Lila membawa anaknya ke dalam dekapannya. Memberi asi secara langsung pada anaknya yang tadinya menangis. Lila tersenyum—jemarinya mengusap pelan pantat anaknya. “Sudah tidur?” tanya Bi Rosa yang baru saja masuk ke dalam kamar. “Dia langsung diam saat aku menggendongnya.” “Mungkin merindukan kamu.” Bi Rosa menatap bayi Lila dengan bahagia. Serasa ikut mempunyai cucu. Bayi laki-laki yang tampan. Hidungnya bahkan sangat tinggi seperti tuan Lucas. “kenapa aku merasa Leonard mirip sekali dengan tuan Lucas ya?” tanya Bibi. Lila tersenyum getir. Leonard Byron. Leonard terlahir dari ibu buta namun memiliki fisik yang normal. Leonard bayi laki-laki tampan yang memiliki bola mata berwarna hijau. Bahkan fisik bayi itu lebih mengarah pada ayahnya daripada ibunya. “Mungkin.” Lila terkekeh dengan canggung. “Karena aku juga tidak bisa melihat bagaimana wajahnya.” Bi Rosa mengambil duduk di samping Lila. “Sungguh. Bibi bahkan seperti melihat tuan Lucas saat menatap Le
Lila menghela nafas. Pria itu sungguh tidak sabar. Lila memejamkan mata. Tak lama.. Terdengar suara mesin yang berdatangan. Langkah sepatu orang-orang yang mulai datang. Satu datang—maka akan datang yang lain. Hingga memenuhi area restoran. Lucas sampai terheran dengan apa yang terjadi di hadapannya. “Sudah percaya denganku?” tanya Lila. “Bagaimana ini..” Lucas kehilangan kata-katanya. “Permisi, nona dan tuan. Apa kalian sudah selesai makan?” tanya seorang pria yang baru saja datang. Pelanggan yang datang. “Sebenarnya saya datang bersama istri dan anak saya. Kasihan mereka harus menunggu untuk mendapatkan kursi. Kalau kalian tidak keberatan…” Lucas mengerjap. Apa-apaan! Pemilik restoran diusir? Lucas memejamkan mata sebentar. “Iya. kami sudah selesai.” Lila tersenyum manis dengan mata yang lurus ke depan tanpa menoleh pada pria itu. “Kalian bisa menggunakan bangku ini,” lanjut Lila. Lucas kesal. “Kau—” “Ayo Lucas kita pergi. sebagai pemilik restoran
“Katanya sibuk…” lirih Lila yang berada di dalam mobil. Benar kan? Katanya sibuk. Tapi malah mengantar Lila ke tempat usaha pamannya. Lucas itu memang aneh. “Aku harus memastikan kalau kau tidak berselingkuh,” jawab Lucas tanpa menoleh. Ia memegang ipad yang berisi pekerjaannya. Sebenarnya ada rapat penting. Tapi ia meninggalkan rapatnya begitu saja dan malah mengantar Lila ke suatu tempat. “Aku tidak berselingkuh. Aku hanya pergi ke tempat pamanku. Aku biasanya bekerja di sana.” Menunduh orang sembarangan! Lagipula untuk apa berselingkuh. Ia juga sudah punya anak dari pria itu! “Pekerjaan apa yang kau maksud?” tanya Lucas menutup ipadnya. “Sebagai penglaris. Seperti yang aku lakukan di restoran.” Lucas menoleh. “Sekarang kau bekerja denganku. Jangan mendua dengan bekerja pada orang lain.” Lila menggeleng. “Aku harus sesekali datang ke sana, kasihan kalau usaha paman jadi sepi. Aku sudah lama tidak ke sana.” Lucas berdecak. Ia bisa gila berbicara dengan wanit
