Jika Elena benar-benar keluar, bukankah segala upayanya sebelumnya sia-sia?Dia tidak ingin menjadi aktris kecil-kecilan. Dia mau menjadi terkenal! Dia ingin menjadi artis terkenal dan bahkan menjadi artis paling populer di dunia!Kris melirik sekilas ke arah Elena, lalu bertanya pada Michael, "Kamu nggak menyukainya?""Lumayan," jawab Michael dengan singkat.Michael mengucapkan kata ini dengan santai, dia juga tidak merendahkan suaranya. Oleh karena itu, semua orang di sekitar mendengarnya. Bahkan banyak orang di antaranya yang tidak menyukai Elena pun menatap Elena dengan tatapan penuh simpati.Bagaimanapun, hanya ada sedikit orang yang bisa membuat bos besar dari Kota Cena ini mengakui bahwa dia tidak menyukai mereka."Kalau begitu, keluar saja," kata Kris dengan acuh tak acuh, seakan-akan hal ini hanyalah hal yang sangat sepele.Namun, bagi Elena, ucapan ini malah terdengar seperti sambaran petir.Keluar? Apakah dia benar-benar harus keluar dari serial ini?! Hanya karena ucapan ked
Pada saat ini, Elena hanya bisa melampiaskan seluruh amarahnya pada Irene. Jika bukan karena Irene, hari ini, bagaimana mungkin Elena akan menerima penghinaan seperti ini?!Segalanya terjadi gara-gara Irene! Cepat atau lambat, satu hari nanti, dia akan membuat Irene membayar atas segalanya!Elena terus-menerus mengumpat dalam hatinya. Namun, kenyataannya, dia malah hanya bisa menahan amarahnya dan berlutut. Bagaimanapun, dia tidak bisa menyinggung Michael. Sementara itu Kris adalah penyokongnya sekarang, jadi dia tidak bisa melampiaskan amarahnya pada Kris.Dia bahkan ingin menjadi pacar terakhirnya Kris!Hanya saja, saat dia berlutut pada Irene, Irene malah mengernyit, lalu berjalan mundur dua langkah. Kemudian, Irene berkata pada sutradara yang tampak ketakutan di satu sisi, "Pak Sutradara, maaf, aku sepertinya nggak bisa ikut serta dalam perekaman hari ini lagi. Aku juga nggak akan terima gaji. Aku pergi dulu, ya.""Oh ..." jawab sutradara itu dengan suara bergetar.Kemudian, Irene
Dulu, saat Irene masih berpacaran dengan Martin, jika Irene terkena masalah, Martin akan selalu membantunya.Alhasil, saat Irene mengira bahwa dia bisa bergantung pada pria ini selamanya, dia baru menyadari bahwa ketika dia benar-benar memerlukan bantuan pria ini, yang namanya hubungan percintaan antara mereka juga hanyalah sesuatu yang bisa dibuang begitu saja.Namun, setelah kebiasaan ini sudah terbentuk, lalu tiba-tiba tidak ada lagi orang yang membelanya, dia akan merasa sangat putus asa.Saat Irene mengalami penyiksaan di dalam penjara, bahkan ada beberapa kali dia ingin mencabut nyawanya sendiri.Pada saat itu, jika tidak ada Leni yang sering mengunjunginya dan mendukungnya, mungkin saja dia benar-benar sudah meninggalkan dunia ini.Oleh karena itu, Irene merasa sangat berterima kasih pada sahabatnya ini.Irene membuang napas sambil membuka kancing kostumnya. Saat dia hendak melepas kostumnya, dia malah mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.Irene seketika merasa terkejut
"Karena aku takut ini akan menjadi kebiasaan," kata Irene dengan agak malu. "Ada beberapa hal yang bisa menjadi kebiasaan kalau terjadi keseringan. Tapi, setelah itu menjadi kebiasaan, lalu tiba-tiba menghilang, hal itu akan membuatku putus asa.""Kenapa? Kamu pernah putus asa, ya?" tanya Michael lagi.Irene menarik napas dalam-dalam. Dia akhirnya membalas tatapan Michael tanpa menghindar lagi. "Benar, aku pernah putus asa."Michael mengernyit, senyuman di wajahnya juga pelan-pelan menghilang."Sudah bisa pergi, belum? Aku mau ganti baju," kata Irene.Hanya saja, Michael tidak pergi, tatapannya yang gelap tetap tertuju pada Irene. Sementara itu jari tangannya terus mengelus pipinya Irene, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu.Sesaat kemudian, Michael bergumam, "Kalau kubilang setelah hal itu menjadi kebiasaan, hal itu nggak akan berubah dan akan tetap seperti itu selamanya, apakah kamu masih akan takut?"Irene menatap wajah pria ini dengan tatapan terkejut. Untuk sesaat, dia tidak
