Tatapan Michael seperti bergelombang, memancarkan sejenis kelembutan, seakan-akan apa pun yang Irene lakukan, Michael tetap bisa menerima dirinya.Tatapannya yang berkilau dan senyuman di sudut bibirnya membuatnya terlihat sangat tampan.Irene tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang melakukan hal bodoh. Walaupun dia memesan seluruh makanan di menu pun hal ini bukanlah apa-apa bagi Michael.Ada apa dengan dirinya? Dia malah ingin melampiaskan amarahnya dengan memesan makanan, seperti orang bodoh.Dengan frustrasi, Irene mengembalikan menu itu ke pelayan itu sambil berkata, "Itu saja dulu.""Sudah cukup?" tanya Michael sambil tersenyum.Irene menggigit bibirnya dan menjawab, "Sudah.""Apakah kalian benar-benar bisa menghabiskannya? Pesanan ini cukup untuk tujuh hingga delapan orang. Apakah pesanan ini nggak kebanyakan untuk kalian berdua?" tanya pelayan itu dengan sopan.Michael menjawab dengan santai, "Itu saja dulu."Oleh karena itu, pelayan itu menerima menu itu, lalu berbalik dan mening
Mungkin tatapan Michael terlalu terus terang dan terlalu tidak disembunyikan, sehingga Irene tidak bisa menahan diri dari mengangkat kepalanya dan menatap Michael sambil bertanya, "Kamu nggak makan?""Makan, tapi aku mau lihat Kakak makan dulu sebentar. Dengan begitu, nanti, nafsu makanku baru akan lebih baik," kata Michael.Irene seketika terdiam. Apa maksudnya? Kalau Michael melihat Irene makan, nafsu makannya akan meningkat?!"Tiap aku melihatmu makan, aku akan merasa seakan-akan makanan ini sangat enak," kata Michael dengan suara rendah."Itu karena kamu nggak pernah kelaparan," kata Irene sambil tersenyum. "Kalau kamu pernah nggak makan beberapa hari, bahkan nasi dengan air putih pun akan terasa sangat enak."Tatapan Michael seketika menjadi serius. "Kamu pernah kelaparan?" tanya Michael."Iya, pernah," jawab Irene dengan singkat. Hal yang dulunya mengangkut nyawanya malah sudah menjadi seperti hal yang sangat biasa baginya.Michael mengerutkan bibirnya dan bertanya, "Di penjara?"
Namun, sekarang, di seluruh Kota Cena, sepertinya ada banyak orang yang mengetahui bahwa Hannah dan Martin sudah bertunangan dan akan segera menikah. Saat Lidya mengungkit tentang Martin, dia malah sengaja menggunakan kata-kata "mantan pacar".Sambil menatap Lidya, Irene tiba-tiba menyadari sesuatu.Lidya yang ditatap oleh Irene seperti ini pun merasa tidak nyaman. Tatapan Irene seperti bisa menembus pikirannya.Namun, dalam hatinya, dia berpikir, 'Terus kenapa? Sekarang, Irene sudah bukan lagi pengacara baru terkenal di industri ini!'Dulu, dia memasuki firma hukum bersama Irene, tetapi perhatian semua orang hanya tertuju pada keberadaan Irene, sedangkan dia hanyalah peran sampingan.Semua orang berkata bahwa Irene mencapai kesuksesan baik dalam karier maupun percintaannya. Dalam waktu singkat, dia akan menjadi pengacara besar, sedangkan Lidya hanya bisa merasa iri.Bahkan setiap Lidya melakukan kesalahan pun bosnya di firma hukum akan menyuruhnya untuk banyak belajar dari Irene. Hal
"Nggak perlu," kata Irene dengan cuek. "Temanku menungguku di luar. Aku pergi dulu, ya.""Eh, jangan buru-buru," kata Lidya lagi. "Sekarang, kamu masih belum punya pacar, 'kan? Pacarku adalah profesor di kampus, kenalannya juga banyak. Bagaimana kalau aku meminta bantuannya untuk memperkenalkan pria untukmu?"Sambil berbicara, Lidya langsung mengikuti Irene keluar dari kamar mandi.Kemudian, Lidya berteriak pada seorang pria dengan bentuk tubuh biasa yang sedang menunggu di luar. Pria itu langsung berjalan menghampirinya.Irene menatap pria yang berjalan ke arahnya itu. Penampilannya biasa saja, tetapi dia terlihat sudah agak berusia, sepertinya sudah hampir 40 tahun, jelas-jelas pria ini seharusnya adalah pacarnya Lidya."Billy, ini Irene Linardo, mantan rekan kerjaku. Tadi, aku kebetulan bertemu dengannya di kamar mandi," kata Lidya. Kemudian, dia berkata lagi, "Irene, ini Billy Hermata, pacarku. Dia adalah profesor di universitas."Lidya jelas-jelas sedang membanggakan pacarnya.Bil
