Mantan Ibu MertuaHesti sudah berada di rumahnya, dia terlihat menyiapkan makanan ringan untuk anak anaknya. Adam dan Bintang terlihat asik bermain dengan bu Puji di ruang tengah, namun tiba tiba Adam berdiri dari posisi duduknya dan berlari keluar.“Nenek,” teriak Adam. Mendengar hal itu, Hesti menghentikan gerakan tangannya yang tadi dengan cekatan menyusun buah buah segar di atas cake lembut buatannya.Adam terlihat berlari menghampiri neneknya, bu Suseno yang tidak lain adalah ibu kandung Hanung. Hesti membawa kue cantik yang terlihat lembut dan enak itu, ke rumah tengah, meletakkannya di atas meja. Dia berjalan ke luar, menyusul Adam. Rupanya adam sedang memeluk bu Suseno.“Adam, bagaimana kabar Adam? Sepertinya Adam kurusan,” ucap bu Suseno seraya melihat ke arah tubuh Adam, bahkan memutarnya ke kanan dan ke kini.“Nenek membawa kue kesukaan adam, ini,” ucap bu Suseno seraya memperlihatkan paperbag yang berisi kue kesukaan Adam.“Nenek sendirian? Kakek di mana?” tanya Adam.“Kak
Kembang Cinta EvanBeberapa menit sebelumnya.Bu Puji terlihat gusar karena mendengar beberapa suara dengan nada tinggi dari ruang tamu.“Adam, siapa yang datang?” tanya bu Puji pada Adam.“Nenek,” jawab Adam singkat.“Ibunya mamah?” tanya bu Puji.“Bukan, ibunya papah,” ucap Adam.“Adam, tolong jaga adek sebentar ya,” ucap bu Puji yang kemudian berdiri dan mengintip ke arah ruang tamu. Bu Puji melihat bu Suseno berbincang dengan Hesti, mengeluarkan beberapa kata kata yang cukup menyakitkan. Bu Puji terlihat cukup khawatir, lalu dia berinisiatif untuk menghubungi Evan.Rupanya Evan berada di kantornya, kantor firma hukum sunhope yang jaraknya kurang dari seratus meter dari rumah Hesti.“Halo pak Evan, saya ingin memberitahukan bahwa ada mantan ibu mertua bu Hesti datang ke rumah, sepertinya sedang marah marah,” ucap bu Puji berbisik setelah panggilan teleponnya diangkat oleh Evan.“Saya akan segera ke sana bu Puji, terimakasih sudah menghubungi saya,” ucap Evan terdengar dari ponsel b
Menantu IdamanHesti terlihat berbincang dengan Ivanka yang mengunjunginya di rumahnya. Mereka duduk di depan rumah, malam hari, yang sepi. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung.“Maafkan aku, aku baru berani mengunjungimu setelah kakak memberitahuku bahwa kamu sudah berhenti menangis,” ucap Ivanka.“Ya, tidak apa apa, aku mengerti,” ucap Hesti.“Akuk tahu, ini pasti akan sangat berat, dia benar benar keterlaluan. Apa kamu tidak menerapkan standar tinggi untuk mencari calon suami? wah benar benar gagal,” ucap Ivanka.“Ya, walaupun tidak gagal secara keseluruhan, karena kamu memiliki dua orang anak yang sangat tampan,” lanjut Ivanka.Ivanka terlihat menghela nafas panjang.“Ya, kita tidak akan tahu isi dari buah semangka sebelum membukanya, kandang dari luar terlihat begitu indah, namun dalamnya tidak seperti itu, aku harus berhati hati dalam mencari calon suami,” ucap Ivanki“Bagaimana kabar Bram? Sepertinya dia lolos kualifikasi,” uc
Tangan AjaibHesti terlihat membuat camilan manis untuk orang orang yang ada di rumahnya. Bola bola coklat dengan isi keju, sungguh sangat menggugah selera, mulai dari penampilan juga rasa.Ivanka melihat dari belakang, begitu penasaran."Kamu memasak lagi? Bahkan perutku masih sangat kenyang," ucap Ivanka."Untuk camilan manis, anak anak sangat suka," ucap Hesti seraya tersenyum."Apa kamu membiarkan anak anak memakan makanan manis?" tanya Ivanka penasaran."Tidak masalah, sekali kali, mereka juga harus memanjakan lidahnya. Anak anak memang tidak boleh memakan gula terlalu banyak, tapi makanan manis yang dibuat sendiri selalu memiliki takaran yang pas," ucap Hesti yang kembali tersenyum."Luar biasa, kamu sangat mengerti bagaimana cara mengurus keluarga," ucap Ivanka."Tidak juga, ini naluri alami, kamu juga akan begitu ketika nanti memiliki anak anak," ucap Hesti."Apa ada untukku juga?" tanya Ivanka dengan mata penuh harap."Tentu saja," ucap Hesti."Asik," ucap Ivanka dengan ekspr