“Paman mendengar kamu menikah. Paman kira kamu menikah dengan anak pemimpin daerah itu. ternyata kamu menikah dengan Lucas.” Paman Carlo membawa Lila untuk berbicara empat mata di sebuah ruangan. “Bagaimana keadaan paman?” tanya Lila. “Tentu saja paman baik-baik saja. paman kawatir kamu tidak ada kabar setelah pulang malam itu. Paman sampai mematai rumah kamu—untuk memastikan keadaan kamu baik-baik saja.” Raut pria itu memang kawatir. Sepenuhnya kawatir. Dari kecil paman Carlo ikut merawat Lila. Sebagai tukang kebun yang juga teman Lila bermain di rumah. Lila tersenyum. “Maaf..” “Sebenarnya apa yang terjadi? Apa kamu mau memberitahu paman?” “Paman tahu sendiri. Paman juga melihat Lila disiksa di rumah itu. Tapi Lila bisa menahannya. Sampai Lila harus menikah dengan pria itu….” jelas Lila. “Sampai Lila tahu kalau pria itu juga berniat buruk pada Lila. Lila tidak ingin menikah dengan pria itu. Dan Lila memutuskan untuk kabur dan bertemu dengan Lucas. Singkatnya kita
Lucas berkutat pada dokumen yang berada di atas meja. Jangan bilang ia hanya mengurus bisnis ilegalnya saja. Karena ia juga sibuk mengurus bisnis legalnya yang tidak pernah berhenti membuatnya lelah. Lucas menatap jam—sudah sore. Ia bersandar pada kursi. Tak lama sekretarisnya meneleponnya. “Sir, ada perempuan yang ingin bertemu, dia bilang dia adalah adik dari istri anda—” Lucas menaruh telepon itu. Kemudian beranjak dari duduknya. Mainan datang.. Lucas berjalan ke bawah, lantai dasar. Di sanalah ia melihat perempuan yang tadinya sedang duduk kini berdiri dan menyambutnya dengan senyum. Pakaian yang mini. Lucas tersenyum tipis. Apa wanita ini sengaja menggodanya. “Mencariku?” tanya Lucas. “Iya.” Wanita itu tersenyum manis. Mengulurkan tangannya. Lucas tersenyum manis dan mengambil tangan wanita itu. Mengusapnya pelan—membuat wanita itu tersenyum senang. Di sebuah restoran. Duduklah Lucas bersama adik iparnya. Salah satu alis Lucas terangkat. “J
“Segalanya…” Lucas tersenyum miring dengan keberanian adik tiri Lila. Lucas melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. “Sekarang?” tanya Maria melihat Lucas yang membuka dasi. Pikirannya sudah mengelana Lucas kemudian menoleh. “Kau memikirkan apa hm?” tanya Lucas sembari mendekat. Maria menggigit bibir bawahnya. Tapi—BRAK! Lucas mendorong dan mencekik Maria ke tembok. “Dirimu tidak ada apa-apanya dibandingkan Lila.” Lucas tersenyum miring—tangannya masih menekan leher Maria. Maria berusaha melepaskan tangan Lucas yang berada di lehernya. Ia bahkan tidak bisa bernafas apalagi berbicara. Otot-otot leher Lucas bahkan terliahat sangat jelas. Wajahnya menakutkan dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Lucas melepaskan Maria yang kehabisan oksigen. “Hah..!” Maria mengusap lehernya dengan tangan yang gemetar hebat. Tidak menyangka Lucas akan melakukan hal seperti ini. Maria tidak berani menatap Lucas lagi. Lucas tersenyum—kemudian tertawa. “Hah! Hanya s
Lucas mendekati Lila. Sedangkan Maria melengos ketika melewati mereka. Lucas mengambil tangan Lila. Namun, Lila menepisnya dengan cepat. “Lila..” geram Lucas. Lucas mengambil tangan Lila lagi dan menggenggamnya lebih erat. “Sorry paman. Tapi aku harus membawa istriku pulang,” ucapnya pada paman Carlo. Paman Carlo menatap Lila. “Dia belum makan dari siang.” Lucas menatap Carlo dengan wajahnya yang kejam. “Anda pikir saya akan membiarkannya kelaparan.” Mulut Carlo seketika tertutup. Ia tidak lagi berkomentar. Membiarkan Lucas membawa Lila keluar dari restoran. Lila menghempaskan tangan Lucas. Lucas berkacak pinggang menatap Lila. “Kau cemburu?” tanyanya. “Tidak!” balas Lila. “Lalu kenapa kau marah?” tanya Lucas mendekat. Dari sudut matanya—ia melihat Maria yang menguping di dekat mereka. Pasti wanita itu ingin melihatnya bertengkar dengan Lila. Lucas tersenyum miring. “Jadi kau memang cemburu…” mengusap pelan pipi Lila. Lila mendengus. “Kenapa harus d
