Bayu tiba di rumah, Raina lekas menyambutnya ketika mendengar ketukan pintu.Jegrek!“Sudah pulang, kebetulan aku baru saja selesai masak.”“Oh iya? Kamu masak makanan enak apa untukku?”Tanpa menunggu jawaban Raina, Bayu buru-buru menuju ke arah meja makan.Faktanya, ia sangat mendapat kejutan. Ia menatap bengong makanan di hadapannya begitu ia menyingkap tudung saji.“Kenapa hanya dilihat, duduk, dan makanlah,” titah Raina memasang wajah tanpa dosa.Pria itu beralih menatapnya penuh arti, “Apa maksudmu, kamu bilang mau masak makanan enak untukku, tapi—”“Loh, ini kan makanan paling enak sedunia!” tegas Raina.“Yang benar saja!”Sementara Raina tampak menyantap bagiannya dengan lahap.Mendapatkan Bayu tak menyentuh miliknya sama sekali, sejenak kemudian ia pun kembali bersuara—“Kamu nggak mau nih? Iya sudah, biar aku yang makan.”Saat Raina akan menggeser porsi Bayu ke arahnya, pria itu pun menahan gerakan Raina.“Kamu sudah masak untukku, mana boleh diambil kembali!” seru Bayu.Ke
Suasana cerah pagi ini seakan menggambarkan keceriaan Raina.Senyumnya terus mengembang, napas lega terhembus.Semua karena kabar dari Samsul.Pria itu menelepon Raina barusan, memberitahukan bahwa guru-guru terbaik setiap mata pelajaran telah dikirimkan ke SD Lentera.Betapa bahagianya dia, yang gegas menuju sekolah lebih awal agar dapat menyambut guru baru yang dimaksud.Di jalan, Raina tanpa sengaja bertemu muka dengan kedua teman sejawatnya yang dahulu sama-sama mengajar di SD Lentera.“Bu Raina,” panggil Tuti.“Eh, Bu Tuti, Bu Dela,” sapa Raina balik. Tuti dan Dela tampak menatap Raina dengan ekspresi tak suka. Sedari dahulu mereka memang sudah sering memandang rendah Raina.Sementara Raina tetap berusaha ramah. “Kalian apa kabar? Mengajar di mana sekarang?” tanyanya kalem.“Oh, kami sekarang ngajar di sekolah yang bergengsi dong!” sombong Dela. “SD TALENTA!” ejanya lantang.Tuti mengiyakan dengan manggut-manggut. Bibir keduanya terus dimiringkan, mengekspresikan penghinaan terh
Sepulang dari mengajar, Raina pun berkeliling dari satu toko sepatu ke toko sepatu lainnya untuk membeli boots, cukup sulit ia menemukannya.Hingga toko kesepuluh yang dimasukinya, dia baru mendapatkan sepatu tersebut.Pantas saja Bayu memintanya membeli sendiri, pikir Raina.Hari pun mulai gelap ketika dia keluar dari toko terakhir yang dikunjunginya, betapa syok perempuan itu.“Astaga! Jam berapa sekarang?” paniknya melirik jam tangan.Raina bertambah panik saat mendapatkan ternyata waktu hampir menunjukkan pukul 6 sore.Tidak ada waktu untuk panik berlama-lama juga, dia bergegas mencari angkutan untuk pulang ke rumah. Bayu berkata akan menjemputnya jam 7 malam, artinya menyisakan 60 menit lagi.Sementara bahkan dia membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk tiba di rumah dari tempatnya berada saat ini.Dengan terpaksa Raina harus menghentikan sebuah taksi, karena hanya kendaraan tersebut yang ditemukannya cukup cepat. Mengesampingkan urusan ongkos yang harus berlipat-lipat ganda
Padahal sebenarnya, Bayu mengajak Raina menuju salon, untuk memperbaiki penampilannya.Parahnya dia tidak meladeni Raina sama sekali, membiarkan Raina terus mengomelinya sepanjang perjalanan.Setelah tiba di salon, Bayu baru menanggapi salah satu kalimat Raina.“Bukankah kamu yang seharusnya ingin mempermalukanku, pergi dengan penampilan begitu?”Raina menatap Bayu dengan tatapan membunuh.Bayu sukses mengaduk emosinya dengan luar biasa, tentu saja dia teramat geram terhadap pria itu, sampai tak mampu berkata-kata.—Singkat saja, Mbak Lisa selesai menyulap Raina menjadi seorang bidadari.Bayu sampai pangling, matanya tak berkedip melihat penampilan baru Raina yang luar biasa cantik.Raina perlu menyadarkan pria itu dari lamunannya dengan melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajahnya.Sementara lamunan Bayu membuyar, bergantian Raina yang memperlihatkan ekspresi tak nyaman.Lantaran Bayu menatapnya dengan intens, membuat Raina kurang percaya diri.“Ada yang aneh sama penampilanku,
Suasana terasa semakin mencekam, ketika pria paruh baya yang diperhatikan Bayu menoleh ke arah mereka, serta membalas tatapan Bayu.“Aku kira kamu tidak akan datang.” Dom yang mengucapkan kalimat tersebut.Kelakuan Dom membuat Raina terpelanggat, karena kemunculannya terkesan tiba-tiba.Tetapi yang lainnya tidak terlihat terkejut, hanya Raina seorang. Mungkin karena dia sedang melamun juga, memikirkan siapa pria paruh baya di depan sana, yang hingga detik ini masih berperang tatap dengan Bayu.Raina benar-benar penasaran.“Karena kamu sudah disini, ayo kita menemui big bos,” ajak Dom lebih lanjut.Tetapi mereka semua bahkan belum sempat melangkah, mengindahkan ajakan Dom, pria paruh baya tersebut telah berada di hadapan mereka saat ini.Pria itu yang menghampiri Bayu terlebih dahulu.“Terima kasih, kamu sudah memenuhi undangan papa,” ucapnya sembari menatap datar Bayu.Lagi-lagi Raina seorang yang cukup mendapat kejutan, sangat terkejut mendengar ucapan Tuan Edgardo.Rupanya pria paru
“Ma-maaf.”Dengan panik Raina buru-buru beranjak, membantu Bayu membersihkan wajahnya yang kotor.Steak mendarat tepat di tengah-tengah hidungnya.Sembari mengelap wajah Bayu dengan tisu, Raina juga berusaha membela diri, mengklarifikasi bahwa dirinya tidak sepenuhnya bersalah.“Itu tuh, sapinya mungkin masih hidup sampe loncat begitu!!” racaunya membuat Bayu menatapnya penuh arti.Raina pun menjadi salah tingkah saat menyadari tatapan Bayu, dan seketika menghentikan aktivitas mengelap wajah Bayu.Pasangan itu tampak saling tatap.Pada detik yang sama, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan melontarkan kalimat menghina Raina, yang membuyarkan lamunan keduanya.“Norak banget sih. Makan steak saja tidak tau caranya.”“Entah, benar-benar memalukan! Bisa-bisanya tuh steak terbang. Hahaha.”Beberapa orang-orang di meja tersebut lalu tertawa bersama.Ternyata ada yang menyaksikan tragedi steak yang meloncat dari piring Raina sesaat lalu. Raina merasa agak syok dan menjadi sangat malu.
Bukan hanya di ponsel Raina muncul notifikasi tersebut, handphone Bayu juga.Ting! Ting!Ponsel Bayu lebih ramai berdenting. Selain notifikasi pesan internet, asisten dan manajernya juga mengirimkannya pesan singkat, bahkan hingga menelepon dirinya.Mereka berusaha menghubungi Bayu untuk meminta klarifikasi tentang pesan internet tersebut.Namun dia tidak berniat menjawab panggilan, atau membuka pesan sama sekali. Bayu mendapat masalah gara-gara Raina, Raina bukan lagi hanya sekedar ketakutan dimarahi Bayu atau semacamnya, lebih daripada itu, selanjutnya dia justru merasa perlu bertanggung jawab.“Biar aku saja yang angkat, aku akan jelaskan semuanya!” ucap Raina tiba-tiba, sembari meraih ponsel Bayu yang sedang berdering di atas meja.Bayu menahannya. “Tidak ada yang perlu dijelaskan.”“Tapi mereka akan menyalahkanmu, dan karirmu akan hancur!”“Biarkan saja.”“Mana bisa seperti itu ….”Raina dan Bayu berdebat dengan suara yang sebenarnya tidak begitu nyaring, hanya saja tetap menari
“Ehem!”Bayu berdehem, menyadarkan Raina dari lamunan.Ternyata Bayu hanya ingin memberitahunya tentang steak yang telah tersaji kembali. Pria itu melirik ke arah steak.“Oh.”Raina yang mengerti maksud Bayu, lekas memulai menyantap makanan tersebut.Meskipun agak kaku karena kepergok Bayu saat sedang memperhatikan pria itu, Raina segera tersadar penuh saat akan memotong steak.Dia melakukannya dengan sangat berhati-hati kali ini. Trauma steak meloncat benar-benar menghantuinya.Namun selang sejenak alam sadar Raina perlahan memudar. Otaknya mendesak agar dia berpikir, sehingga kembali melamun.Dia terngiang kembali semua memori selama bersama Bayu, terutama tentang kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan Bayu terhadapnya.Seperti menghiburnya di kala dia sedang terpuruk sewaktu hampir kehilangan sekolah, Bayu juga hadir bak pahlawan menyelamatkan karirnya sebagai guru, menyelamatkan harga dirinya dari Pak Budi, dan sekarang membelanya di depan Maya. Raina diam-diam terlena, dan ters