Conference persPagi harinya, Evan dan Hesti bersiap untuk conference pers. Hesti terlihat menunduk, dia seperti tidak memiliki kekuatan untuk menatap beberapa orang yang sudah ada di hadapannya, beberapa orang yang kebanyakan adalah wartawan. Kasus ini adalah kasus viral, hal ini tidak bisa dihindari, dukungan umum pun akan membantu mereka.Evan dan Hesti duduk di depan meja, menghadap semua orang yang menunggu dengan antusias. Evan menggenggam tangan Hesti, berusaha memberi kekuatan.Conference pers dimulai, Evan terlihat mengambil mic.“Selamat pagi, saya ucapkan banyak terimakasih kepada rekan wartawan juga sahabat semuanya yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke acara conference pers ini. Kami hanya ingin memberi pernyataan bahwa kasus ini resmi sudah kami laporkan kepada pihak yang berwajib, kami akan berjuang sekuat tenaga, untuk mendapatkan keadilan, bukan hanya untuk kami sendiri, melainkan untuk semua wanita yang ada di dunia ini. Wanita adalah sosok yang harus kita lindu
Topeng TaniaTania masuk ke dalam toilet, berdiri di depan cermin besar yang ada di sana.“Sial, sial, sial, apa yang dia lakukan, dia menghancurkan rencanaku,” ucap Tania sangat kesal.“Apa dia pikir semua rencana ini mudah untuk dijalankan, aku sudah mengorbankan banyak hal, dia tidak bisa menghancurkan rencanaku begitu saja, tidak akan aku biarkan,” ucap Tania seraya menggenggam tangannya erat seolah ingin memecahkan kaca yang ada di sana.“Aku sudah berhasil menyingkirkan pengganggu, sebentar lagi rencana ini berhasil, aku tidak akan membiarkannya hancur begitu saja,” ucap Tania dengan mata merah, menatap ke arah cermin bening dan besar.Tania kemudian keluar dari toilet, dia akan mencari cara untuk dapat menyelesaikan semua masalah itu.Setelah Tania keluar dari toilet, Angela terlihat mengendap endap keluar dari bilik toilet.“Apa yang Tania katakan? menyingkirkan pengganggu? wah jangan jangan,” ucap Angela berusaha menebak nebak apa yang tadi dibicarakan Tania.“Wanita itu sang
Permohonan HanungHanung mendapat tiga puluh pertanyaan, dia tidak diperbolehkan pulang, harus menginap di kantor polisi.“Saya di sini sebagai saksi, tapi kenapa saya tidak diperbolehkan pulang?” tanya Hanung.“Begini pak Hanung, masalah ini sudah menjadi isu sensitif, kami khawatir pak Hanung akan menjadi objek kemarahan dari banyak orang,” ucap petugas kepolisian yang duduk di hadapan Hanung.“Apa? yang benar saja,” ucap Hanung kesal.“Bapak tidak tahu? ada beberapa ibu ibu yang setiap hari datang, berkelompok, meminta kita untuk menangkap bapak, bahkan satu jam setelah video itu diunggah,” ucap petugas itu.“Apa? separah itu?” tanya Hanung yang seolah tidak menyangka bahwa ucapannya akan menimbulkan hal semacam ini.“Menurut bapak? apa yang saya katakan itu keterlaluan?” tanya Hanung berbisik pada petugas kepolisian bernama Burhan itu.“Pak Hanung, gara gara video bapak, saya dimarahi habis habisan oleh istri saya,” ucap pak Burhan.“Wah, benarkah?” ucap Hanung yang masih tetap me
Menghadapi Kenyataan Yang Harus DihadapiHesti ditemani Evan, selaku pengacaranya, datang ke kantor polisi untuk bertemu dengan Hanung.“Apa kamu yakin?” tanya Evan ketika mereka berhenti di depan pintu masuk kantor polisi.“Ya, aku tidak apa apa,” ucap Hesti.“Baiklah, ayo temui dia,” ucap Evan yang kemudian menggenggam tangan Hesti, menggandengnya masuk.“Aku akan menemuinya sendiri,” ucap Hesti.“Ya, selesaikan masalah ini, namun jika kamu butuh bantuan, aku akan selalu ada, baik sebagai pengacara atau pasangan,” ucap Evan.Hesti mengangguk, juga mengulaskan senyum.Hesti masuk ke sebuah ruangan, di sana hanya ada satu meja dan dua kursi, semacam ruang interogasi yang bisa digunakan untuk pertemuan pribadi. Walaupun pertemuan pribadi, kamera CCTV selalu mengawasi.Hesti menunggu dengan was was, dia meremas tangannya, menyalurkan kegugupan, Entah mengapa dia begitu khawatir hendak bertemu dengan mantan suaminya, padahal sebelumnya dia memiliki perasaan biasa saja.Beberapa menit set