Lila melupakan hal yang sangat penting. Seharusnya setelah ia sampai di restoran, ia langsung pergi ke toilet untuk memompa asinya. Tapi Lucas justru menariknya pergi dan mereka berciuman cukup lama untuk membuat adik tirinya itu pergi. Sekarang Lila meminta waktu untuk bisa memompa asinya di dalam mobil. Sedangkan Lucas berada di luar mobil. Menjaga agar tidak ada siapapun yang melihatnya. Lucas menghisap rokoknya pelan. memejamkan mata—melepaskan kancing terasa kemejanya. Tahan… tahan… Ada yang sedang ditahannya mati-matian. Lucas berdecak pelan… ‘Aku bisa gila jika terus berdekatan denganny.’ Dia penglarisku, harta berhargaku sekarang. Aku tidak boleh berbuat sembarangan. Tapi dia sungguh menggoda. “Lucas,” panggil Lila. Lucas menoleh dan membuang putung rokoknya ke bawah. Lucas masuk ke dalam mobil. Menyetir mobilnya sendiri. Banyak bodyguard yang mengawalnya. Mengikutinya dengan mobil yang berbeda. Berkecimpung di dunia gelap, Lucas memiliki banyak m
Lucas tertawa. Tawa seram yang menggelegar. Ia mengusap pipinya yang terasa sedikit panas akibat tamparan. “Kau berani padaku.” Lucas menatap tajam Lila. “Aku akan menunjukkanmu siapa aku!” menarik Lila. “Maid!” teriak Lucas. Satu maid datang dengan terburu-buru. Maid itu menunduk takut. “Ambil bayinya!” maid itu berusaha mengambil leonard yang berada di gendogan Lila. Namun Lila tidak melepaskan anaknya. ia berusaha menahan Leonard agar tetap berada di dalam gendongannya. Uweeek! Tangisan Leonard yang terdengar. “Jangan!” Lila menarik Leonard. “Lepaskan atau aku akan membunuh anakmu!” ancam Lucas. Jika saja Lila bisa memberitahukan bahwa anak yang ingin dibunuh itu adalah anak pria itu sendiri. Lila akhirnya melepaskan Leonard yang berada di gendongannya. Merelakan Leonard diambil oleh orang lain. Namun Lila memastikan jika wajah Leonard tertutup oleh kain gendong. Ia tidak akan membiarkan Lucas melihat wajah anaknya. Baru saja melepaskan Leonard, Lila
Derrick dilepaskan. Dengan anak buahnya yang masih hidup. Namun, hal yang paling berharganya justru pergi. Derrick menatap nanar Lila yang sudah dibawa pergi oleh Lucas. “AAARGGGH!” teriak Derrick sembari menangisl. Memukul kursi besi itu dengan tangannya berkali-kali. Sampai tangannya berdarah sekalipun. Gagal. Gagal menjaga wanita yang paling ia cintai. Gagal melindungi sahabatnya. Sebelum pergi, Lila sempat berkata. “Ada maupun tidak ada aku. Kau harus tetap hidup lebih lama. Kau satu-satunya sahabat yang aku miliki. Aku tidak mau melihatmu menyerah dengan mudah pada hidup.” Itulah pesan Lila sebelum dibawa Lucas pergi. BRAAK BRAAK Derrick meraung sampai terguntai lemas di lantai. Mengusap wajahnya kasar… Itulah akhir dari pertemuan mereka. Tidak ada rencana yang bisa mereka lakukan. Rencana untuk mengunjungi wanita itu setiap bulan. Rencana untuk menjadi ayah dari anak wanita itu. Semuanya musnah begitu saja. “Dia pergi?” tanya seorang pria b
