Beranda / Romansa / Istri Badas VS Pelakor Keji / 6. Perempuan tak ku kenal

Share

6. Perempuan tak ku kenal

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-08 00:48:21

Aku cukup lama di rumah Oma. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku dan Aiden berpamitan untuk pulang. Oma memberikan oseng-oseng pare dan kotak hitam. Aku tidak tau isi dari kotak hitam itu.

"Ini buat kamu ya Cantik. Dijaga baik-baik ya."

Aku mengangukkan kepala. Setelah itu mencium tangan Oma, begitupun Aiden. Kamu pun pergi meninggalkan rumah oma.

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar.

Lalu aku bermain game sampek isya, setelah sholat aku mandi dan turun ke bawah. Kulihat Aiden sedang telfonan. Aku langsung ke washtafel buat cuci tangan. Ternyata semua makanan sudah disiapkan. Aku duduk didepan aiden. Aiden mematikan telponnya.

“Udah?” tanyaku.

“Udah.”

“Yaudah yuk makan.. jangan lupa berdoa,” kataku sambil mengambil nasi.

“Ambilin aku juga dong,” kata Aiden.

“Ogah,” jawabku ketus.

“Kan kamu yang ajak aku makan. ”

“Ya trus? Kalo males ambil sendiri yaudah sana pergi ngapain disini.”

Aiden Cuma pasang muka masam. Lalu kita makan dengan diam, setelah selesai makan. Aku ambil piring kotor Aiden dan membawanya ke dapur untukku cuci, setelah itu aku kembali duduk di depan Aiden. Aiden sedang bermain hp. Aku lihat dari tadi ada notif panggilan berkali-kali, tapi tidak diangkat ketika dia sedang makan.

“Emm… Aiden” aku panggil dia.

“Hm,” sahut dia sambil mematikan hp nya.

“Besok aku pergi jalan-jalan ya,” ucapku.

“Kemana?”

“Gak tau, pokoknya jalan-jalan.”

“Gausah lah.”

“Aku pergi sendiri, gak usah kamu antar.”

“No.”

“Kalo adopsi kucing?”

“No.”

“Hm…aku bosen, gaada temen”

“Emang biasanya kamu ada temen?”

“Enggak. Tapi aku punya banyak kucing.”

“Temen sama kucing itu beda,” sewot suamiku super nyebelin.

“Sama aja kok.”

“Sama nya dimana?” Alisnya semakin tertaut rapat.

“Sama-sama nemenin aku.”

“Hahaaa…, tapi kan gak bisa diajak ngomong.” Deretan giginya terlihat sangat rapi. Namun, reaksinya membuatku semakin dongkol. “Bisa kok.”

“Mana bisa?” Ia semakin mengejekku.

“Bisa, kamu aja yang gak pernah ajak omong kucing.”

“Emm.. emang biasanya kamu ngomongin apa sama kucing?”

“Banyak.”

“Contohnya?” Entah kenapa, dia seakan exited dengan jawabanku.

“Emm.. biasanya aku panggil kucingku baby kalo gak gitu namanya. Contohnya nih.’baby udah makan?’ kalo kucingnya diem berarti udah, tapi kalo meong-meong berarti belom, trus biasanya kucingku masuk kekamarku sama meong-meong, berarti dia marah soalnya belom dikasih snack, biasanya aku tanya’kamu mau snack?’ kucingku pasti bilang meong sambil bikin matanya bulat gitu, jadinya lucu. Kadang kalo tengah malem aku parno habis liat video horror trus pengen poop aku ajak kucingku.” Aku berusaha meyakinkannya.

“Kamu ajak dia masuk ke WC?”

“Ho oh, kadang kalo gak aku ajak dia sendiri yang nyamperin aku trus meong-meong nyariin aku di depan pintunya.”

“Ihh jorok.. ” lelaki itu bergidik.

“Enggak lah, kalo habis dari wc aku lap tisu basah yang anti bakteri.”

“Tetep aja.”

“Enggak, aku juga rutin mandiin.”

“Hihh.”

“Tau ah.” Aku langsung membuang muka. Rasanya kesel banget.

“Hm...”

Aku langsung berdiri.

“Mau kemana?” tanya Aiden dengan mata melirik ke arahku.

“Kamar.”

“Ngapain?”

“Terserah aku lah mau ngapain.”

“Aku ikut ya?”

 permintaan itu membuatku risih. “Ngapain?”

