"Oh iya, sorry gue mau tanya sesuatu. Tapi lo jangan tersinggung, ya," ucap Alika berusaha untuk berhati-hati dalam menjaga ucapannya. Takut kalau malah membuat Aluna semakin stres, apalagi sedang menghadapi pernikahan yang tidak pernah diinginkannya. "Apa?" tanya Aluna dengan pelan, sama sekali tidak berpikiran kalau Alika akan membicarakan sesuatu yang membuat gadis itu kaget bukan main. "Lo tahu nggak? Kalau Amar itu sempat ngancam gue." "Apa?!" Saat itu juga Aluna langsung tersentak. Segala rasa sedih yang ada di hati dan pemikiran tentang pernikahannya pun sirna, mendengar apa yang udah diucapkan oleh sahabatnya. "Lo diancam gimana?" tanya Aluna, ingin tahu lebih jelas, takut jika sahabatnya itu celaka hanya gara-gara dirinya."Ya, katanya kalau misalkan gue itu harus berusaha buat ngedeketin kalian. Masalahnya ya kan gue nggak bisa maksa lo. Apalagi sekarang lo tiba-tiba saja menikah, gue yakin dia pasti akan marah besar," jelas Alika. Ada rasa kekhawatiran antara diriny
Selama perjalanan juga Alika meyakinkan Aluna untuk tenang, karena di sini dia harus tampil elegan dan memukau, tidak boleh memperlihatkan kalau dirinya itu karyawan biasa yang mudah ditindas oleh yang lainnya. "Ingat, ya! Ke depannya kamu itu adalah Nyonya besar, jadi jangan sungkan-sungkan untuk melakukan apa pun. Ya, setidaknya lo jangan sampai ditindas. Lah gue nggak terima aja temen gue ditindas, apalagi dia Nyonya besar," ucap Alika sembari cengengesan, membuat Aluna menatap sinis."Nggak ada yang kayak gitu! Gue tetep aja Aluna yang dulu, walaupun status gue berbeda. Ingat! Ini juga kan tidak lebih dari sebuah perjanjian saja," papar Aluna, dia tidak mau merasa jumawa karena statusnya menjadi istri Darren, karena baginya semua itu akan sirna setelah 3 tahun. Dia tidak mau mendapatkan cemoohan setelah bercerai dan diejek. Jadi, sebaiknya berlaku seperti biasanya seperti sebelum dia menjadi istrinya seorang Darren. "Iya, iya deh. Gue percaya. Lo itu emang rendah hati. Jadi, ng
Alika hanya bisa menggelengkan kepala dan mengikuti kemauan temannya. Anggaplah ini kado tambahan untuk Aluna karena hari spesial sang sahabat.Dengan pelan Alika keluar dari ruangan itu dan berdiri di dekat Ballroom, tak jauh dari acara dilaksanakan. Gadis itu terpukau melihat dekorasi yang luar biasa. Temannya benar-benar beruntung karena bisa menikah dengan Darren. Walaupun memang semua ini hanya alasan sandiwara saja, tetapi setidaknya Aluna tidak perlu memikirkan masalah ekonomi. Gadis itu pasti akan mendapatkan kehormatan karena menjadi seorang menantu dari konglomerat. Alika langsung menggelengkan kepala, berusaha mengusir segala angan-angan yang terlalu berlebihan. Aluna tidak akan pernah bahagia jika pernikahan tanpa didasari perasaan. Juga tidak ada cinta, ini akan semakin menderita untuk Aluna. Harusnya Alika berpikir ke sana dan tidak boleh malah memuji-muji apa yang sedang Aluna rasakan saat ini. Acara ijab kabul pun dimulai. Alika jadi deg-degan sendiri mendengar emas
Aluna dan Darren pun mulai acara resepsi. Biasanya resepsi itu akan dilakukan malam, tetapi setelah akad, resepsi akan langsung digelar. Ini dikarenakan Darren harus mempersingkat waktu. Dia tidak mau berlama-lama dengan tamu-tamu yang ada di sini, karena jujur baginya semua ini begitu melelahkan. Ya walaupun setidaknya dia bisa membuat ibunya senang, tetapi Darren juga harus menyelesaikan suatu masalah dengan Aluna, yaitu terkait emas kawin dan akan dia buat. Wanita itu tidak berkutik. Bukan wanita, tapi gadis. Karena dia belum menyentuh Aluna secara utuh. Darren langsung menggelengkan kepala jika berpikirkan tentang sentuhan menyentuh, karena baginya selama 3 tahun dia harus menahan diri untuk tidak menjamah Aluna walaupun sejengkal. Namun demikian, semua pemikiran itu sepertinya harus dipertahankan lebih kuat, karena sekarang Darren melihat Aluna sedemikian rupa. Matanya tidak bisa berpaling dari gadis cantik itu. Sementara itu Aluna masih tidak tenang sebab tak terlihat Ibunda