Derrick mengarahkan pistolnya pada Lucas. “Kau kalah.” Lucas tersenyum miring. “Anak buahmu akan mati di sini…” Derrick membawa Lila ke belakangnya. “Kau melanggar peraturan.” Derrick berdecih. “Tidak seharusnya kau berada di sini.” Derrick menatap tajam Lucas. “Kau yang akan mati. Kau yang kalah.” Lucas mengedikkan bahu. “Sayangnya mulai sekarang setengah dari bagian timur adalah wilayahku. Kau tidak tahu? Aku baru saja membeli bandara ini.” “Membeli beberapa tanah dan bangunan di sini…” lanjut Lucas dengan senyum smirk. Derrick menatap anak buahnya yang kalah jumlah. Ada begitu banyak anak buah Lucas. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah anak buahnya yang ada di sini. Anak buah Lucas menyergap anak buahnya hingga tidak bisa bergerak.Banyak anak buahnya di rumah untuk melindungi rumah serta markas utamanya. Ia tidak mengira kalau Lucas secepat itu membeli bandara. Sebelum membeli tiket—ia sudah memastikan jika bandara ini sangat aman dari Lucas. Pria ini memang benar-ben
“Sekarang, Sir.” Sam memberi aba-aba pada Lucas. Lucas sudah memasuki mobil untuk menuju kediaman Derrick yang terletak di derah timur. Membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk ke sana. Mereka hampir sampai. Rombongan Lucas begitu banyak. Ada belasan mobil hitam yang terisi dengan anak buah. Mereka siap menggunakan senjata masing-masing. Tidak tanggung-tanggung ketika berada di sana. Mereka langsung adu senjata. DOOR! DOOR! Suara pistol tidak terelakkan lagi. Semua anak buah Derrick yang berjaga di depan langsung tumbang. Lucas duduk manis di dalam mobil sedangkan anak buahnya yang menyelesaikan. Setelah menghabisi anak buah Derrick—mobil kembali berjalan sampai di rumah yang tidak begitu besar. Lucas berdecih—rumah itu hanya cukup untuk menampung hewan peliharaan Lucas seperti serigala. Lucas keluar dari mobil. Ia melihat satu dari mereka yang familiar di ingatannya. Si rambut merah. Pria itu menodongkan senjata ke arahnya. “Kau si red velvet ya kan?” Lucas ter
Kamboja adalah negara yang akan didatangi Lila untuk bersembunyi. Di sanalah nanti, Derrick juga bisa memperluas usahanya. Lila berkemas… Hanya membawa barang-barang penting saja. Terutama keperluan Leonard. “Mamamama…” Lila meraba kasurnya sebelum duduk di samping Leonard. “Terima kasih sudah bertahan bersama mama..” Lila mengusap pelan kaki anaknya. Ia tersenyum. “Kita akan pergi. nanti…” Lila membayangkan di tempat baru. “Di sana, kita akan mulai hidup baru. Mama yakin kita bisa hidup bersama dengan damai di sana.” Lila sudah melihat tempat yang akan ia tempati. Tempatnya bagus dan tidak ada hal yang aneh. Untuk itu ia ingin segera ke sana saja. Lila mengangkat Leonard dan menggendong anaknya dengan nyaman. Tok tok “Aku sudah selesai!” teriak Lila. Akhirnya mereka berada di dalam mobil. Derrick berada di sampng Lila. Pria itu tidak berhenti menatap Lila dari samping. ‘aku puas-puaskan melihatnya. Setelah ini aku tidak bisa melihatnya lagi..’ Derrick meli
“Sir, keberadaan rumah Derrick sudah diketahui. Apakah kita langsung menyerang saja?” tanya Sam pada Lucas. Lucas yang awalnya sibuk melihat dokumen kini mendongak. “Apa kau yakin Lila ada di sana?” tanya Lucas. “Anak buah yang saya kirim ke tempat milik Derrick mengatakan, tidak menemukan Lila di sana. Kemungkinan besar nona Lila di rumah Derrick.” “Anak buah juga sudah melacak keberangkatan di bandara. Tidak menemukan jejak kepergian nona Lila di sana.” Sam mengatakannya dengan begitu yakin. Penyeledikian itu memakan waktu yang begitu lama. Lucas mengerahkan anak buahnya yang paling kompeten untuk mencari keberadaan Lila. “Kau ada rencana untuk ke sana?” tanya lucas. “Saya sudah merencanakannya, Sir.” Sam mengangguk. “Pertama, tempatkan anak buah kita di berbagai usaha Derrick.” “Lalu kita akan menyerang rumah bajingan itu.” “Kau yakin kita tidak kalah jumlah dengan mereka?” tanya Lucas. menyerang bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan senjata dan perso