Kabar MenggemparkanTania terlihat saling menjambak dengan seorang wanita, di dalam gedung kantor White Skin. Mereka terlihat begitu bersemangat, saling menarik rambut, menendang, seperti dua orang yang tidak berpendidikan, menjadi tontonan tanpa ada yang berani melerai."Cukup," teriak Bram. "Hentikan Tania, Ema, kalian ini seperti anak SMA saja," ucap Bram.Rupanya Tania serang beradu otot dengan Ema, teman sekantornya. Saat ini Ema dan Tania serang berada di ruang kantor Dibisi keuangan, didudukkan berdua oleh Bram dan juga pak Gunawan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pak Gunawan."Kalian ini seperti anak kecil saja," lanjut pak Gunawan."Apa pak Gunawan mau tau apa yang terjadi? Wanita ini pelakor, dia merebut pak Hanung dari istrinya juga pak Jeff," ucap Ema."Apa katamu, jaga mulutmu, kamu sudah keterlaluan," ucap Tania."Penghinaan, kamu sudah memfitnah saya," teriak Tania tidak terima."Kamu yang wanita tidak tahu diri," lanjut Tania.Pak Gunawan terlihat begitu kesal,
Tidak PercayaAngela terlihat duduk bersama beberapa rekan yang lain, baik dari divisi keuangan juga divisi yang lain.“Apa perusahaan kita sedang dikutuk? Perekonomian di dalamnya begitu stabil, bahkan pendapatan naik tajam, namun masalah yang dihadapi sungguh sangat luar biasa. Mulai dari skandal direktur Jeff, video viral pak Hanung dan sekarang fakta bahwa yang menyebarkan video itu adalah Ema, rekan kita sendiri, wah sungguh sangat luar biasa,” ucap Angela yang benar benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.“Bukan dikutuk, memang keberadaan wanita itu sudah cukup lama meresahkan,” ucap Mega dari divisi lain.“Ya, aku bahkan tidak menyukainya,” ucap Angela.“Jangan bicara seperti itu, kita sedang mengalami krisis yang besar,” ucap Bram.“Ya, krisis moral, apa apa jadi berita, mengisi sosial media, heran sekali, apa tidak bisa menahan diri, menahan jari,” ucap Angela kesal.“Aku rasa ini karma,” ucap Mega.“Karma? Apa maksudmu?” tanya Angela menelisik.Mereka bertiga sed
Lebih Ingin MencintaiEvan terlihat duduk bersama dengan Hesti di ruang tamu rumah Hesti. Wajah Hesti menyiratkan perasaan tertekan juga khawatir."Tidak apa apa, semua akan baik baik saja," ucap Evan seraya menggenggam tangan Hesti."Apa sidangnya benar benar hari ini? Apa aku harus bertemu dengannya?" Tanya Hesti lirih."Iya, masih tiga jam lagi," ucqp Evan seraya tersenyum."Tiga jam?" Tanya Hesti."Ya, kamu sudah makan pagi?" tanya Evan seraya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan angka 8. "Belum, tadi aku membuat makanan untuk anak anak juga bu Puji, tapi aku masih kurang berselera," ucap Hesti."Oh iya apa hari ini Bintang sudah mulai mengikuti kelas bermain di tempat Grace dulu?" tanya Evan."I-iya, bu Puji cukup telaten membantuku mengurus Bintang," ucap Hesti."Iya, dia memang cukup kompeten," ucap Evan."Baiklah, aku akan membuatkanmu sarapan sederhana," ucap Evan."Apa?" Tanya Hesti."Baiklah, kita lihat, apa yang kamu miliki," ucap Evan yang kemudian berjalan ke ara
Pendukung dan PenghujatDi luar persidangan seolah ada dua kubu pendukung. Pendukung Hanung dan juga Hesti. Selain dua kubu pendukung, juga ada banyak sekali wartawan dari berita cetak juga online. "Bagaimana jika kita mewawancarai salah satu pendukung dari dua belah pihak?" ucap seorang kameramen bernama Iman pada temannya yang merupakan seorang wartawan wanita bernama Bella."Baiklah, aku akan bersiap," ucap wartawan Bella."Itu adalah ide bagus, kita berikan bumbu penyedap yang banyak," ucap kameramen Iman."Berikan bumbu yang berlimpah, banyak orang yang akan menyukai ini. Wah, ini benar benar berita viral. Mereka benar benar pendukung setia," ucap kameramen Iman."Laki laki itu sangat hebat, bisa mengatakan hal hal seperti itu, untung saja, kita jadi punya berita viral," lanjut kameramen Iman."Kamu ini," ucap wartawan Bella."Kita dukung yang masanya banyak," ucap kameramen Iman dengan sangat yakin.Mereka berdua mendekat ke arah kerumunan orang itu. "Ibu bisakah saya mewawanca