"Nggak perlu," kata Irene dengan cuek. "Temanku menungguku di luar. Aku pergi dulu, ya.""Eh, jangan buru-buru," kata Lidya lagi. "Sekarang, kamu masih belum punya pacar, 'kan? Pacarku adalah profesor di kampus, kenalannya juga banyak. Bagaimana kalau aku meminta bantuannya untuk memperkenalkan pria untukmu?"Sambil berbicara, Lidya langsung mengikuti Irene keluar dari kamar mandi.Kemudian, Lidya berteriak pada seorang pria dengan bentuk tubuh biasa yang sedang menunggu di luar. Pria itu langsung berjalan menghampirinya.Irene menatap pria yang berjalan ke arahnya itu. Penampilannya biasa saja, tetapi dia terlihat sudah agak berusia, sepertinya sudah hampir 40 tahun, jelas-jelas pria ini seharusnya adalah pacarnya Lidya."Billy, ini Irene Linardo, mantan rekan kerjaku. Tadi, aku kebetulan bertemu dengannya di kamar mandi," kata Lidya. Kemudian, dia berkata lagi, "Irene, ini Billy Hermata, pacarku. Dia adalah profesor di universitas."Lidya jelas-jelas sedang membanggakan pacarnya.Bil
Alhasil, sebelum mereka bisa meminum teh susu ini bersama, pria ini sudah bukan lagi Mike, melainkan adalah Michael.Sementara itu sekarang, Irene tidak menyangka bahwa Michael masih saja mengingat ucapannya."Irene ... siapa ini?" tanya Lidya sambil menatap Michael dengan tatapan tercengang.Pria yang terlihat elegan dan mewah ini ... temannya Irene?! Aneh sekali!Sebelum Irene bisa menjawab, Michael malah berkata, "Wanita ini yang mau menjodohkanmu pada pria lain? Jangan-jangan kamu nggak bilang kalau kamu sudah punya aku?"Mendengar ucapan Michael, Lidya langsung terkejut.Jangan-jangan pria ini benar-benar temannya Irene? Dia bahkan mungkin adalah pacarnya Irene!Hanya dari segi penampilan saja, Michael sudah lebih unggul dari Martin, apalagi pacarnya Lidya!Sambil memikirkan hal ini, Lidya menatap Billy, pacarnya yang berada di sampingnya. Awalnya, dia lumayan puas dengan pacarnya ini. Meskipun Billy 10 tahun lebih tua dari dirinya, bagaimanapun, Billy adalah seorang asisten profe
Setelah ketiga orang ini memesan kopi, Lidya sengaja memulai beberapa topik pembicaraan dengan Irene, menanyakan tentang pekerjaan Irene dan sebagainya. Sebenarnya, dia hanya ingin mendengar tentang keadaan Irene yang menyedihkan sambil mengamati reaksi Michael setelah mendengar jawaban Irene.Namun, Michael malah terlihat tenang, seakan-akan dia sudah mengetahui semua jawaban Irene, sehingga dia sama sekali tidak merasa terkejut."Irene, bagaimana kalau aku katakan pada bos di firma hukum kita biar kamu bisa bekerja di sana? Kalaupun kamu hanya menjadi petugas kebersihan di firma hukum, pekerjaan itu tetap saja lebih baik daripada pekerjaan di Pusat Sanitasi Lingkungan," kata Lidya dengan gaya pura-pura baik hati.Irene mengangkat tatapannya, tatapannya terhadap Lidya juga menjadi makin dingin. "Aku nggak berencana untuk ganti pekerjaan," kata Irene."Oh ya?" Lidya mengerutkan bibirnya dan berkata, "Gaji di firma hukum lebih besar daripada bekerja sebagai penyapu jalanan. Kamu nggak m
Irene seketika tercengang. Dia mengangkat kepalanya dan menatap mata Michael yang penuh perasaan itu.Sementara itu ekspresi Lidya berubah. Dia tertawa dengan canggung, lalu berkata, "Nggak kusangka Tuan Michael ... begitu mencintai Irene. Kalau begitu, apakah kalian berencana untuk menikah?""Asalkan dia bersedia, aku tentu saja mau," kata Michael.Irene hanya merasa bahwa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dia menatap Michael dengan tatapan tidak percaya, seakan-akan dia baru saja mendengar ucapan yang sangat tidak masuk akal."Nggak mungkin!" seru Lidya.Michael menatap Lidya sekilas dengan tatapan malas sambil bertanya, "Apa yang nggak mungkin?"Tatapan pria ini dingin, membuat Lidya merinding. Rasa takut juga meluap dalam hatinya."Sudahlah, Irene, ayo jalan," kata Michael sambil menggenggam tangannya Irene dan meninggalkan kafe ini.Irene pun mengikuti Michael tanpa penolakan.Billy menatap Lidya dan berkata dengan nada tidak setuju, "Lidya, kenapa kamu mengungkit perihal tem