Alhasil, sebelum mereka bisa meminum teh susu ini bersama, pria ini sudah bukan lagi Mike, melainkan adalah Michael.Sementara itu sekarang, Irene tidak menyangka bahwa Michael masih saja mengingat ucapannya."Irene ... siapa ini?" tanya Lidya sambil menatap Michael dengan tatapan tercengang.Pria yang terlihat elegan dan mewah ini ... temannya Irene?! Aneh sekali!Sebelum Irene bisa menjawab, Michael malah berkata, "Wanita ini yang mau menjodohkanmu pada pria lain? Jangan-jangan kamu nggak bilang kalau kamu sudah punya aku?"Mendengar ucapan Michael, Lidya langsung terkejut.Jangan-jangan pria ini benar-benar temannya Irene? Dia bahkan mungkin adalah pacarnya Irene!Hanya dari segi penampilan saja, Michael sudah lebih unggul dari Martin, apalagi pacarnya Lidya!Sambil memikirkan hal ini, Lidya menatap Billy, pacarnya yang berada di sampingnya. Awalnya, dia lumayan puas dengan pacarnya ini. Meskipun Billy 10 tahun lebih tua dari dirinya, bagaimanapun, Billy adalah seorang asisten profe
Setelah ketiga orang ini memesan kopi, Lidya sengaja memulai beberapa topik pembicaraan dengan Irene, menanyakan tentang pekerjaan Irene dan sebagainya. Sebenarnya, dia hanya ingin mendengar tentang keadaan Irene yang menyedihkan sambil mengamati reaksi Michael setelah mendengar jawaban Irene.Namun, Michael malah terlihat tenang, seakan-akan dia sudah mengetahui semua jawaban Irene, sehingga dia sama sekali tidak merasa terkejut."Irene, bagaimana kalau aku katakan pada bos di firma hukum kita biar kamu bisa bekerja di sana? Kalaupun kamu hanya menjadi petugas kebersihan di firma hukum, pekerjaan itu tetap saja lebih baik daripada pekerjaan di Pusat Sanitasi Lingkungan," kata Lidya dengan gaya pura-pura baik hati.Irene mengangkat tatapannya, tatapannya terhadap Lidya juga menjadi makin dingin. "Aku nggak berencana untuk ganti pekerjaan," kata Irene."Oh ya?" Lidya mengerutkan bibirnya dan berkata, "Gaji di firma hukum lebih besar daripada bekerja sebagai penyapu jalanan. Kamu nggak m
Irene seketika tercengang. Dia mengangkat kepalanya dan menatap mata Michael yang penuh perasaan itu.Sementara itu ekspresi Lidya berubah. Dia tertawa dengan canggung, lalu berkata, "Nggak kusangka Tuan Michael ... begitu mencintai Irene. Kalau begitu, apakah kalian berencana untuk menikah?""Asalkan dia bersedia, aku tentu saja mau," kata Michael.Irene hanya merasa bahwa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dia menatap Michael dengan tatapan tidak percaya, seakan-akan dia baru saja mendengar ucapan yang sangat tidak masuk akal."Nggak mungkin!" seru Lidya.Michael menatap Lidya sekilas dengan tatapan malas sambil bertanya, "Apa yang nggak mungkin?"Tatapan pria ini dingin, membuat Lidya merinding. Rasa takut juga meluap dalam hatinya."Sudahlah, Irene, ayo jalan," kata Michael sambil menggenggam tangannya Irene dan meninggalkan kafe ini.Irene pun mengikuti Michael tanpa penolakan.Billy menatap Lidya dan berkata dengan nada tidak setuju, "Lidya, kenapa kamu mengungkit perihal tem
"Tapi, sebaiknya kamu anggap serius ucapanku tadi," kata Michael.Irene seketika tercengang. Apa maksudnya? Anggap serius ... ucapannya tadi ....Asalkan Irene bersedia, Michael tentu saja mau menikah dengannya. Apakah Michael mengetahui arti dari ucapan ini?Sampai saat kedua orang ini naik mobil, pikiran Irene masih sangat kacau. Ketika mobil tiba di depan Kediaman Yunata, Irene turun mobil dengan Michael dan berjalan memasuki kediaman. Pada saat ini, langkah kaki Michael tiba-tiba terhenti."Oh iya, aku bukannya nggak pernah kelaparan," kata Michael. "Aku juga pernah kelaparan hingga aku merasa bahwa aku mungkin akan mati kelaparan."Saat Michael masih kecil, setelah ayahnya meninggal dan dikremasi, Michael pernah tinggal di sebuah rumah kecil yang sudah bobrok dengan guci abu ayahnya. Pada saat itu, dia merasa sangat lapar ... hingga dia benar-benar tidak bertenaga, seakan-akan dia sudah berada di depan pintu akhirat.Akhirnya, ada tetangga yang mengetuk pintu rumahnya dan memberin