seorang model. “Begitu ya. Kamu akan lebih sering ke tempat Valery?” “Ya. Aku ingin merawat dia.” “Baiklah, pergilah. Aku akan menghubungimu jika ayahmu datang berkunjung ke rumah ini.” Mendadak Shaka pun langsung menghentikan aktivitasnya, dia menatap Sophia dengan dalam dan menilai raut wajah wanita itu dengan serius. Shaka mengajak Sophia untuk memulai hubungan baru, tapi kenapa hal seperti ini langsung membuat Sophia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Shaka? Kenapa wanita itu tidak menahan Shaka untuk tidak pergi? Meskipun Shaka tidak ingin, tapi kan tidak ada salahnya jika Sophia lebih dulu menahan Shaka untuk tidak pergi ke ruma