Selama resepsi dilakukan, Danita tidak hanya diam saja. Dia akan melakukan sesuatu kepada seseorang yang memang seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal. Awalnya Danita ingin memecat Siska di sini dan mempermalukan gadis itu, tetapi mengingat kalau hari ini adalah hari yang penting bagi anaknya dan bersejarah, mana mungkin Danita menghancur begitu saja. Dia akan membuat Siska menderita dengan cara menjatuhkan harga dirinya. Di sini memang semua divisi diharuskan untuk hadir, semua ini agar dia tahu siapa saja yang mendukung pernikahan Darren dan siapa yang membenci kedua orang yang sedang berada di singgasana itu dan dari sini Danita sudah tahu siapa saja yang mendukung pernikahan ini. Ada beberapa orang yang melihat Aluna dengan benci, termasuk Siska. Dia tidak bisa membiarkan begitu saja. Danita tadi juga sempat melihat Amar yang terus-terusan menatap Darren beserta Aluna dengan tatapan yang tidak suka. Dia juga wajib mencari tahu siapa Amar ini. Pokoknya, Danita tidak mau sam
Danita melihat reaksi Pak Aman yang begitu kaget. Sepertinya pria paruh baya ini tahu sesuatu. Hanya saja menyembunyikannya. Sebenarnya sejak dia menjadi OG, dia juga merasa kalau Pak Aman itu tidak berdaya terhadap Siska. Pak Aman sempat menoleh ke sekitar, takut kalau ada yang melihatnya. Gelagat pria paruh baya ini tentu saja membuat Danita curiga. "Ada, Pak? Apa Bapak sedang diancam oleh seseorang atau takut diawasi?" tanya Danita memastikan, dia tidak mau sampai terjadi sesuatu yang buruk kepada Pak Aman ini. "Jangan takut, Pak Aman. Katakan sesuatu, saya akan melindungi Bapak. Saya tidak mau kalau ada orang yang seperti Siska di perusahaan anak saya. Karena bagaimanapun perusahaan itu masih atas milik almarhum suami saya. Justru kalau Bapak menyembunyikan sesuatu, maka saya akan jamin Bapak keluar dari perusahaan ini." Mendengar itu Pak Aman terkesiap. Danita juga terpaksa melakukan ini semua, karena kalau tidak begini, maka orang-orang di sekitar Siska pasti tidak akan men
Setelah itu Pak Aman pun langsung kembali ke kerumunan divisinya. Ada beberapa orang yang bertanya ada apa karena mereka penasaran kenapa Pak Aman disuruh oleh Danita untuk berbicara berdua saja. Begitupun dengan Siska. "Pak, kenapa tiba-tiba saja dipanggil oleh Nyonya besar? Apakah ada masalah?" tanya Siska, ingin tahu. Karena dia harus tahu apa pun yang berkaitan dengan perusahaan ini, termasuk hal-hal kecil seperti tadi. Pak Aman menoleh sebentar kepada Siska, lalu dia pun menghela napas panjang. "Ini semua karena gara-gara kamu, Siska," ucap Pak Aman.Sebenarnya dia itu sedang mencari alasan lain yang masuk akal, agar tidak ada yang curiga. "Loh, kenapa aku? Memangnya apa salahku? Aku kan memang mengatakan hal yang baik. Daripada si Aminah, aku itu lebih baik dari segalanya. Aku juga kan salah satu OG yang banyak diminati dan teladan. Kenapa tiba-tiba saja Nyonya besar itu kenal dengan Aminah?" "Ya, karena memang kamu itu tidak memancarkan kebaikan," ucap Pak Aman dengan bera
"Selamat malam, Nyonya. Apa yang sekiranya membuat Nyonya datang ke perkumpulan kami? Kami ini hanya orang-orang biasa di perusahaan," ucap salah satu dari dividi marketing itu. Dia adalah manajer marketing yang ada di perusahaannya. Sementara Danita ingin bertemu Andri, dia adalah kepala marketing yang berarti wakil dari manajer itu. Danita tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, saya hanya menyapa dari berbagai divisi. Ingin tahu karyawan anak saya itu siapa saja," ucap Danita memulai pembicaraan. Dia berusaha untuk ramah dan terlihat biasa saja. Padahal dirinya sedang meneliti gelagat Andri dan tampang dari pria itu. Sebenarnya, dibandingkan pria-pria yang lain Andri hanya terlihat biasa saja. Tetapi pakaiannya rapi dan penambilan klimis. Danita yakin, semua ini pasti karena kesuksesan istrinya yang merawat Andri sampai seperti sekarang. Tidak menyangka saja wanita secantik dan terbaik di sampingnya ini dikhianati oleh suaminya sendiri. Kayaknya tidak ada yang berani mengungkapkan sem