PertemuanTania dan ibu Hanung, bu Suseno bertemu di sebuah rumah makan yang cukup terkenal.“Kenapa tidak bertemu di rumah? Buang buang uang saja,” ucap bu Suseno.“Ibu, sesekali tidak apa apa makan di luar, kami juga ingin menyenangkan ibu. Oh iya, ini ada sedikit bingkisan untuk ibu, dari Tania,” ucap Tania seraya tersenyum.Bu Suseno terlihat menatap wajah Tania dengan pandangan mendalam, lalu beralih ke meja yang disana sudah ada dua buah paperbag putih yang bertuliskan sebuah brand ternama.“Ya Tuhan, apa isinya,” ucap bu Suseno yang terlihat begitu antusias.“Ini tas terbaru, edisi terbatas, Tania pikir ibu belum memilikinya karena baru rilis kemarin malam,” ucap Tania seraya tersenyum.“Wah, benarkah,” ucap bu Suseno antusias seraya membuka dan mengeluarkan isi dari paper bag itu.Seketika senyuman yang ada di wajahnya semakin melebar, matanya berkelip kelip, tas yang mahal itu melunturkan kekerasan dan sikap angkuhnya.“Seleramu memang luar biasa, ini pasti mahal sekali,” ucap
Video ViralHesti masuk ke dalam kantor, semua orang terlihat mengamatinya, dengan sangat serius. Beberapa karyawan firma hukum sunhope terlihat terpaku dengan ponsel mereka, lalu mengarahkan mata pada Hesti. Dari dalam kantor Evan, dia terlihat berjalan cepat ke karah Hesti lalu segera menggandeng tangan Hesti lalu membawanya masuk ke dalam kantor.“Ada apa?” tanya Hesti yang masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.“Kamu sudah melihat video viral itu?” tanya Evan.“Video direktur utama white skin? Tentu saja tidak,” ucap Hesti.“Bukan, bukan video itu,” ucap Hesti.“Lalu video apa?” tanya Hesti.Evan berdiri di hadapan Hesti, lalu memegang kedua bahu Hesti.“Aku harap kamu bisa kuat, menguatkan hati dan juga dirimu,” ucap Evan.“Ada apa?” tanya Hesti mulai khawatir.“Duduklah dulu,” ucap Evan yang kemudian menuntun Hesti untuk duduk. Setelah Hesti duduk, Evan menunjukkan sebuah video yang siap di putar.“Apa ini?” tanya Hesti yang benar benar memperlihatkan kekhawatiran.“Lihat
Sesak Di HatiHesti menangis, sejadi jadinya, dia sudah hampir lima jam berada di dalam kamar, duduk di tempat yang sama. Hatinya sangat terluka, dia tidak menyangka Hanung, mantan suami yang pernah begitu dia cintai, rela mengorbankan apapun, karir, kehidupan, cinta, harus mengatakan hal yang tidak pantas, tidak seharusnya diucapkan oleh seorang suami, baik masih menjadi suami ataupun mantan suami.Hesti memukul mukul dadanya, begitu sedih karena hatinya tidak juga membaik. Debaran dadanya masih saja begitu kuat, hatinya sangat terluka.“Hes, keluarlah, kamu harus makan, ini sudah jam dua siang,” ucap Evan yang sudah ada lagi di balik pintu. Dia terlihat membawa nampan berisi makanan.“Aku tahu kamu begitu terluka, namun ini tidak benar, kamu kuat dan kamu sudah siap dengan apapun yang terjadi,” ucap Evan berusaha membujuk Hesti supaya mau keluar dari rumahnya.“Kamu sudah berhasil melewati semuanya, aku yakin kali ini juga,” ucap Evan lagi.“Biarkan aku masuk, kamu pasti tidak mau m
PersahabatanBu RT dan bu Anna mendatangi rumah Hesti, mereka membawa banyak sekali makanan, mereka datang untuk memberi dukungan terhadap Hesti setelah membiarkannya menikmati waktunya sendiri.“Kita sudah cukup memberi waktu bu Hesti untuk bersedih dan menangis, sekarang waktu kita untuk menghiburnya,” ucap bu RT kepada bu Anna ketika mereka hendak masuk ke rumah Hesti.“Iya bu RT, kita harus menyelamatkan bu Hesti dari kesedihan,” ucap bu Anna.Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah Hesti, berharap kehadirannya bisa memberi sedikit semangat.Bu RT, bu Anna dan Hesti duduk di ruang tengah, bu RT menggenggam tangan Hetsi, bu Anna terus mengelus bahu Hesti. Mereka saling memberi kekuatan tanpa suara, saling menyalurkan perasaan melindungi, berharap Hesti bisa segera bangkit.“Bu Hesti pasti kuat menghadapi semua ini,” ucap bu Anna.“Bu Hesti akan melewati semua ini, bu Hesti harus sabar, kuat, demi anak anak. Anything in life worth having comes from patience and hard work,” ucap
