"Karena aku takut ini akan menjadi kebiasaan," kata Irene dengan agak malu. "Ada beberapa hal yang bisa menjadi kebiasaan kalau terjadi keseringan. Tapi, setelah itu menjadi kebiasaan, lalu tiba-tiba menghilang, hal itu akan membuatku putus asa.""Kenapa? Kamu pernah putus asa, ya?" tanya Michael lagi.Irene menarik napas dalam-dalam. Dia akhirnya membalas tatapan Michael tanpa menghindar lagi. "Benar, aku pernah putus asa."Michael mengernyit, senyuman di wajahnya juga pelan-pelan menghilang."Sudah bisa pergi, belum? Aku mau ganti baju," kata Irene.Hanya saja, Michael tidak pergi, tatapannya yang gelap tetap tertuju pada Irene. Sementara itu jari tangannya terus mengelus pipinya Irene, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu.Sesaat kemudian, Michael bergumam, "Kalau kubilang setelah hal itu menjadi kebiasaan, hal itu nggak akan berubah dan akan tetap seperti itu selamanya, apakah kamu masih akan takut?"Irene menatap wajah pria ini dengan tatapan terkejut. Untuk sesaat, dia tidak
"Baiklah kalau begitu, aku nggak akan menyentuhnya," kata Kris. "Lagi pula, dia bukanlah orang yang mau kucari."Tampangnya Irene memang memiliki banyak sekali kemiripan dengan orang yang ingin Kris cari. Terkadang, saat Kris melihat Irene, dia merasa seakan-akan orang itu akan tumbuh menjadi seperti Irene.Namun, bagaimanapun, mereka hanya mirip, Irene bukan orang itu."Kalau dia orang yang kamu cari? Apakah kamu juga nggak akan melakukan apa pun?" tanya Michael dengan alis terangkat.Ekspresi Kris tidak berubah, tetapi tatapannya seperti terhalangi oleh lapisan kabut, sehingga orang lain tidak bisa menebak perasaannya dengan jelas. "Kalau dia benar-benar orang yang kucari, aku nggak akan melepaskannya walaupun aku harus menghadapimu sekalipun."Michael memicingkan matanya dan berkata, "Jadi, syukurlah dia bukan orang itu, ya?""Iya, untung saja bukan," kata Kris, lalu dia berbalik dan meninggalkan tempat ini.Untung saja Irene bukanlah orang yang Kris cari. Jika Irene benar-benar ada
Namun, Michael malah seperti tidak mendengar ucapan Irene. Dia menarik tangan Irene lebih dekat, lalu menunduk dan melihat bekas memar yang masih samar-samar terlihat di punggung tangan Irene.Kemudian, dia mendekatkan tangan Irene ke bibirnya dan meniup dengan pelan.Irene tersentak. Dia hanya melihat Michael menunduk dan meniup tangannya dengan sungguh-sungguh."Kalau ditiup, sakitnya akan mereda," kata Michael dengan suara rendah. Kemudian, dia mengusap dengan ujung jarinya sambil meniup bagian memar di punggung tangan Irene dengan sangat serius.Irene hanya merasa bahwa pada saat ini, jantungnya berdetak sangat kencang, sedangkan tenggorokannya seperti tersumbat, membuatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Jika Mike melakukan hal seperti ini, Irene akan merasa bahwa dia memiliki seorang adik yang penuh perhatian. Namun, jika itu Michael ... Irene malah merasa serbasalah.Melihat adegan ini, pengawal yang berdiri di belakang Michael seketika membelalakkan matanya. Sejak kapa
Tatapan Michael seperti bergelombang, memancarkan sejenis kelembutan, seakan-akan apa pun yang Irene lakukan, Michael tetap bisa menerima dirinya.Tatapannya yang berkilau dan senyuman di sudut bibirnya membuatnya terlihat sangat tampan.Irene tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang melakukan hal bodoh. Walaupun dia memesan seluruh makanan di menu pun hal ini bukanlah apa-apa bagi Michael.Ada apa dengan dirinya? Dia malah ingin melampiaskan amarahnya dengan memesan makanan, seperti orang bodoh.Dengan frustrasi, Irene mengembalikan menu itu ke pelayan itu sambil berkata, "Itu saja dulu.""Sudah cukup?" tanya Michael sambil tersenyum.Irene menggigit bibirnya dan menjawab, "Sudah.""Apakah kalian benar-benar bisa menghabiskannya? Pesanan ini cukup untuk tujuh hingga delapan orang. Apakah pesanan ini nggak kebanyakan untuk kalian berdua?" tanya pelayan itu dengan sopan.Michael menjawab dengan santai, "Itu saja dulu."Oleh karena itu, pelayan itu menerima menu itu, lalu berbalik dan mening
Mungkin tatapan Michael terlalu terus terang dan terlalu tidak disembunyikan, sehingga Irene tidak bisa menahan diri dari mengangkat kepalanya dan menatap Michael sambil bertanya, "Kamu nggak makan?""Makan, tapi aku mau lihat Kakak makan dulu sebentar. Dengan begitu, nanti, nafsu makanku baru akan lebih baik," kata Michael.Irene seketika terdiam. Apa maksudnya? Kalau Michael melihat Irene makan, nafsu makannya akan meningkat?!"Tiap aku melihatmu makan, aku akan merasa seakan-akan makanan ini sangat enak," kata Michael dengan suara rendah."Itu karena kamu nggak pernah kelaparan," kata Irene sambil tersenyum. "Kalau kamu pernah nggak makan beberapa hari, bahkan nasi dengan air putih pun akan terasa sangat enak."Tatapan Michael seketika menjadi serius. "Kamu pernah kelaparan?" tanya Michael."Iya, pernah," jawab Irene dengan singkat. Hal yang dulunya mengangkut nyawanya malah sudah menjadi seperti hal yang sangat biasa baginya.Michael mengerutkan bibirnya dan bertanya, "Di penjara?"
