Permohonan HanungHanung mendapat tiga puluh pertanyaan, dia tidak diperbolehkan pulang, harus menginap di kantor polisi.“Saya di sini sebagai saksi, tapi kenapa saya tidak diperbolehkan pulang?” tanya Hanung.“Begini pak Hanung, masalah ini sudah menjadi isu sensitif, kami khawatir pak Hanung akan menjadi objek kemarahan dari banyak orang,” ucap petugas kepolisian yang duduk di hadapan Hanung.“Apa? yang benar saja,” ucap Hanung kesal.“Bapak tidak tahu? ada beberapa ibu ibu yang setiap hari datang, berkelompok, meminta kita untuk menangkap bapak, bahkan satu jam setelah video itu diunggah,” ucap petugas itu.“Apa? separah itu?” tanya Hanung yang seolah tidak menyangka bahwa ucapannya akan menimbulkan hal semacam ini.“Menurut bapak? apa yang saya katakan itu keterlaluan?” tanya Hanung berbisik pada petugas kepolisian bernama Burhan itu.“Pak Hanung, gara gara video bapak, saya dimarahi habis habisan oleh istri saya,” ucap pak Burhan.“Wah, benarkah?” ucap Hanung yang masih tetap me
Menghadapi Kenyataan Yang Harus DihadapiHesti ditemani Evan, selaku pengacaranya, datang ke kantor polisi untuk bertemu dengan Hanung.“Apa kamu yakin?” tanya Evan ketika mereka berhenti di depan pintu masuk kantor polisi.“Ya, aku tidak apa apa,” ucap Hesti.“Baiklah, ayo temui dia,” ucap Evan yang kemudian menggenggam tangan Hesti, menggandengnya masuk.“Aku akan menemuinya sendiri,” ucap Hesti.“Ya, selesaikan masalah ini, namun jika kamu butuh bantuan, aku akan selalu ada, baik sebagai pengacara atau pasangan,” ucap Evan.Hesti mengangguk, juga mengulaskan senyum.Hesti masuk ke sebuah ruangan, di sana hanya ada satu meja dan dua kursi, semacam ruang interogasi yang bisa digunakan untuk pertemuan pribadi. Walaupun pertemuan pribadi, kamera CCTV selalu mengawasi.Hesti menunggu dengan was was, dia meremas tangannya, menyalurkan kegugupan, Entah mengapa dia begitu khawatir hendak bertemu dengan mantan suaminya, padahal sebelumnya dia memiliki perasaan biasa saja.Beberapa menit set
Tinggal Bersama, Bukan Hidup BersamaEvan dan Hesti menuju ke suab restoran yang cukup tenang, yang menyediakan ruang privasi pada pelanggannya.“Apa kamu lebih tenang sekarang?” tanya Evan.“Ya, tidak apa apa, terimakasih,” ucap Hesti.“Ayo pesan makanan, kata orang steak di sini enak, aku baru pertama mengunjunginya,” ucap Evan.“Iya, kamu pesan saja, aku sama dengan yang kamu pesan,” ucap Hesti.“Benarkah? kalau begitu aku akan memesan steak pedas,” ucap Evan.“Apa? pe-pedas?” tanya Hesti. Mendengar itu Evan tersenyum.“Kamu masih memikirkan pertemuan itu, apa jika aku memesan makanan pedas kamu juga akan memesannya? kamu tidak suka makanan pedas,” ucap Evan.“Ma-maafkan aku,” ucap Hesti.Evan menarik tangan Hesti, menggenggamnya erat.“Kita akan melewati ini bersama,” ucap Evan, lalu Hesti mengangguk, dia harus tahu bahwa ada seseorang yang dengan luas hati berjalan bersamanya.“Kamu tahu, ternyata selama itu aku tinggal bersamanya, bukan hidup bersamanya. Aku mengerjakan semua ha
Mantan Ibu MertuaHesti sudah berada di rumahnya, dia terlihat menyiapkan makanan ringan untuk anak anaknya. Adam dan Bintang terlihat asik bermain dengan bu Puji di ruang tengah, namun tiba tiba Adam berdiri dari posisi duduknya dan berlari keluar.“Nenek,” teriak Adam. Mendengar hal itu, Hesti menghentikan gerakan tangannya yang tadi dengan cekatan menyusun buah buah segar di atas cake lembut buatannya.Adam terlihat berlari menghampiri neneknya, bu Suseno yang tidak lain adalah ibu kandung Hanung. Hesti membawa kue cantik yang terlihat lembut dan enak itu, ke rumah tengah, meletakkannya di atas meja. Dia berjalan ke luar, menyusul Adam. Rupanya adam sedang memeluk bu Suseno.“Adam, bagaimana kabar Adam? Sepertinya Adam kurusan,” ucap bu Suseno seraya melihat ke arah tubuh Adam, bahkan memutarnya ke kanan dan ke kini.“Nenek membawa kue kesukaan adam, ini,” ucap bu Suseno seraya memperlihatkan paperbag yang berisi kue kesukaan Adam.“Nenek sendirian? Kakek di mana?” tanya Adam.“Kak