“Ya ikut aja”

“No!” aku jalan menuju kamar ku.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Gelangku..

Aku cari dikamar, tidak ada. Apa diabawa aiden ya? Aku keluar kamarku dan mencari Aiden.

Aku lihat dulu di ruang makan. Ternyata tidak ada. Apa dikamar?

Aku ketuk pintu kamarnya.. tapi tidak ada balasan. Aku cari kebawah, ke ruang tamu. Kayaknya memang disana, aku kesana.

“Aidenn.. ” sambil buka pintu, antara ruang tamu dan ruang tengah memang ada pintunya. Aiden menoleh, aku melihat ada perempuan, seumuranku. Dia sedang menggandeng tangan Aiden, aku yang melihatnya hanya bisa mengangkat satu alis aku. Aku lihat aiden buru-buru melepas tangannya. Perempuan ini melihatku dengan tatapan sinis, aku tau.. dari gerak-gerik dan postur tubuh yang dia lakukan itu menunjukkan kalo dia tidak suka dengan kehadiranku. Tapi gak tau juga sih, menurutku gitu.. Siapa perempuan ini..

“Ya ?” jawab Aiden dengan cemas.

“Enggak nanti aja, lanjutin.” aku langsung balik menutup pintu.

___

Aku menunggu Aiden di ruang tengah. Beberapa menit kemudia Aiden menghampiriku, aku lihat muka nya masih menunjukkan bahwa dia cemas.

“Ada apa?”

“Aku nyari kotak hitam tadi yang dikasih oma. Kamu yang bawa?”

“Iya, bentar aku ambilin.” Dia pergi menuju kamarnya. Aku tetap duduk di sofa. Lalu Aiden kembali sambil membawa kotak gelangku.

“Nih..”

Thanks.” Aku berdiri hendak ke kolam renang. Tiba-tiba teringat sesuatu. ”Aiden besok aku tetep pergi, beli kulkas kecil mau aku taruh di kamarku.”

“Aku antar, jam berapa?”

“Gak usah. Aku bisa pergi sendiri.”

“Enggak, aku antar.”

“Emm okey jam 9.”

“Okey.” aku langsung menuju kolam renang, dan duduk di kursi santai pinggir kolam. Aku panggil white.

“White..”

“Errmm…” itu suara white.

“Come on white.” Maaf banget kalo Bahasa inggrisku jelek. White menghampiri ku dan aku mengelus-elus kepalanya. Lalu dia tiduran dipangkuanku, hanya kepalanya saja. Tiba-tiba aku mendapatkan sinyal, ini pasti titik penjagaku. Ohh ya aku punya penjaga juga, salah satunya ini si titik. Bentuknya seperti kuntilanak tapi lebih manusiawi, dia cantik. Tapi sedikit agresif, beberapa waktu lalu dia pamit ke aku kalau dia ada tugas lain. Aku mengizinkannya, sebenernya tanpa dia bilang ke aku itu pun gamasalah. Tapi white merasa terancam dengan kehadiran si titik ini.

“white . tenang.. please, itu teman aku.” white masih tetap waspada. Aku mengelus-ngelus kepalanya.

“It's okay Baby. Don’t worry.” Akhirnya white lebih tenang.

“Assalamualaikum.” sapa ku ke Titik

“Walaikumsalam.” jawab titik

“Gimana?”tanyaku

“Sudah selesai. Dapat salam dari ratu," kata titik

“Waalaikumsalam.”

“Gelang nya sudah kembali.”

“Kamu tau?”

“Iya, Raden Ayu pake pas SMP dulu.”

“Emm..” jawabku sambil mikir. Tapi iya sih. Anehnya kok tiba-tiba bisa di Oma. Kok bisa ya?

Lalu titik menghilang. Dia berkeliling melihat rumah Aiden, aku tau dia mencari tempat yang pas untuk dia beristirahat. Aku liatin gelang ini. Dan kotak ini aneh banget, keliatan udah tua banget kotaknya, anehnya tiba-tiba ada namaku.

Enak nya aku pake apa enggak ya? Pikiran ini berputar berkali-kali sambil aku melihat bintang-bintang dilangit. Ahh.. mending aku tanya ayah aja.

‘Ayah.. ini gelangku yang dulu kan?’ aku kirim + pap an gelang.

‘Iya. Ketemu dimana?’

‘Rumah Oma Aiden. Mending aku pake apa enggak?’