"Baiklah kalau begitu, aku nggak akan menyentuhnya," kata Kris. "Lagi pula, dia bukanlah orang yang mau kucari."Tampangnya Irene memang memiliki banyak sekali kemiripan dengan orang yang ingin Kris cari. Terkadang, saat Kris melihat Irene, dia merasa seakan-akan orang itu akan tumbuh menjadi seperti Irene.Namun, bagaimanapun, mereka hanya mirip, Irene bukan orang itu."Kalau dia orang yang kamu cari? Apakah kamu juga nggak akan melakukan apa pun?" tanya Michael dengan alis terangkat.Ekspresi Kris tidak berubah, tetapi tatapannya seperti terhalangi oleh lapisan kabut, sehingga orang lain tidak bisa menebak perasaannya dengan jelas. "Kalau dia benar-benar orang yang kucari, aku nggak akan melepaskannya walaupun aku harus menghadapimu sekalipun."Michael memicingkan matanya dan berkata, "Jadi, syukurlah dia bukan orang itu, ya?""Iya, untung saja bukan," kata Kris, lalu dia berbalik dan meninggalkan tempat ini.Untung saja Irene bukanlah orang yang Kris cari. Jika Irene benar-benar ada
Namun, Michael malah seperti tidak mendengar ucapan Irene. Dia menarik tangan Irene lebih dekat, lalu menunduk dan melihat bekas memar yang masih samar-samar terlihat di punggung tangan Irene.Kemudian, dia mendekatkan tangan Irene ke bibirnya dan meniup dengan pelan.Irene tersentak. Dia hanya melihat Michael menunduk dan meniup tangannya dengan sungguh-sungguh."Kalau ditiup, sakitnya akan mereda," kata Michael dengan suara rendah. Kemudian, dia mengusap dengan ujung jarinya sambil meniup bagian memar di punggung tangan Irene dengan sangat serius.Irene hanya merasa bahwa pada saat ini, jantungnya berdetak sangat kencang, sedangkan tenggorokannya seperti tersumbat, membuatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Jika Mike melakukan hal seperti ini, Irene akan merasa bahwa dia memiliki seorang adik yang penuh perhatian. Namun, jika itu Michael ... Irene malah merasa serbasalah.Melihat adegan ini, pengawal yang berdiri di belakang Michael seketika membelalakkan matanya. Sejak kapa
Tatapan Michael seperti bergelombang, memancarkan sejenis kelembutan, seakan-akan apa pun yang Irene lakukan, Michael tetap bisa menerima dirinya.Tatapannya yang berkilau dan senyuman di sudut bibirnya membuatnya terlihat sangat tampan.Irene tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang melakukan hal bodoh. Walaupun dia memesan seluruh makanan di menu pun hal ini bukanlah apa-apa bagi Michael.Ada apa dengan dirinya? Dia malah ingin melampiaskan amarahnya dengan memesan makanan, seperti orang bodoh.Dengan frustrasi, Irene mengembalikan menu itu ke pelayan itu sambil berkata, "Itu saja dulu.""Sudah cukup?" tanya Michael sambil tersenyum.Irene menggigit bibirnya dan menjawab, "Sudah.""Apakah kalian benar-benar bisa menghabiskannya? Pesanan ini cukup untuk tujuh hingga delapan orang. Apakah pesanan ini nggak kebanyakan untuk kalian berdua?" tanya pelayan itu dengan sopan.Michael menjawab dengan santai, "Itu saja dulu."Oleh karena itu, pelayan itu menerima menu itu, lalu berbalik dan mening
Mungkin tatapan Michael terlalu terus terang dan terlalu tidak disembunyikan, sehingga Irene tidak bisa menahan diri dari mengangkat kepalanya dan menatap Michael sambil bertanya, "Kamu nggak makan?""Makan, tapi aku mau lihat Kakak makan dulu sebentar. Dengan begitu, nanti, nafsu makanku baru akan lebih baik," kata Michael.Irene seketika terdiam. Apa maksudnya? Kalau Michael melihat Irene makan, nafsu makannya akan meningkat?!"Tiap aku melihatmu makan, aku akan merasa seakan-akan makanan ini sangat enak," kata Michael dengan suara rendah."Itu karena kamu nggak pernah kelaparan," kata Irene sambil tersenyum. "Kalau kamu pernah nggak makan beberapa hari, bahkan nasi dengan air putih pun akan terasa sangat enak."Tatapan Michael seketika menjadi serius. "Kamu pernah kelaparan?" tanya Michael."Iya, pernah," jawab Irene dengan singkat. Hal yang dulunya mengangkut nyawanya malah sudah menjadi seperti hal yang sangat biasa baginya.Michael mengerutkan bibirnya dan bertanya, "Di penjara?"