Pada jam pulang kerja, Irene berkata pada Yuna, bosnya, "Kak Yuna, besok, bisakah aku izin setengah hari? Aku mau pergi mengunjungi makam ibuku."Besok memang hari libur nasional. Namun, bagi pekerja restoran, mereka malah makin sibuk pada hari libur. Tentu saja, mereka juga tidak akan libur pada hari libur.Yuna merasa agak heran. Dia tidak menyangka bahwa ibunya Irene sudah meninggal. Oleh karena itu, dia berkata, "Baiklah, nggak masalah. Kalau kamu pergi mengunjungi makam ibumu pada siang hari, aku bisa membiarkan orang dari dapur membantumu mempersiapkan beberapa hidangan untuk dipersembahkan di makam ibumu.""Nggak perlu, terima kasih, biar aku persiapkan saja," kata Irene. Dia ingin memasak beberapa hidangan sendiri untuk persembahan ibunya.Saat ibunya meninggal, dia masih terlalu kecil. Sekarang, dia sudah dewasa, jadi dia ingin membiarkan ibunya melihat bahwa dia sudah bisa memasak."Kalau begitu, aku pulang dulu, ya," kata Irene."Baik," kata Yuna. Dia seperti ingin mengucapk
Setelah Irene menyimpan bahan masakannya ke dalam kulkas, dia baru menyadari bahwa Michael sedang bersandar di pintu dapur sambil menatapnya dengan tatapan penuh pikiran.Irene memalingkan wajahnya dengan canggung untuk menghindari tatapan pria ini. Hanya saja, saat dia hendak berjalan keluar dari dapur, lengannya ditarik oleh pria ini. "Kamu belum bilang selamat malam," kata Michael.Irene tercengang untuk sesaat, lalu bergegas berkata, "Selamat malam."Michael menatap Irene, lalu tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Kak, ucapan selamat malam ini sepertinya makin asal-asalan."Irene seketika terdiam. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bagaimana menjawab ucapan Michael."Ada yang mengusulkan, kalau aku mau kamu menyukaiku, aku harus menyanjungmu," kata Michael sambil membungkukkan badannya sehingga tatapannya setara dengan tatapan Irene. "Bagaimana menurutmu? Kalau aku menyanjungmu, bisakah kamu menyukaiku?"Irene hampir menggigit lidahnya sendiri. Dengan mata terbelalak, dia menatap pria
"Kamu sudah lupa dengan nasib ayahmu pada akhirnya?" tanya Willy lagi."Aku nggak lupa, aku juga sudah pernah bilang, aku nggak akan melakukan kesalahan yang sama dengan Ayah," jawab Michael."Kalau begitu, sekarang, kamu seharusnya mengusir Irene dari Kediaman Yunata, biar dia nggak muncul lagi dalam hidupmu!" kata Willy dengan kesal."Sepertinya nggak bisa," kata Michael dengan tatapan menggelap. Tadi, saat dia mendengar Willy mengucapkan kata-kata ini, jantungnya tiba-tiba seperti diremas, seakan-akan dia menolak ucapan ini secara naluriah, bahkan tidak ingin memikirkan hal itu sama sekali."Kamu ...." Willy menahan amarahnya sambil memelototi cucunya ini."Kakek, aku nggak akan mengulangi kesalahan ayahku, jadi aku akan memegang kendali atas segala hal. Aku akan membuat Irene terbiasa dengan keberadaanku, hingga dia sama sekali nggak bisa meninggalkanku," kata Michael sambil tersenyum kecil. Namun, tatapannya penuh akan peringatan. "Jadi, aku harap Kakek nggak ikut campur urusanku.