‘Terserah kamu, gak dipake juga gapapa, pake aja kalo merasa perlu’

‘Okey. Ayah vc ya?’

‘Iya.’

Aku langsung vc ayah.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Yah liaten.” Aku arah in kamera ke white

“Hmm.. punyamu belom balik?”

“Belom, Cuma titik yang balik.”

“Gimana? Betah disana?”

“Emm.. ya betah sih.”

“Makan yang bener, masih minum obat?”

“Iya”

“Yaudah, jaga diri baik-baik ya. Ayah ada tamu. Kapan-kapan telpon lagi.”

“Okey”

Sambungan telepon pun mati. Aku pun kembali ke dalam rumah. Aku liat Aiden sedang minum kopi. Aku langsung menuju kamar.

Ngapain ya enaknya? Make up-make up an lagi aja, udah lama gak live streaming.

 Aku memilih-milih baju di lemari. Semua bajunya terlalu…. Glamor. Udah deh pake seenaknya. Aku memilih dress dengan singlet tipis, tapi aku kasih cardigan biar bisa buat story. Aku pengen make up kayak jukyung di wb. aku menyalakan live i* ku di ponsel satunya. Aku punya dua. Ini yang biasa aku pake emang buat privasi, tapi kalo yang satunya ini memang buat update-update story. Sekali buka banyak banget notifnya. Emang udah lama aku gak buka akun medsosku yang ini. Aku langsung live streaming.

Bab terkait

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   7. Live streaming

    "Aahhh.. sudah ada 50 yang liat. Assalamualaikum semuanya, selamat malam. Udah lama aku gak on i* ya. Kali ini aku mau make up, karena aku punya baju yang sedikit glamour seperti ini aku ingin make up nya juga sedikit glamour juga. Aku akan menunjukkan meja rias aku, karena aku sudah pindah rumah, jadi ini bakal berbeda.” Aku menunjukkan meja riasku. Dan aku sempat baca beberapa komentar. Rasa antusiasku eningkat dengan pesat ketika pengunjung room liveku semakin banyak.‘Ahh.. kangen kakak, udah lama banget gak liat kakak’ komentar baby_joo2‘Gimana kak udah sehat?’ komentar 2nu.mber‘Aduhhh kakak tambah cantik aja komentar koo.voice‘My princess..’ komentar loli.ant‘Wahh.. Dea udah lama gak ketemu, gimana kabarnya?’ini komentar dari temanku.‘Queen Deaaaa backkkkk,’ komentar m.rsyu56‘Lama gak muncul kemana aja kak.. sedih banget aku nungguin kakak,’ komentar ko.kmo‘Good night cantik,’ akunnya arion21. Apa ini Arion?Dan banyak lagi. Aku balikkan lagi kameranya ke arah wajahku.“

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   8. Hangout bareng suami

    Kedatangan Mbok Kencana di tengah malam masih menyisakan getaran di hatiku. Hari ini aku akan pergi keluar dengan Aiden, tapi ga tau kenapa mata aku tidak bisa dibuka. Aku bermimpi, aku tau bahwa ini hanya mimpi atau biasanya disebut lucid dream. Kalau lucid dream kita bisa mengatur mimpi semau kita, tapi dibanding mengatur aku seakan berada di dalam permainan mimpi, aku memang sering seperti ini, tapi hal ini sangat tidak mengenakkan, dimana aku harus menyelamatkan diri aku dari berbagai kejahatan yang ada di permainan ini. Ketika aku tidak berhasil selamat atau aku harus mati di dalam mimpi ini, maka artinya aku harus mengulanginya dari awal. Sebenernya ada jalan pintasnya yaitu bangun tidur, aku sudah mencobanya berkali-kali tapi aku tidak bisa, meskipun aku sudah bangun sebentar aku akan tertidur lagi. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan permainan ini atau aku harus bernego dengan pengatur mimpi ini, aku tidak tau siapa yang mengatur tapi aku bisa bernego, biasanya aku harus men

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   9. Kehebohan Geng Aiden

    Ketika masuk ruangan itu, Aiden menyuruhku duduk di sofa, badanku masih lemas banget pengen tidur rasanya. Perempuan itu menghampiri Aiden, ternyata itu sekretaris Aiden namanya Liana. Tiba-tiba ada notif chat, aku membukanya, ternyata dari mama mertua, yang bilang kalau mau kerumah.Aiden menghampiriku. dan mengatakan.“Ayo ikut aku,” ucap Aiden.“Kemana?”“Ayo ikut aja,” ucapnya dan langsung menggandengku. Badanku masih lemas banget. Apalagi laper ini seakan membunuhku. Kita kembali naik lift, badanku rasanya melayang waktu masuk lift. Ternyata lift nya turun, lalu lift terbuka Aiden menyeretku ke satu ruangan tapi dia tidak masuk, aku hanya di belakangnya. Aku berusaha menormalkan tubuh ku yang rasanya sangat tidak nyaman ini.“Oiii!!!!! Pengantin baruuu!” teriak seseorang dari dalam, sepertinya bukan satu orang saja.“Lu sekarang sering bolos ya bro?” suara seseorang dari dalam“Mentang-mentang punya istri anjirr.. ” ucap seseorang yang berbeda lagi.“Ngapa lu gak masuk?” tanya ses

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   10. Kabur dari Kerumunan

    Kehebohan geng Aiden membuatku sedikit terhibur. Namun siapa sangka tiba-tiba Aiden bersikap cemburu ketika salah satu temannya ingin duduk di sampingku.Setelah kenyang dengan makanan yang telah dihidangkan mereka. Aiden lekas mengajak aku keluar untuk membeli kucing yang sedari kemarin aku inginkan."Mau kemana Bro?" celetuk Raefal yang dari tadi menilik pergerakan aku dan Aiden."Anterin bini gua dulu," jawab Aiden seraya memasukkan ponsel ke dalam sakunya."Inces mau pergi?" tanya Devano. Aku hanya menganggukkan kepala."Yahh..." keluh Devano yang melihat responku."Udah Ayo," ucap Aiden lalu menggeretku dengan memegang bahuku. Aku yang merasa risih dengan tangan Aiden langsung berkelit agar segera terlepas dari cengkramannya.Selama perjalanan menuju parkiran tempat mobil aiden terparkir, setiap orang yang tanpa sengaja bertemu dengan kami menyapa Aiden dan memberikan tatapan penasaran kepadaku. Aku hanya bisa menghela nafas.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   11. Ada Apa dengan Aiden?

    Setelah memberikan pertanyaan sekaligus perintah yang tidak jelas, Aiden kini sudah berada di kamarku. Bertepatan pada pukul 21:00 WIB.Aku kebingungan ketika melihat wajah Aiden yang sama-sama bingung. Pada akhirnya aku membuka mulutku dan menyuarakan pertanyaan kepadanya."Ada apa?""Ahh Nggak papa," jawab Aiden dengan kikuk."Aku mau tidur, kalau nggak ngapa-ngapain cepet keluar," usirku."Emm... De, akuu..." ucap Aiden dengan sedikit bergumam."Kenapa?" tanyaku penasaran melihat tingkah Aiden yang tidak jelas."Emm... Nggak," jawab Aiden dan langsung keluar dari kamarku. Aku hanya bisa mengerutkan kedua alisku ketika melihat tingkat Aiden yang semakin tidak jelas.Aku tidak tau dengan maskud Aiden bertingkah seperti itu. Akhirnya kuputuskan untuk tidur, karena seharian ini aku sudah capek bermain dengan kedua kucingku.***Keesokan harinya saat sarapan dengan Aiden di ruang makan. Terlihat dia yang sibuk denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   12. Shock

    Ketika melihat pemandangan ini, entah kenapa aku tidak bisa berkutik. Sedangkan Aiden dari tadi hanya menatapku dan tetap memeluk perempuan itu.Ya, seseorang itu adalah perempuan dengan rambut panjang dan berwarna coklat. Memakai dres mini dengan high heels setinggi tower."Non," panggil Bik Asih dengan raut wajah panik.Tanpa menggubris Bik Asih kubalikkan badan dan kembali ke kamar. Amarah dalam diriku tiba-tiba tersulut.Ku kunci pintu kamarku. Dadaku naik turun tidak karuan, "Bisa-bisanya dia memeluk cewek setelah mencium keningku!""Arggghhhh...!!!" teriakku kesal.Dadaku terasa sangat nyeri. Buru-buru kucari obat di lemari pakaian milikku."Aghh...." Rasanya sangat nyeri. Panikku kambuh, aku harus segera menemukan obatku."Arghhhhh... aghhh!!" Aku sangat kesulitan mengatur detak jantungku.Titik yang melihatku kesakitan hanya bisa mondar-mandir. Dia menunjuk koper yang ada di atas lemari.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   13. MAAF

    Ekspresi Aiden yang datar membuat moodku yang sebelumnya ingin tertawa melihat kepanikan titik dan Bik Asih berubah menjadi biasa saja. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, tetapi hatiku tiba-tiba terasa sakit melihat pemandangan barusan. Rasanya seperti dikhianati, padahal kita menikah tanpa dilandasi cinta. Namun, karena aku merasa akhir-akhir ini dia lebih perhatian padaku, tanpa sadar membuatku merasa telah memilikinya.Lambat laun sesak napasku mulai reda."Sudah baikan?" tanya lelaki itu datar."Sudah.""Astaga Non. Bagaimana bisa tadi seperti itu. Untung saja ada bibik yang langsung masuk ke kamar." Wanita tua itu mengomel layaknya mak mak yang khawatir pada putrinya. Ketulusan hati yang diberikan kepala pelayan rumah ini membuatku tersenyum."Maaf." Kulirik wajah suamiku yang hanya bisa menghela napas ketika mendengar permintaan maafku. Tak hanya Aiden, Bik Asih pun menghela napas panjang."Saya buatkan teh hangat dulu ya Non. Janga

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Istri Badas VS Pelakor Keji   14. Siapa perempuan itu?

    "Dia Wendy." Hanya itu jawabannya. "Kekasihmu?" "Ya." "Oh." Kami diam seribu bahasa. Entah kenapa ada perasaan kecewa menyelimuti hatiku. Apa aku mulai tertarik pada suamiku? ini rasanya sangat gila. Padahal kami menikah karena terpaksa, dan aku yakin tidak akan menaruh perasaan padanya. Tapi kenapa hari ini perasaanku seakan tersakiti ketika melihatnya berpelukan dengan perempuan lain. Padahal kami baru kenal salam waktu yang singkat. Apa tuhan sudah membalikkan perasaanku pada orang asing ini? "Jadi perempuan itu yang dimaksud Oma. Cantik ya," celetukku tanpa pikir panjang. Rasanya seperti sedang cemburu. "Kamu juga cantik Dea." Aku tersenyum culas mendengar ucapan lelaki itu. Aku tak tau cantik darimananya wajahku ini. Dibanding dengan wanita itu jelas masih kalah jauh. "Habis berantem?" "Em hanya sedikit kesalah pahaman." "Apa karena kehadiranku?" tebakku. "Kurang lebih seperti itu." Jawaban itu terasa panas di telingaku. Seakan tak terima mendengarnya. "Kamu mau me

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04

Bab terbaru

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   124

    Aku terdiam mendengar permintaan Aiden, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Satu kesempatan?" gumamku, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. “Dea.” Suaranya semakin mendekat, dan aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya saat dia duduk lebih dekat. Tangannya menyentuh lembut jemariku yang masih menggenggam tongkat. Sentuhannya membawa campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Entah kenapa ada kemarahan, kesedihan, dan kerinduan yang tak kuinginkan.“Maafkan aku, Dea,” lanjutnya, nadanya penuh penyesalan. Aku menggeleng pelan, meskipun aku tahu dia tak bisa melihat gerakanku. “Pergi dari sini. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi.” Kata-kataku menghantam udara seperti bilah tajam. Aku merasakan genggamannya mengendur sejenak, seolah-olah kata-kataku telah memukulnya tepat di tempat yang paling lemah. Aku langsung berdiri, tangan mantan suamiku sempat menahanku. Namun, kukibaskan sek

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   123

    Aku merenung sejenak menerka siapa yang berniat menemuiku. Terdengar Ayah membukakan pintu selebar mungkin. "Ayo, Nak."Kulontarkan tongkatku untuk menuntun langkah kakiku. Semenjak tidak bisa melihat, kupaksakan diriku untuk tetap mandiri. Setelah sekian bulan berlalu, akhirnya Mama dan Ayah membiarkan apapun yang kulakukan. Pada awalnya, mereka akan memaksa untuk menuntunku. Syukurnya lambat laun, Ayah dan Mama hanya membiarkanku berjalan sendiri, tetapi aku tau jika mereka mengawasiku dari kejauhan untuk memastikan tidak terjadi masalah serius.Suara ketukan sandal dan tongkat menggema ke penjuru ruangan. Aku masih menerka-nerka siapa yang datang ke rumah, tapi sampai sekarang aku tidak mendengar suara orang lain di ruangan ini. Bahkan ketika aku sudah duduk cukup lama. Hanya genggangaman Ayah yang semakin mengendur dan perlahan menjauh."Ayah," panggilku pelan karena ku dengar beliau berpindah tempat. Perlahan aku bisa merasakan seseorang bernapas di sampingku. Kutolehkan sedikit

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   122

    "Dia sedang sibuk mengurus perusahaannya. Ternyata sahabat dia sendiri yang menggelapkan uang di cabang perusahaannya, penipuan investor dan banyak lagi. Banyak orang yang terlibat dalam kejahatan itu. Dan sekarang keluarga Gito sedang kalap menyelamatkan semua usaha mereka dan warisan," jelas Ayah yang membuatku sedikit lega. Kata-kata Ayah menggema dalam pikiranku, menyisakan kekosongan yang sulit dijelaskan. Namun, entah kenapa, ada sedikit kelegaan yang mengalir di dadaku. Setidaknya Aiden sedang sibuk dengan dunianya sendiri, mungkin itu alasan mengapa dia tak mencariku atau mencoba menghubungiku."Apa itu Elvaro?" tanyaku yang teringat dengan tingkah aneh pria itu. Nama itu muncul begitu saja di benakku, seperti serpihan teka-teki yang terlupakan. Ditambah Dalbo dan Titik sempat melaporkan beberapa kecurigaan mereka saat aku ada di kantor suamiku. Ah... salah, tapi mantan suami.Ayah mendengkus, seakan jengah dengan informasi yang ia simpan. "Iya. Dia juga bekerja sama dengan We

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   121

    "Kita pulang sekarang, Nak. Ini demi kebaikanmu," ujar Ayah sembari mendorong kursi roda yang kududuki. Ibu mengikuti langkah ayah dengan tergesa-gesa. "Aku sudah memberitahu dokter. Dia mau berkerjasama dengan kita, Mas.""Syukurlah kalau begitu, Bu. Kita haru segera pulang. Cuma di rumah kita, tempat yang aman untuk keselamatan Dea."Suasana di rumah sakit terasa tegang, bahkan langkah kaki Ayah yang biasanya tenang kini terdengar berat dan terburu-buru. Aku duduk diam di kursi roda, membiarkan Ayah mendorongku tanpa perlawanan. “Ibu, kenapa kita harus buru-buru pulang?” tanyaku berusaha mencari penjelasan.“Nak, kita hanya ingin kamu istirahat di rumah. Rumah akan lebih nyaman untuk pemulihanmu.” Suara ibu terengah karena harus berpacu dengan langkah kaki ayah yang cepat.“Tapi, Bu,” aku mencoba membantah, tetapi Ayah memotong dengan nada tegas.“Dea, dengarkan Ayah. Sekarang yang penting adalah keselamatanmu. Kita tidak punya banyak waktu untuk penjelasan. Nanti, kalau sudah di r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   120

    Entah sudah berapa lama aku terkapar dalam kegelapan. Samar-samar aku mendengar isakan tangis perempuan meranyap di indera pendengaranku."Kenapa nasib putri kita seperti ini, Mas?" itu suara ibuku.Ayah menghela napasnya panjang. "Aku juga tidak tahu, Bu. Padahal kamu tahu sendiri bagaimana aku menjaga putri kita." "Kenapa putri kita digariskan takdir yang sangat tragis begini. Kenapa tidak aku saja, Ya Allah! Kenapa putriku harus semenderita ini! Apa salah dia!" Ibu terdengar meraung di sana."Bu, tenang. Kita sedang berada di rumah sakit.""Tenang bagaimana, Yah?! Dea sudah koma selama dua bulan! Kamu minta aku tenang! Putri kita sedang berada di antara hidup dan mati!" Hah? Dua bulan? Selama itukah aku terkapar di sini. Aku masih tidak bisa melihat apapun. Bahkan aku untuk menggerakkan tubuh saja sulit. Suaraku terasa hilang begitu saja. Akhirnya aku hanya bisa mengerang pelan untuk memberitahu orang tuaku kalau aku sudah siuman.Butuh banyak tenaga untukku memberikan sinyal pad