Namun, sekarang, di seluruh Kota Cena, sepertinya ada banyak orang yang mengetahui bahwa Hannah dan Martin sudah bertunangan dan akan segera menikah. Saat Lidya mengungkit tentang Martin, dia malah sengaja menggunakan kata-kata "mantan pacar".Sambil menatap Lidya, Irene tiba-tiba menyadari sesuatu.Lidya yang ditatap oleh Irene seperti ini pun merasa tidak nyaman. Tatapan Irene seperti bisa menembus pikirannya.Namun, dalam hatinya, dia berpikir, 'Terus kenapa? Sekarang, Irene sudah bukan lagi pengacara baru terkenal di industri ini!'Dulu, dia memasuki firma hukum bersama Irene, tetapi perhatian semua orang hanya tertuju pada keberadaan Irene, sedangkan dia hanyalah peran sampingan.Semua orang berkata bahwa Irene mencapai kesuksesan baik dalam karier maupun percintaannya. Dalam waktu singkat, dia akan menjadi pengacara besar, sedangkan Lidya hanya bisa merasa iri.Bahkan setiap Lidya melakukan kesalahan pun bosnya di firma hukum akan menyuruhnya untuk banyak belajar dari Irene. Hal
"Nggak perlu," kata Irene dengan cuek. "Temanku menungguku di luar. Aku pergi dulu, ya.""Eh, jangan buru-buru," kata Lidya lagi. "Sekarang, kamu masih belum punya pacar, 'kan? Pacarku adalah profesor di kampus, kenalannya juga banyak. Bagaimana kalau aku meminta bantuannya untuk memperkenalkan pria untukmu?"Sambil berbicara, Lidya langsung mengikuti Irene keluar dari kamar mandi.Kemudian, Lidya berteriak pada seorang pria dengan bentuk tubuh biasa yang sedang menunggu di luar. Pria itu langsung berjalan menghampirinya.Irene menatap pria yang berjalan ke arahnya itu. Penampilannya biasa saja, tetapi dia terlihat sudah agak berusia, sepertinya sudah hampir 40 tahun, jelas-jelas pria ini seharusnya adalah pacarnya Lidya."Billy, ini Irene Linardo, mantan rekan kerjaku. Tadi, aku kebetulan bertemu dengannya di kamar mandi," kata Lidya. Kemudian, dia berkata lagi, "Irene, ini Billy Hermata, pacarku. Dia adalah profesor di universitas."Lidya jelas-jelas sedang membanggakan pacarnya.Bil
Alhasil, sebelum mereka bisa meminum teh susu ini bersama, pria ini sudah bukan lagi Mike, melainkan adalah Michael.Sementara itu sekarang, Irene tidak menyangka bahwa Michael masih saja mengingat ucapannya."Irene ... siapa ini?" tanya Lidya sambil menatap Michael dengan tatapan tercengang.Pria yang terlihat elegan dan mewah ini ... temannya Irene?! Aneh sekali!Sebelum Irene bisa menjawab, Michael malah berkata, "Wanita ini yang mau menjodohkanmu pada pria lain? Jangan-jangan kamu nggak bilang kalau kamu sudah punya aku?"Mendengar ucapan Michael, Lidya langsung terkejut.Jangan-jangan pria ini benar-benar temannya Irene? Dia bahkan mungkin adalah pacarnya Irene!Hanya dari segi penampilan saja, Michael sudah lebih unggul dari Martin, apalagi pacarnya Lidya!Sambil memikirkan hal ini, Lidya menatap Billy, pacarnya yang berada di sampingnya. Awalnya, dia lumayan puas dengan pacarnya ini. Meskipun Billy 10 tahun lebih tua dari dirinya, bagaimanapun, Billy adalah seorang asisten profe