Oleh karena itu, biasanya, ziarah kubur juga tidak terlalu nyaman. Terlebih lagi, karena sudah lama, ada banyak tempat yang sudah retak. Untuk renovasi, sepertinya akan menjadi sebuah proyek besar, jadi sebaiknya makamnya langsung dipindahkan saja ke pekuburan.Hanya saja, kemudian, karena Irene masuk penjara, tentu saja keinginannya juga tidak bisa terwujudkan. Setelah dia keluar dari penjara, dia tidak punya uang. Jangankan membeli lahan kuburan, dia bahkan tidak punya uang untuk menyewa pekerja untuk pemindahan kuburan.Saat Irene berjalan ke kaki gunung, dia melihat orang desa yang mengatur pendaftaran. Di kaki gunung, sudah ada gubuk tempat orang-orang yang datang ziarah makam bisa melakukan pendaftaran.Namun, saat Irene berjalan maju dan mendaftarkan nomor makam ibunya, begitu orang itu melihat nomor ini, orang itu langsung berkata, "Makam ini sudah dipindahkan, kenapa kamu masih datang ke sini?""Dipindahkan?" Irene seketika tercengang."Iya, sudah dipindahkan oleh seseorang be
Tetangganya memberitahunya bahwa ayah dan ibu tirinya pergi jalan-jalan. Sekarang, tidak ada orang di rumah. Berdasarkan ucapan tetangganya, Elena membeli rumah besar di luar, jadi dia sudah jarang pulang rumah.Mendengar hal ini, Irene pun tahu bahwa ayah dan ibu tirinya sepertinya sengaja pergi. Mereka pasti tahu bahwa hari ini Irene akan pergi mengunjungi makam ibunya, jadi mereka sengaja meninggalkan rumah.Begitu Irene memikirkan uang 100 miliar yang diminta ayahnya, dia langsung merasa pusing.Dari mana dia yang sekarang bisa mendapatkan uang 100 miliar untuk ayahnya?!Setelah Irene berpamitan dengan tetangganya, dia menghubungi nomor telepon Elena. "Kamu di mana? Aku ada urusan, mau ketemu denganmu," kata Irene."Maaf, aku nggak punya waktu," kata Elena dengan nada bicara yang angkuh."Kalau begitu, aku hanya mau tanya, ke mana Ayah memindahkan makam ibuku?" tanya Irene."Aku juga nggak tahu," jawab Elena dengan sinis."Kalau begitu, sekarang, kamu tahu, 'kan, mereka jalan-jalan
Sedangkan secara bersamaan, dia malah sedang memikirkan bibir alami yang tidak dibalur dengan lipstik apa pun itu.Warna merah muda itu sangat alami, membuat Kris merasa seakan-akan itu barulah warna bibir yang paling bagus."Lap saja," kata Kris dengan cuek."Apa?" Untuk sesaat, Elena tidak mengerti."Kubilang, lap lipstikmu sekarang juga," kata Kris.Elena agak tercengang. Sekarang ... mereka berada di dalam mobil menuju aula jamuan. Hari ini, dia berias untuk terlihat lebih cantik saat dia menghadiri jamuan itu. Jika lipstiknya dilap, dia akan langsung tampak pucat. Pada saatnya, dia tidak akan terlihat menawan lagi, melainkan malah akan ditertawakan orang lain."Sekarang? Tapi kita sudah hampir tiba di tempat jamuan itu ..." kata Elena."Sekarang," jawab Kris dengan kesal, tanpa menunggu Elena menyelesaikan ucapannya.Elena merasa tidak berdaya. Bagaimanapun, dia tidak berani menyinggung Kris. Dia hanya bisa menggigit bibirnya, lalu mengambil tisu dan mulai mengelap bibirnya sendir
Dia tahu bahwa Irene tidak menyukai kegelapan. Bahkan saat tidur pun Irene suka tidur dengan lampu menyala.Dulu, di kamar kontrakan itu, meskipun ada jangka waktu di mana Irene sudah bisa tidur dengan lampu dimatikan, kemudian, kebiasaan tidur dengan lampu menyala kembali lagi.Michael mengernyit. Apakah Irene tidak berada di dalam kamar?Namun, saat dia sedang berencana untuk berbalik dan pergi, dia malah mendengar suara tangisan yang pelan.Irene berada di dalam kamar!Langkah kaki Michael seketika berhenti. Kemudian, dia meraba dinding dan menyalakan lampu kamar. Seberkas cahaya menyinari kamar ini.Dia hanya melihat sebuah sosok kurus yang meringkuk di sudut ruangan. Sosok ini bersandar di dinding sambil membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Bahunya juga terus bergetar, suara tangisan yang teredam itu juga terus terdengar.Apakah wanita ini sedang menangis?Michael memicingkan matanya dan berjalan cepat ke depan, lalu berjongkok dan menatap Irene sambil bertanya, "Kenapa? Ada a
"Tahu," kata Irene. Namun, sekarang, selain cara ini, dia tidak tahu cara apa lagi yang bisa dia pakai untuk mendapatkan uang sebanyak 100 miliar.Michael tiba-tiba terkekeh dan berkata, "Tapi, aku nggak mau!"Tubuh Irene seketika menegang. Kemudian, dia seperti balon yang kempis, hingga bahkan cahaya di matanya juga menghilang.Iya, tentu saja Michael bisa menolak. Atas dasar apa Irene merasa bahwa asalkan dia bersedia menemani Michael dan menjanjikan segalanya untuk Michael, Michael akan memberinya uang 100 miliar?Irene menertawakan dirinya dalam hatinya. Dia menganggap dirinya sendiri terlalu berharga. Apakah dia mengira bahwa ketertarikan Michael terhadapnya seharga 100 miliar?Irene diam-diam menundukkan kepalanya. Tangannya yang awalnya memegang tangan Michael juga langsung terlepas, seperti tidak bertenaga.Michael menatap Irene dengan tatapan gelap. Sesaat kemudian, dia berdiri dan berkata, "Kak, menurutku, sebaiknya kamu istirahat dengan baik. Nanti, aku akan meminta pembantu