Setelah Derrick menarik Lila. Mereka berada di kamar Lila untuk berbicara. “Aku tidak bisa mengirimmu pergi sendirian.” Derrick memandang lekat Lila. “Kau harus tetap di sampingku agar aku bisa memastikan keselamatanmu.” Lila tersenyum. hatinya menghangat mendapat perhatian dari Derrick. Namun keberadaannya di samping pria itu justru akan menjadi malapetaka. “Aku punya firasat buruk jika aku tetap di sini.” Tangan Lila terangkat—ia menyentuh lengan Derrick. “Tidak masalah di manapun aku berada. Yang penting aku bisa tetap aman jika Lucas tidak menemukanku. Jika situasi nanti memungkinkan, kau bisa mengunjungiku dan Leonard.” Derrick menatap tangan Lila yang berada di lengannya. Tangan mungil wanita itu yang masih menyentuh lengan kemejanya. “Mana bisa aku membiarkanmu pergi setelah sekian lama aku berusaha mendapatkanmu…” Derick memejamkan mata sebentar. “Tetap di sini. aku akan menjaga kalian. aku tidak akan membiarkan Lucas mendapatkanmu kembali.” Lila menggeleng
“Kau masih belum menemukan apapun?” tanya Lucas sembari mengangkat gelasnya. Ia mengguncangnya pelan. Cairan yang berwarna cokelat itu bergerak hingga sedikit tumpah. Lucas mencengkram gelas itu sangat kencang. Kuku jemarinya memutih. “Aku sudah memberimu waktu seminggu untuk mencarinya, tapi kau—” lucas mengangkat kepalanya dan menatap tajam Dante. “Kau tidak menemukan apapun..” Lucas tersenyum miring. “Kau ingin berhenti bekerja?” Dante menggeleng dengan keras. “Tidak, Sir. Saya sudah berusaha untuk melacak di mana keberadaan nona. Tapi sistem saya tidak bisa menembusnya. Sepertinya Derick menggunakan Teknologi terbaru.” “Saya punya rencana untuk menggunakan cara manual. Dengan memata-matai anak usahanya…” Dante menunjukkan tabletnya pada Lucas. “Di sini letak usaha Derick. Tapi hal itu sangat berisiko.” Dante mengambil lagi tabletnya. “Itu bukan daerah anda…” Lucas menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku sekarang tidak peduli wilayah siapa. yang aku inginkan hanyalah me
Lucas mengusap pelan pipi wanita itu. Senyum yang menggoda.. Wanita itu memang ahli memikat para lelaki. Ia mendekat dan baru saja berjinjit ingin mencium Lucas… Justru Lucas mundur. Lucas berkacak pinggang. “Sial..” lirihnya. “Kenapa?” tanya wanita itu. “aku bahkan belum mulai.” “pergilah.” Lucas memijit keningnya yang terasa pusing. “TA—” “Pergilah sebelum aku membunuhmu!” potong Lucas. Akhirnya wanita itu pergi. Dengan perasaan yang dongkol karena ditolak oleh Lucas begitu saja. Lucas mengambil duduk di salah satu sofa yang kosong. Kenapa ia tidak bisa menyentuh wanita tadi? Hanya sekedar ciuman pun tidak bisa. Karena bayangan Lila yang selalu berputar di otaknya. Wanita itu memang sengaja membuatnya seperti ini! lucas mengepalkan kedua tangannya. rasanya ingin membunuh semua orang yang ada di sini karena begitu kesal. “Aku akan mencarimu ke manapun kau pergi!” ~~ “Kita sudah memperketat semua penjagaan Sir,” ucap anak buah Derick. Derick mengangguk