Conference persPagi harinya, Evan dan Hesti bersiap untuk conference pers. Hesti terlihat menunduk, dia seperti tidak memiliki kekuatan untuk menatap beberapa orang yang sudah ada di hadapannya, beberapa orang yang kebanyakan adalah wartawan. Kasus ini adalah kasus viral, hal ini tidak bisa dihindari, dukungan umum pun akan membantu mereka.Evan dan Hesti duduk di depan meja, menghadap semua orang yang menunggu dengan antusias. Evan menggenggam tangan Hesti, berusaha memberi kekuatan.Conference pers dimulai, Evan terlihat mengambil mic.“Selamat pagi, saya ucapkan banyak terimakasih kepada rekan wartawan juga sahabat semuanya yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke acara conference pers ini. Kami hanya ingin memberi pernyataan bahwa kasus ini resmi sudah kami laporkan kepada pihak yang berwajib, kami akan berjuang sekuat tenaga, untuk mendapatkan keadilan, bukan hanya untuk kami sendiri, melainkan untuk semua wanita yang ada di dunia ini. Wanita adalah sosok yang harus kita lindu
Topeng TaniaTania masuk ke dalam toilet, berdiri di depan cermin besar yang ada di sana.“Sial, sial, sial, apa yang dia lakukan, dia menghancurkan rencanaku,” ucap Tania sangat kesal.“Apa dia pikir semua rencana ini mudah untuk dijalankan, aku sudah mengorbankan banyak hal, dia tidak bisa menghancurkan rencanaku begitu saja, tidak akan aku biarkan,” ucap Tania seraya menggenggam tangannya erat seolah ingin memecahkan kaca yang ada di sana.“Aku sudah berhasil menyingkirkan pengganggu, sebentar lagi rencana ini berhasil, aku tidak akan membiarkannya hancur begitu saja,” ucap Tania dengan mata merah, menatap ke arah cermin bening dan besar.Tania kemudian keluar dari toilet, dia akan mencari cara untuk dapat menyelesaikan semua masalah itu.Setelah Tania keluar dari toilet, Angela terlihat mengendap endap keluar dari bilik toilet.“Apa yang Tania katakan? menyingkirkan pengganggu? wah jangan jangan,” ucap Angela berusaha menebak nebak apa yang tadi dibicarakan Tania.“Wanita itu sang
Permohonan HanungHanung mendapat tiga puluh pertanyaan, dia tidak diperbolehkan pulang, harus menginap di kantor polisi.“Saya di sini sebagai saksi, tapi kenapa saya tidak diperbolehkan pulang?” tanya Hanung.“Begini pak Hanung, masalah ini sudah menjadi isu sensitif, kami khawatir pak Hanung akan menjadi objek kemarahan dari banyak orang,” ucap petugas kepolisian yang duduk di hadapan Hanung.“Apa? yang benar saja,” ucap Hanung kesal.“Bapak tidak tahu? ada beberapa ibu ibu yang setiap hari datang, berkelompok, meminta kita untuk menangkap bapak, bahkan satu jam setelah video itu diunggah,” ucap petugas itu.“Apa? separah itu?” tanya Hanung yang seolah tidak menyangka bahwa ucapannya akan menimbulkan hal semacam ini.“Menurut bapak? apa yang saya katakan itu keterlaluan?” tanya Hanung berbisik pada petugas kepolisian bernama Burhan itu.“Pak Hanung, gara gara video bapak, saya dimarahi habis habisan oleh istri saya,” ucap pak Burhan.“Wah, benarkah?” ucap Hanung yang masih tetap me
Menghadapi Kenyataan Yang Harus DihadapiHesti ditemani Evan, selaku pengacaranya, datang ke kantor polisi untuk bertemu dengan Hanung.“Apa kamu yakin?” tanya Evan ketika mereka berhenti di depan pintu masuk kantor polisi.“Ya, aku tidak apa apa,” ucap Hesti.“Baiklah, ayo temui dia,” ucap Evan yang kemudian menggenggam tangan Hesti, menggandengnya masuk.“Aku akan menemuinya sendiri,” ucap Hesti.“Ya, selesaikan masalah ini, namun jika kamu butuh bantuan, aku akan selalu ada, baik sebagai pengacara atau pasangan,” ucap Evan.Hesti mengangguk, juga mengulaskan senyum.Hesti masuk ke sebuah ruangan, di sana hanya ada satu meja dan dua kursi, semacam ruang interogasi yang bisa digunakan untuk pertemuan pribadi. Walaupun pertemuan pribadi, kamera CCTV selalu mengawasi.Hesti menunggu dengan was was, dia meremas tangannya, menyalurkan kegugupan, Entah mengapa dia begitu khawatir hendak bertemu dengan mantan suaminya, padahal sebelumnya dia memiliki perasaan biasa saja.Beberapa menit set