Tinggal Bersama, Bukan Hidup BersamaEvan dan Hesti menuju ke suab restoran yang cukup tenang, yang menyediakan ruang privasi pada pelanggannya.“Apa kamu lebih tenang sekarang?” tanya Evan.“Ya, tidak apa apa, terimakasih,” ucap Hesti.“Ayo pesan makanan, kata orang steak di sini enak, aku baru pertama mengunjunginya,” ucap Evan.“Iya, kamu pesan saja, aku sama dengan yang kamu pesan,” ucap Hesti.“Benarkah? kalau begitu aku akan memesan steak pedas,” ucap Evan.“Apa? pe-pedas?” tanya Hesti. Mendengar itu Evan tersenyum.“Kamu masih memikirkan pertemuan itu, apa jika aku memesan makanan pedas kamu juga akan memesannya? kamu tidak suka makanan pedas,” ucap Evan.“Ma-maafkan aku,” ucap Hesti.Evan menarik tangan Hesti, menggenggamnya erat.“Kita akan melewati ini bersama,” ucap Evan, lalu Hesti mengangguk, dia harus tahu bahwa ada seseorang yang dengan luas hati berjalan bersamanya.“Kamu tahu, ternyata selama itu aku tinggal bersamanya, bukan hidup bersamanya. Aku mengerjakan semua ha
Mantan Ibu MertuaHesti sudah berada di rumahnya, dia terlihat menyiapkan makanan ringan untuk anak anaknya. Adam dan Bintang terlihat asik bermain dengan bu Puji di ruang tengah, namun tiba tiba Adam berdiri dari posisi duduknya dan berlari keluar.“Nenek,” teriak Adam. Mendengar hal itu, Hesti menghentikan gerakan tangannya yang tadi dengan cekatan menyusun buah buah segar di atas cake lembut buatannya.Adam terlihat berlari menghampiri neneknya, bu Suseno yang tidak lain adalah ibu kandung Hanung. Hesti membawa kue cantik yang terlihat lembut dan enak itu, ke rumah tengah, meletakkannya di atas meja. Dia berjalan ke luar, menyusul Adam. Rupanya adam sedang memeluk bu Suseno.“Adam, bagaimana kabar Adam? Sepertinya Adam kurusan,” ucap bu Suseno seraya melihat ke arah tubuh Adam, bahkan memutarnya ke kanan dan ke kini.“Nenek membawa kue kesukaan adam, ini,” ucap bu Suseno seraya memperlihatkan paperbag yang berisi kue kesukaan Adam.“Nenek sendirian? Kakek di mana?” tanya Adam.“Kak
Kembang Cinta EvanBeberapa menit sebelumnya.Bu Puji terlihat gusar karena mendengar beberapa suara dengan nada tinggi dari ruang tamu.“Adam, siapa yang datang?” tanya bu Puji pada Adam.“Nenek,” jawab Adam singkat.“Ibunya mamah?” tanya bu Puji.“Bukan, ibunya papah,” ucap Adam.“Adam, tolong jaga adek sebentar ya,” ucap bu Puji yang kemudian berdiri dan mengintip ke arah ruang tamu. Bu Puji melihat bu Suseno berbincang dengan Hesti, mengeluarkan beberapa kata kata yang cukup menyakitkan. Bu Puji terlihat cukup khawatir, lalu dia berinisiatif untuk menghubungi Evan.Rupanya Evan berada di kantornya, kantor firma hukum sunhope yang jaraknya kurang dari seratus meter dari rumah Hesti.“Halo pak Evan, saya ingin memberitahukan bahwa ada mantan ibu mertua bu Hesti datang ke rumah, sepertinya sedang marah marah,” ucap bu Puji berbisik setelah panggilan teleponnya diangkat oleh Evan.“Saya akan segera ke sana bu Puji, terimakasih sudah menghubungi saya,” ucap Evan terdengar dari ponsel b
Menantu IdamanHesti terlihat berbincang dengan Ivanka yang mengunjunginya di rumahnya. Mereka duduk di depan rumah, malam hari, yang sepi. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung.“Maafkan aku, aku baru berani mengunjungimu setelah kakak memberitahuku bahwa kamu sudah berhenti menangis,” ucap Ivanka.“Ya, tidak apa apa, aku mengerti,” ucap Hesti.“Akuk tahu, ini pasti akan sangat berat, dia benar benar keterlaluan. Apa kamu tidak menerapkan standar tinggi untuk mencari calon suami? wah benar benar gagal,” ucap Ivanka.“Ya, walaupun tidak gagal secara keseluruhan, karena kamu memiliki dua orang anak yang sangat tampan,” lanjut Ivanka.Ivanka terlihat menghela nafas panjang.“Ya, kita tidak akan tahu isi dari buah semangka sebelum membukanya, kandang dari luar terlihat begitu indah, namun dalamnya tidak seperti itu, aku harus berhati hati dalam mencari calon suami,” ucap Ivanki“Bagaimana kabar Bram? Sepertinya dia lolos kualifikasi,” uc
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka