Saat Irene berbalik, dia malah menyadari bahwa entah sejak kapan, Michael sudah bersandar di samping pintu yang menghubungi dua kamar ini sambil menatap lekat-lekat pada Irene."Siapa itu?" tanya Michael sambil berjalan ke hadapan Irene."Ayahku," jawab Irene. "Besok malam, aku akan pulang rumah, jangan biarkan sopir itu menjemputku di Pusat Sanitasi Lingkungan lagi."Michael tampak seperti sedang berpikir keras, lalu dia bertanya, "Mau kutemani, nggak?"Irene menatap pria ini dengan tatapan heran. Michael mau menemaninya? Dengan identitas apa? Terlebih lagi, Irene pulang hanya untuk mengurus masalah ibunya."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri," kata Irene. "Sudah malam sekali, aku sudah mau tidur."Dengan kata lain, Irene sedang mengusir Michael dari kamar ini.Michael memicingkan matanya dan membungkukkan badannya. Dia memainkan rambut Irene yang panjang dengan jari tangannya sambil bertanya, "Kamu ingin sekali jauh-jauh dariku, ya?"Irene hanya membungkam tanpa menjawab pertanyaan
Jika Irene benar-benar kenal dengan orang hebat, apakah dia masih perlu bekerja sebagai petugas kebersihan di Pusat Sanitasi Lingkungan dan bahkan menjadi pemain figuran dengan susah payah hanya untuk mendapatkan uang tambahan secepat mungkin?"Nggak ... nggak apa-apa, kejadiannya sudah berlalu," kata Irene dengan ambigu. "Tapi, Kak Shanti, sepertinya aku kurang cocok menjadi pemain figuran. Ke depannya, aku nggak akan melakukan pekerjaan ini lagi. Tolong sampaikan ucapan maafku pada Pak Thomas, ya. Nanti, aku akan keluar dari grup itu."Bagaimanapun, kejadian di lokasi perekaman kemarin disaksikan oleh banyak orang. Di dunia hiburan, banyak orang harus terus bertemu dan tidak bisa saling menghindari. Jika Irene bekerja sebagai pemain figuran lagi, dia hanya akan merasa canggung, jadi sebaiknya dia tidak melakukannya lagi.Dia hanya kehilangan sebuah cara untuk mendapatkan uang tambahan dengan cepat, hal ini memang agak disayangkan, tetapi dia hanya bisa memikirkan cara lain untuk mena
"Sini, duduklah," kata Gary.Begitu Irene duduk, dia langsung bertanya, "Makam Ibu mau dipindahkan ke mana?""Hal ini nggak mendesak," kata Gary sambil melambaikan tangannya. "Mari kita bicarakan dulu masalah antara kamu dan adikmu. Hari ini, Ayah ingin menjadi pembawa damai untuk kalian berdua. Apa pun yang sebelumnya terjadi, kalian tetap adalah kakak adik. Sebagai seorang kakak, kamu harus lebih melindungi adikmu."Irene mengernyit dan berkata, "Aku hanya ingin tahu ke mana makam ibuku akan dipindahkan."Gary pun berkata dengan kesal, "Bukannya sudah kubilang, ya? Nanti, kita baru bicarakan hal ini. Sekarang, kita bicarakan dulu masalah kamu dengan adikmu.""Kak, kalau sebelumnya aku melakukan kesalahan padamu, jangan pendam dalam hatimu, ya. Aku minta maaf," kata Elena dengan gaya yang terlihat sangat tulus.Namun, Irene malah sangat waspada.Sekarang, melihat sikap Elena seperti ini, jelas-jelas niatnya tidak baik.Seperti dugaan Irene, ucapan Gary berikutnya pun membuat Irene mem
"Kamu terus mengungkit tentang ibumu, tapi kamu nggak senang melihat adikmu senang. Baguslah, kamu benar-benar putri ibumu yang baik!" kata Gary dengan amarah yang menggebu-gebu. Dia langsung berjalan ke kamarnya. Sesaat kemudian, dia mengeluarkan sebuah album foto.Irene seketika tersentak. Album foto ini adalah album foto ibunya, di dalamnya terdapat banyak foto dia dengan ibunya!Kemudian, Gary langsung mengeluarkan sebuah macis dan membakar album foto itu. "Karena kamu begitu nggak ingin adikmu hidup senang, sepertinya kamu juga nggak memerlukan album foto ini lagi. Ibumu juga nggak akan menginginkan seorang putri sepertimu lagi!"Album foto itu mulai terbakar. Gary langsung melemparkan album foto yang terbakar itu ke atas lantai keramik.Irene seketika berteriak, dia langsung menarik lengan bajunya dan berusaha keras untuk memukul-mukul api yang mulai membakar album foto itu.Album foto ini tidak boleh terbakar, tidak boleh!Album foto ini adalah kenangan yang diberikan ibunya pad
Jika Irene benar-benar terkena luka bakar hingga wajahnya hancur, Elena tidak perlu repot-repot lagi. Setidaknya, Kris tidak akan menyukai wanita dengan wajah hancur.Sungguh disayangkan!...Irene tidak tahu bagaimana dia turun ke lantai bawah. Dia hanya merasa bahwa setiap langkah yang dia ambil seakan-akan menguras seluruh tenaga dalam tubuhnya.Kedua tangan yang memeluk album foto itu juga terus bergetar karena mentalnya masih terguncang.Pada saat ini, dia bahkan tidak berani membuka album foto ini dan melihat foto di dalamnya dan separah apa tingkat kehancurannya.Semua foto ini adalah ingatannya, kenangan antara dia dengan ibunya!Saat dia berjalan dengan tertatih-tatih ke depan gerbang perumahan kecil ini, sebuah sosok berjalan cepat ke arahnya.Kemudian, terdengar suara seseorang yang cemas, dengan sejenis kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan, dari atas kepala Irene. "Apa yang terjadi?"Irene hanya merasa bahwa dia seperti diselimuti oleh sebuah bayangan. Kemudian, sepas
Irene tidak bersuara, dia sangat diam, seakan-akan dia sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Saat dokter ingin mengambil album foto yang Irene pegang di tangannya, Irene baru tiba-tiba tersadar. Dia langsung mencengkeram album foto itu erat-erat sambil berseru, "Jangan!""Aku nggak akan mengambilnya, aku hanya mau melihat luka di tanganmu," kata Michael dengan lembut. "Kak, berikan ini padaku, supaya dokternya bisa memeriksa luka di tanganmu dengan baik, oke?"Panggilan "kakak" akhirnya membuat tatapan Irene tertuju pada Michael. "Mike," gumam Irene."Iya," jawab Michael. "Coba beri tahu aku, apa yang sebenarnya terjadi?"Bibir Irene bergetar, air mata kembali mengalir dari matanya. "Dibakar, album foto ibuku dibakar," kata Irene.Suara Irene terisak tangis. Setiap bulu matanya yang lentik bergetar, air matanya mengalir.Michael tercengang sesaat. Apakah album foto yang sudah setengah terbakar ini album foto Irene dengan ibunya?Masa-masa mereka tinggal bersama sudah cukup untuk memb
Irene tiba-tiba berlinang air mata. Air matanya yang sudah berhenti seketika mengalir lagi."Kalau kamu benar-benar ingin menangis, menangis saja, Kak," kata Michael sambil menyeka sudut mata Irene dengan ujung jarinya.Panggilan "Kak" seperti kunci yang membuka seluruh penderitaan dan kesedihan yang sudah Irene tahan sebelumnya.Irene tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia akhirnya langsung menangis tersedu-sedu.Sudah berapa lama dia tidak menangis sekeras ini? Sudah lama sekali dia tahu bahwa sekeras apa pun dia menangis, sebanyak apa pun air mata yang dia keluarkan, semuanya tidak ada gunanya. Dia hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri. Menangis pun tidak ada gunanya baginya.Namun, pada saat ini, mendengar Michael memanggilnya dengan sebutan "Kak", dia teringat akan adiknya yang sudah terbentuk dalam perut ibunya, tetapi tidak pernah bisa memanggilnya dengan sebutan "kakak" itu.Dulu, jika ibunya dan adiknya tidak meninggalkannya, apakah sekarang dia masih akan merasa begitu
Leni seketika terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan mendengar suara seorang pria dari ujung telepon lainnya. Selain itu, suaranya terdengar seperti .... "Kamu ... Michael Yunata, ya?" gumam Leni."Iya," jawab Michael. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan itu.Leni menatap ponsel di tangannya untuk sesaat. Kemudian, dia baru tersadar. Mengapa Irene sudah terlelap, tetapi orang yang menerima panggilan itu Michael?! Jangan-jangan sekarang Michael berada di sisi Irene?Selain itu, jika Irene tidak tinggal di kamar kontrakannya, sekarang, di mana Irene tinggal? Tatapan Leni berpindah dari ponselnya ke pintu kamar kontrakan yang tertutup rapat. Apakah sekarang Irene tinggal bersama Michael?Aneh sekali!Pada saat ini, Michael menyimpan ponselnya Irene, lalu menggendong wanita yang sedang terlelap itu turun dari mobil dengan hati-hati.Michael takut Irene akan masuk angin, jadi dia sengaja melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Irene dengan jaketnya.Sepanjang perjal