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   119

    Setelah dibawa ke kamar pemulihan, aku berbaring di atas ranjang. Wajahku yang masih tertutup perban, tapi aku merasakan sedikit kehangatan dari jendela kamar yang diterangi sinar matahari. Rasanya aneh, aku tidak tahu apakah itu pagi atau siang. Bagiku dunia seperti tempat yang jauh dan tak terjangkau.Ayah duduk di kursi sebelah tempat tidur. Beliau menggenggam tanganku erat. "Kamu sangat kuat, Nak. Operasi ini adalah langkah besar. Dokter bilang kemungkinan kamu akan sembuh total." Suaranya penuh optimisme, tetapi ada hati-hati di balik kalimatnya.Aku tersenyum kecil, meskipun dalam hati ada rasa gelisah yang sulit dihilangkan. "Ayah," panggilku pelan, mencoba mencari celah untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia."Ya, Sayang?"Aku terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. "Bagaimana kabar di sana? Tentang kasus itu." Rasanya sangat berat mengatakan keingintahuanku. Namun, aku harus mencobanya, "Sony, Hendro, dan semua kejahatan mereka. Apa semuanya suda

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   118

    Ruangan operasi dipenuhi oleh suasana yang hening, hanya suara monitor detak jantung yang berdentang lembut. Lampu-lampu terang menyinari meja operasi, membuat setiap sudutnya terlihat steril dan berkilau. Aku berbaring dengan tubuh tertutup kain bedah, hanya menyisakan area wajahku yang terlihat. Meski tak bisa melihat apa-apa, aku merasakan udara dingin dari ventilasi ruangan menyentuh kulitku. “Baik, kita mulai sekarang,” suara dokter terdengar tegas tapi tenang. Beliau mencoba memberikan rasa aman di tengah kegelisahanku. “Mrs.Dea, Anda tidak akan merasakan sakit, tapi kami akan tetap memberikan anastesi lokal untuk kenyamanan.” Aku mengangguk pelan, meskipun jantungku berdegup kencang. Tubuhku terasa kaku di bawah tekanan emosional. Rasanya seperti berada di antara harapan besar dan ketakutan yang sulit diprediksi. “Tarik napas perlahan, Nona Dea,” seorang perawat berkata lembut di telingaku, membantu menenangkan. Aku mencoba mengikuti instruksinya, menarik napas dalam-dalam, l

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   117

    Aku menatap Ayah dengan raut penuh pertanyaan, tapi aku tahu dia tak akan memberiku jawaban lebih dari itu. "Istirahatlah, Sayang. Kita akan bicara lagi besok pagi," katanya dengan nada yang lebih lembut, sebelum melangkah keluar dari kamar.Kata-katanya terasa menggantung, menyisakan banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Perkembangan baru? Apa itu berarti ada harapan untuk penglihatanku? Tapi bagaimana dengan kasus ini? Apakah benar aku harus pergi sekarang, meninggalkan semua ini di tengah jalan?Aku menghela napas panjang, berusaha meyakinkan diri bahwa semua ini adalah keputusan terbaik. Namun, tidur tetap menjadi hal yang mustahil malam itu. Suara di ruang tamu hotel, samar-samar terdengar dari balik pintu, menunjukkan diskusi serius antara Ayah dan seseorang. Aku berusaha menutup telinga, tetapi rasa ingin tahu tetap mengalahkan.***Keesokan harinya, suasana sarapan terasa canggung. Ayah dan Ibu tampak saling membisu, sementara Nio, yang biasanya penuh semangat, memilih

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   116

    Setiap orang di ruangan seperti menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pengacara Sony berdiri dengan percaya diri, menyodorkan dokumen tambahan yang membuat hakim terlihat serius saat membacanya. Bisikan-bisikan kecil dari para penonton sidang mulai memenuhi ruangan.“Yang Mulia,” kata pengacara itu, suaranya tegas namun penuh intrik, “Dokumen ini menunjukkan bahwa Sony dan Hendro hanyalah pion dalam permainan ini. Ada individu yang lebih besar, lebih berkuasa, yang berada di balik kegiatan ini. Orang itu telah mengarahkan semua operasi ilegal yang melibatkan perdagangan hewan langka, hingga ancaman pada saksi utama, Saudari Dea.”Aku merasa tangan Ayah menggenggam erat bahuku, seolah ingin memastikan aku tetap tenang. Namun, pikiranku berputar, mencoba mencerna pernyataan itu. Individu yang lebih besar? Siapa lagi?Hakim mengetukkan palunya pelan, meminta ketenangan di ruang sidang. "Apakah Anda memiliki bukti kuat untuk mendukung klaim ini?" tanyanya dengan suara

DMCA.com Protection Status