"Tapi, sebaiknya kamu anggap serius ucapanku tadi," kata Michael.Irene seketika tercengang. Apa maksudnya? Anggap serius ... ucapannya tadi ....Asalkan Irene bersedia, Michael tentu saja mau menikah dengannya. Apakah Michael mengetahui arti dari ucapan ini?Sampai saat kedua orang ini naik mobil, pikiran Irene masih sangat kacau. Ketika mobil tiba di depan Kediaman Yunata, Irene turun mobil dengan Michael dan berjalan memasuki kediaman. Pada saat ini, langkah kaki Michael tiba-tiba terhenti."Oh iya, aku bukannya nggak pernah kelaparan," kata Michael. "Aku juga pernah kelaparan hingga aku merasa bahwa aku mungkin akan mati kelaparan."Saat Michael masih kecil, setelah ayahnya meninggal dan dikremasi, Michael pernah tinggal di sebuah rumah kecil yang sudah bobrok dengan guci abu ayahnya. Pada saat itu, dia merasa sangat lapar ... hingga dia benar-benar tidak bertenaga, seakan-akan dia sudah berada di depan pintu akhirat.Akhirnya, ada tetangga yang mengetuk pintu rumahnya dan memberin
"Karena Irene nggak bisa mendapatkan apa pun, dia juga nggak mau membiarkan Elena hidup senang!" kata Clara dengan penuh amarah. "Kalau dia benar-benar merusak hubungan antara Elena dengan Kris, aku akan membunuhnya!"Gary berkata, "Apakah ada kesalahpahaman?" Bagaimanapun, Irene juga adalah putrinya. Dia sebenarnya tidak peduli putri mana pun yang bisa berakhir dengan Kris.Hal terpenting adalah dia bisa menjadi ayah mertuanya Kris."Kesalahpahaman apa?! Dia hanya mau menjalin hubungan dengan orang kaya!" seru Clara. "Kalau nggak, memangnya setelah dia kenal dengan Michael, dia masih akan mendekati Kris? Dia nggak pikir, ya, kalau dia sudah pernah masuk penjara? Memangnya Michael setulus apa terhadapnya? Michael pasti hanya main-main saja."Pada saat ini, Clara terus-menerus memfitnah anak tirinya itu karena dia takut Irene akan benar-benar merebut pasangan putri kandungnya yang sebaik ini."Tapi, Elena nggak begitu. Elena sangat polos! Sekarang, dia juga menjalin hubungan serius deng
Saat Irene berbalik, dia malah menyadari bahwa entah sejak kapan, Michael sudah bersandar di samping pintu yang menghubungi dua kamar ini sambil menatap lekat-lekat pada Irene."Siapa itu?" tanya Michael sambil berjalan ke hadapan Irene."Ayahku," jawab Irene. "Besok malam, aku akan pulang rumah, jangan biarkan sopir itu menjemputku di Pusat Sanitasi Lingkungan lagi."Michael tampak seperti sedang berpikir keras, lalu dia bertanya, "Mau kutemani, nggak?"Irene menatap pria ini dengan tatapan heran. Michael mau menemaninya? Dengan identitas apa? Terlebih lagi, Irene pulang hanya untuk mengurus masalah ibunya."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri," kata Irene. "Sudah malam sekali, aku sudah mau tidur."Dengan kata lain, Irene sedang mengusir Michael dari kamar ini.Michael memicingkan matanya dan membungkukkan badannya. Dia memainkan rambut Irene yang panjang dengan jari tangannya sambil bertanya, "Kamu ingin sekali jauh-jauh dariku, ya?"Irene hanya membungkam tanpa menjawab pertanyaan
Jika Irene benar-benar kenal dengan orang hebat, apakah dia masih perlu bekerja sebagai petugas kebersihan di Pusat Sanitasi Lingkungan dan bahkan menjadi pemain figuran dengan susah payah hanya untuk mendapatkan uang tambahan secepat mungkin?"Nggak ... nggak apa-apa, kejadiannya sudah berlalu," kata Irene dengan ambigu. "Tapi, Kak Shanti, sepertinya aku kurang cocok menjadi pemain figuran. Ke depannya, aku nggak akan melakukan pekerjaan ini lagi. Tolong sampaikan ucapan maafku pada Pak Thomas, ya. Nanti, aku akan keluar dari grup itu."Bagaimanapun, kejadian di lokasi perekaman kemarin disaksikan oleh banyak orang. Di dunia hiburan, banyak orang harus terus bertemu dan tidak bisa saling menghindari. Jika Irene bekerja sebagai pemain figuran lagi, dia hanya akan merasa canggung, jadi sebaiknya dia tidak melakukannya lagi.Dia hanya kehilangan sebuah cara untuk mendapatkan uang tambahan dengan cepat, hal ini memang agak disayangkan, tetapi dia hanya bisa memikirkan cara lain untuk mena