Kembang Cinta EvanBeberapa menit sebelumnya.Bu Puji terlihat gusar karena mendengar beberapa suara dengan nada tinggi dari ruang tamu.“Adam, siapa yang datang?” tanya bu Puji pada Adam.“Nenek,” jawab Adam singkat.“Ibunya mamah?” tanya bu Puji.“Bukan, ibunya papah,” ucap Adam.“Adam, tolong jaga adek sebentar ya,” ucap bu Puji yang kemudian berdiri dan mengintip ke arah ruang tamu. Bu Puji melihat bu Suseno berbincang dengan Hesti, mengeluarkan beberapa kata kata yang cukup menyakitkan. Bu Puji terlihat cukup khawatir, lalu dia berinisiatif untuk menghubungi Evan.Rupanya Evan berada di kantornya, kantor firma hukum sunhope yang jaraknya kurang dari seratus meter dari rumah Hesti.“Halo pak Evan, saya ingin memberitahukan bahwa ada mantan ibu mertua bu Hesti datang ke rumah, sepertinya sedang marah marah,” ucap bu Puji berbisik setelah panggilan teleponnya diangkat oleh Evan.“Saya akan segera ke sana bu Puji, terimakasih sudah menghubungi saya,” ucap Evan terdengar dari ponsel b
Menantu IdamanHesti terlihat berbincang dengan Ivanka yang mengunjunginya di rumahnya. Mereka duduk di depan rumah, malam hari, yang sepi. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung.“Maafkan aku, aku baru berani mengunjungimu setelah kakak memberitahuku bahwa kamu sudah berhenti menangis,” ucap Ivanka.“Ya, tidak apa apa, aku mengerti,” ucap Hesti.“Akuk tahu, ini pasti akan sangat berat, dia benar benar keterlaluan. Apa kamu tidak menerapkan standar tinggi untuk mencari calon suami? wah benar benar gagal,” ucap Ivanka.“Ya, walaupun tidak gagal secara keseluruhan, karena kamu memiliki dua orang anak yang sangat tampan,” lanjut Ivanka.Ivanka terlihat menghela nafas panjang.“Ya, kita tidak akan tahu isi dari buah semangka sebelum membukanya, kandang dari luar terlihat begitu indah, namun dalamnya tidak seperti itu, aku harus berhati hati dalam mencari calon suami,” ucap Ivanki“Bagaimana kabar Bram? Sepertinya dia lolos kualifikasi,” uc
Tangan AjaibHesti terlihat membuat camilan manis untuk orang orang yang ada di rumahnya. Bola bola coklat dengan isi keju, sungguh sangat menggugah selera, mulai dari penampilan juga rasa.Ivanka melihat dari belakang, begitu penasaran."Kamu memasak lagi? Bahkan perutku masih sangat kenyang," ucap Ivanka."Untuk camilan manis, anak anak sangat suka," ucap Hesti seraya tersenyum."Apa kamu membiarkan anak anak memakan makanan manis?" tanya Ivanka penasaran."Tidak masalah, sekali kali, mereka juga harus memanjakan lidahnya. Anak anak memang tidak boleh memakan gula terlalu banyak, tapi makanan manis yang dibuat sendiri selalu memiliki takaran yang pas," ucap Hesti yang kembali tersenyum."Luar biasa, kamu sangat mengerti bagaimana cara mengurus keluarga," ucap Ivanka."Tidak juga, ini naluri alami, kamu juga akan begitu ketika nanti memiliki anak anak," ucap Hesti."Apa ada untukku juga?" tanya Ivanka dengan mata penuh harap."Tentu saja," ucap Hesti."Asik," ucap Ivanka dengan ekspr
Kabar MenggemparkanTania terlihat saling menjambak dengan seorang wanita, di dalam gedung kantor White Skin. Mereka terlihat begitu bersemangat, saling menarik rambut, menendang, seperti dua orang yang tidak berpendidikan, menjadi tontonan tanpa ada yang berani melerai."Cukup," teriak Bram. "Hentikan Tania, Ema, kalian ini seperti anak SMA saja," ucap Bram.Rupanya Tania serang beradu otot dengan Ema, teman sekantornya. Saat ini Ema dan Tania serang berada di ruang kantor Dibisi keuangan, didudukkan berdua oleh Bram dan juga pak Gunawan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pak Gunawan."Kalian ini seperti anak kecil saja," lanjut pak Gunawan."Apa pak Gunawan mau tau apa yang terjadi? Wanita ini pelakor, dia merebut pak Hanung dari istrinya juga pak Jeff," ucap Ema."Apa katamu, jaga mulutmu, kamu sudah keterlaluan," ucap Tania."Penghinaan, kamu sudah memfitnah saya," teriak Tania tidak terima."Kamu yang wanita tidak tahu diri," lanjut Tania.Pak Gunawan terlihat begitu kesal,